Thanks yang masih setia menunggu bab kelanjutan, mohon maaf, jika Update tengah malam, karena siang hari saya bekerja. Saya usahakan up 2 bab.
Hari terus berlalu dengan sangat cepat tanpa disadari. Kehidupan yang kemarin penuh dengan liku liku, kini sudah mulai membaik. Mereka yang jahat juga sudah mendapatkan jatah untuk jatuh.Hari ini Sean dan Joe sudah bisa pulang, mereka pulang ke rumah Sean dengan penjagaan yang ketat. Semua anak buah Aland kini menjaga kediaman Sean. " Selamat datang kembali Tuan muda Sean dan Tuan muda Joe" ucap Bibi Asih menyambut kedatangan Sean. " Terima kasih Bi" ucap Sean sambil tersenyum, di belakangnya ada Ibunya yang mendorong kursi rodanya. Sean langsung terdiam saat melihat sosok yang berada di kursi roda. Selama di rumah sakit memang Tuan Aland belum pernah menjenguknya, jadi ini adalah pertemuan Sean yang pertama dengan kakeknya. Xaquil dan Xavier berada di kedua sisi kakeknya. Kedua anak itu terlihat begitu menyayangi kakeknya. ' Apakah ini Kakek? Meskipun dia sudah tua tapi masih terlihat gurat kegagahannya' batin Sean sambil melihat Tuan Aland. Gaina langsung mendorong kursi Sean
Joe terkejut saat mendengar Tuan Gandhi mengatakan jika Joe adalah anaknya. Meskipun beberapa detik tadi Joe sudah menduganya. Semua tidak pernah dia bayangkan jika dia benar-benar bisa bertemu dengan orang tuanya. Dulu saat kecil Joe sering berharap punya orang tua kandung, ada yang mengambilnya dari panti asuhan. Setiap kali ada orang kaya datang untuk merayakan ulang tahun anak mereka di panti asuhan. Hati Joe merasa sakit, tidak sekali dia merasa iri. Ingin berada diposisi itu. Tapi saat itu tidak ada satupun keluarganya yang datang untuk menjemputnya. Dan sekarang keluarganya datang, Joe tidak tahu harus berbuat apa. Mau marahpun juga tidak bisa, dia bisa memahami apa yang Ayahnya dulu rasakan. Dia dikejar untuk dibun*h oleh Marco, karena tinggal Ayahnya yang masih hidup, dari keluarga Gaina. Dan yang membuatnya tidak habis pikir, dia dan Sean ternyata sepupuan. Pantas saja selama ini dia tidak bisa mengkhianati Sean meskipun beberapa kali ditawari oleh Allen, meskipun Sea
Daren berada di balkon rumah Sean, dia memandang hamparan yang luas di belakang sana. Di sampingnya ada Jerry yang menundukan kepalanya. Sudah ada lima belas menit mereka terdiam, tidak ada sepatah kata yang keluar dari keduanya. Kecuali hanya helaan napas yang terdengar sangat berat. " Apakah kamu sudah membulatkan tekad kamu untuk pergi dari aku?" Ucap Daren setelah berdiam dalam waktu lama. Daren terlihat murung karena anak buah yang paling cekatan mau meninggalkan dirinya. Tapi Daren juga harus menghargai keputusan dari Jerry. Mungkin saja ada yang ingin dilakukan oleh anak buahnya itu. Jerry menganggukan kepalanya dengan cepat, tanpa berani memandang Daren. " Betul Tuan, saya ingin keluar dari anak buah Tuan, tapi kita bisa berteman, jika ada yang bisa saya bantu, maka Tuan tinggal mengatakan pada saya" ucap Jerry sebenarnya merasa bersalah karena harus memutuskan untuk keluar dari tim Daren. Tapi dia juga tidak bisa berbuat apa apa. Jerry hanya tidak mau berbohong pada Daren
Tteeng! Teenng! Suara jam bergema sembilan kali, menandakan jika waktu sudah menunjukan jam sembilan malam. Xhaqella langsung melihat ke atas, asal dari suara itu. Kediaman Sean memang di design seperti istana. Namun, Sean tidak pernah menyalakan jam supaya berbunyi di hari harinya. Ini pertama kalinya suasana istana hidup setelah kepergian El.Tapi, karena Xhaqella ada di sini maka dia membuat suasana rumahnya seperti sebuah istana pada umumnya. Bahkan malam ini Xhaqella mengunakan baju princess. " Time to sleep princess Qella" ucapnya sambil terkikik geli, dia malam ini berlagak seperti seorang putri kerajaan. Yang hidupnya sangat teratur dan disiplin. Sean senang melihat anaknya ceria, dia langsung mengelus pipi tembem Xhaqella dengan penuh kasih sayang. " Hum, kamu memang harus tidur Princess" ucap Sean lembut. Sejak bertemu dengan kembar Sean memang berubah. " Malam ini apakah Qella boleh tidur dengan Ayah? Rasanya aku ingin seperti temanku yang kadang tidur bersama Ayah me
