El memeluk anaknya dengan sangat erat, seolah-olah dia mencari kekuatan pada anak sulungnya. Dan itu membuat Xaquil bertanya tanya dalam hatinya. ' Ada apa dengan Ibu, tidak biasanya dia memelukku dengan sangat erat. Kecuali Ibu sedang dalam keadaan kacau hatinya. Tapi apa yang ibu khawatirkan saat ini' ucap Xaquil masih dia membiarkan ibunya tenang dulu. Biasanya jika ibunya sedang sedih pasti akan memeluk dirinya ataupun kedua adiknya hingga membuat hatinya tenang kembali. Xaquil hanya bisa menepuk punggung tangan ibunya dengan lembut. Hal itu akan membuat ibunya merasa lebih baik. Dari dulu dia melakukan itu ketika hati ibunya sedang sedih. Setelah beberapa lama, dan keadaan ibunya sudah lebih tenang, Xaquil memberanikan diri untuk membuka mulutnya. " Apakah hati ibu sedang sedih? Makanya ibu butuh pekukan?" Ucap Xaquil sambil menciumi tangan ibunya. " Hum, ibu sedang bingung" ucap El pada anaknya. " Ibu bingung kenapa? Apa yang membuat ibu merasakan hal itu, apakah ada
Pagi hari mulai menyapa lagi dengan membawa sinar mentari yang hangat. Satu persatu para manusia bangun dari tidur lelapnya. El membuka matanya ketika suara burung mulai masuk ke dalam telinganya.Uuugghhm!...El mengeliat, namun dia tersenyum saat melihat wajah imut merikuk dipelukannya. Dia lalu mencium keningnya.' Kalau tidur begini dia terlihat masih anak bayi yang imut, tidak ada aura dingin dan tegasnya yang biasa menghiasi wajahnya' ucap El sambil tersenyum.Dia dengan pelan-pelan langsung turun dari ranjangnya, dia harus bangun untuk melakukan rutinitas paginya. Meskipun ini bukan rumahnya. Dia harus memastikan para bibi pelayan membuat makanan untuk anaknya dengan pas dan sesuai selera anaknya.Sementara itu, di kamar Sean, Xhaqella sudah bangun kini sedang menatap Ayahnya yang ada di sampingnya. " Ayahku sangat tampan, hidungnya sangat tinggi seperti milik Kakak, sementara aku tidak semancung Ayah" ucapnya sambil membandingkan hidung ayahnya dengan miliknya. Meskipun Xhaq
Sean bingung dengan pernyataan anaknya, kenapa El tidak bahagia jika rujuk dengannya. Padahal dia tahu betul jika El masih menyimpan cinta untuknya. Begitupula dengan dirinya. Dia sudah menunjukan penyesalan. Apakah El masih tidak percaya padanya? Ataukah ada sesuatu yang lainnya yang dia tidak tahu. Saat ini pikiran Sean berkecamuk memikirkan ucapan anak sulungnya. Ada rasa sedih dari dalam hatinya yang dia simpan sendiri. Dia ingin sekali bahagia tapi selalu saja ada penghalang. ' Apakah aku tidak ditakdirkan untuk bahagia, tapi kenapa?' Batin Sean pedih. " Xaquil, katakan pada Ayah, kenapa ibu tidak bahagia? Apakah terjadi sesuatu dengannya yang Ayah tidak tahu" tanya Sean, dia ingin semuanya terbuka. " Ibu trauma dengan kejadian di masa lalu, sejak Xaquil sudah bisa menginggat, ibu kerap sekali merasakan ketakutan saat tidur. Ibu sering menangis di malam hari. Harusnya Ayah paham dengan kondisi ibu. Meskipun ini bukan salah Ayah seratus persen. Tapi bisa bayangkan Ayah yang du
Gaina sedang merenung, memikirkan semua yang telah terjadi, meskipun Marco dan Ambar sudah ditangkap, karena tidak menutup kemungkinan mereka berdua akan dibebaskan, mengingat kejahatan keduanya di mulai puluhan tahun yang lalu. " Aku yakin jika dia bebas pasti dia akan membalas dendam pada Sean terutama, dan kemungkinan juga dia pasti akan mengincar cucu cucuku" ucap Gania resah. Selama Marco dan Ambar masih ada maka dia dan keluarganya tidak akan tenang. Apalagi sekarang beredar berita jika seorang penjahat bisa melakukan balas dendam dari balik jeruji. Mereka memerintah anak buahnya yang tersisa untuk melakukan kejahatan lagi. Gaina rasa Marco pasti juga akan melakukan hal seperti itu. Untuk itu, Gaina berjalan mendekati Daren yang saat ini sedang bersantai dengan laptopnya di teras. Dia ingin membicarakan sesuatu pada Daren sebelum Keluarga Daren pulang. " Nak, Daren apakah sedang sibuk? Ibu mau bicara apakah bisa?" Ucap Gaina dengan lembut. " Bibi Gaina, silahkan duduk dan
" Oma mau kemana kok buru buru kesannya" tanya Xhaqella dengan lesu saat bertemu dengan Gaina saat dia berada di tangga. " Oma mau pergi sayang, kenapa ini princess-nya Oma kok cemberut seperti ini? Apakah ada sesuatu yang terjadi? Ke mana kedua kakak kamu" ucap Gaina sambil berjongkok dan memegang bahu Xhaqella. Tidak biasanya Gaina melihat cucu cantiknya cemberut seperti ini. Huft! " Oma, Qella kehilangan buku gambar, tadi pagi kan Qella menunjukah hasil gambar aku pada Ayah. Dan entah bagaimana ceritanya, tiba tiba aku mencium Ibu membuat kue dan langsung ke dapur, aku meninggalkan gambar aku bersama Ayah di ruang tengah. Tapi Ayah lupa menaruhnya di mana? Qella sudah mencarinya tidak ketemu, Ayah juga sudah mencarinya juga, tapi tidak ketemu" ucap Xhaqella menjelaskan apa yang membuatnya cemberut. " Kakak sedang main dan aku juga tidak tahu, sepertinya kakak juga ikut ilang, apakah rumah Ayah bisa menelan buku gambar dan juga kakak" lanjutnya sambil duduk di lantai dengan waja
" Tenang Ibu.... ibu akan aman berada di sini" ucap seorang petugas wanita mendekati wanita yang histeris. " Pergi.....pergi.....pergi.... kalian semua orang jahat, kalian mau mengambil anak-anakku kan" ucapnya sambil terus tetap memeluk boneka. " Dokter apa yang harus kita lakukan, sejak tiba kemarin Ibu ini terus histeris. Bahkan belum makan" ucap petugas wanita pada seorang yang ada di sampingnya. Dokter laki laki itu langsung mendekati wanita yang sedang histeris. " Ibu di sini sudah aman, tidak ada yang jahat sama ibu lagi, justru ibu akan sembuh dan bisa bertemu dengan anak anak ibu lagi" ucapnya dengan lembut. Dia mencoba untuk menyentuh ibu itu, tapi tangannya langsung ditepis olehnya. " Jangan sekali kali menyentuhku, kalian semua orang jahat. Kalian semua harus dihukum. Pergi... pergi...." ucapnya sudah tidak bisa di kendalikan lagi. Mau tidak mau Dokter memberikan obat penenang padanya, meskipun harus berusaha sekuat tenaga karena wanita ini benar-benar sangat kuat.
Akhir pekan sudah habis, kini sudah berganti hari, di mana semua