Xaquil dan Daren terkejut saat melihat Xavier yang melantur seperti orang mabuk. Selain itu tingkahnya sangatlah aneh. Jadi keduanya langsung mendekati Xavier. Daren langsung cek keadaan Xavier dia mencium mulut anak itu. Tidak ada bau alkohol sama sekali, selain bau daging dan jus jeruk. Tapi kenapa dia bertingkah sangatlah aneh. Apa yang membuat ponakannya ini bertingkah tidak masuk akal? Mungkin kah ada sesuatu yang ditaruh di dalam daging? Pikir Daren. Dia langsung mencium semua daging dan semua makanan yang ada di meja. Namun tidak ada satupun yang bermasalah. Daren jadi bingung sendiri. " Bagaimana paman apakah ada yang bermasalah? Kenapa adik bisa seperti ini?" Ucap Xaquil. " Aku baik baik saja Kak, marilah kita bersenang-senang, semua beban sudah pergi. Saatnya kita mabook sampai pagi" ucap Xavier sambil menggelengkan kepalanya, sedangkan tangannya melambai lambai di atas. Gawat! " Paman bagaimana ini, apakah ada orang jahat diantara kita yang memasukan obat dalam
Setelah melihat Sean yang bermanja-manja dengan ibunya, El langsung pergi karena geli melihatnya. Meskipun dia juga kasihan, Sean tidak pernah merasakan kasih sayang kedua orang tuanya. El tahu seperti apa rasanya, karena dia juga merasakan hal itu, sejak kedua orang tuanya meninggal, dia merasa kesepian. Tapi bersyukurnya, Sahabat ibunya sangat baik dan mau mengangkat dirinya anak. Tapi melihat Sean saat ini, membuat El merinding, untuk itu El langsung pergi masuk ke kamar putrinya berada. El langsung mendengar putrinya berdendang sambil gosok gigi. Sepertinya suasana hati princess Xhaqella sangatlah baik. " Sayang jangan berdendang sambil gosok gigi nanti kalau kesedak bagaimana" ucap El sambil membuka koper dan mengambil baju tidur untuk anaknya. " Hum" ucap Xhaqella dari dalam kamar mandi dan langsung diam. ' Ibu selalu melarang ini dan itu, jika sama Ayah pasti akan diam dan diperbolehkan' ucap Xhaqella dalam hatinya. " Ibu melarangmu itu karena untuk kebaikan kamu, jadi j
Xhaqella melirik Sean yang tampak sedih, dia tahu pasti ada sesuatu yang mengganggu hati Ayahnya. Tapi dia juga bingung musti bagaimana, dia bukan Xaquil yang cerdas dalam segalanya, dan dia juga buka Xavier yang banyak akal. Tapi dia ingin membuat Ayahnya tidak bersedih, namun entah bagaimana caranya. Dia hanya melirik dan melirik Ayahnya yang sedang melamun. ' Apa yang dipikirkan oleh Ayah, kenapa dia seperti sangat sedih sekali' batin Xhaqella, sambil berpikir bagaimana dia bisa menyenangkan Ayahnya. Sementara yang dipikirkan Sean ada El, siapa lagi! ' Aku tidak bisa bohong jika dalam hatiku masih ada El, dia tetap berada dalam hatiku tidak akan pernah tergantikan oleh siapapun dan sampai kapanpun. Tapi bagaimana caranya aku bisa kembali pada El. Aku tahu jika dia juga masih mencintai aku, hanya saja mungkin dia ragu karena aku telah menyakitinya. Saat itu aku begitu keras dan kejamnya mengusir dia. Gara gara aku dia dipermalukan di depan umum' batin Sean tiba tiba merasa sakit
El duduk di teras sambil menatap kedua anaknya yang sedang bersenang senang bersama dengan Daren. ' Mereka tampak bahagia, apakah dia benar bahagia atau tidak? Apakah jika aku rujuk dengan Sean kembar bahagia? Tapi apakah itu sebuah keputusan yang tepat. Aku masih mencintainya atau hanya karena janji yang aku ucapkan pada Tuhan saat Sean koma' ucap El dalam hati. Sejujurnya dia tahu Xhaqella dan Xavier senang jika dia rujuk dengan Sean, tapi apakah Xaquil bahagia? El tidak bisa menyelami hati anak sulungnya, dia tidak seperti kedua adiknya yang bisa ditebak. Dia tahu Xaquil pernah marah besar pada Sean, karena Ayah mereka telah meninggalkannya. Gara-gara Sean, Xaquil harus mengurus ini dan itu di umur yang masih belia. Apakah Xaquil tidak merasa dikhianati jika dia rujuk dengan Sean? Hal hal seperti itu memenuhi pikiran El saat ini. " Aku takut mengkhianati anak sulung aku, tapi di sisi lain anak perempuanku menginginkan keluarga lengkap. Mereka punya emosi masing masing, mental me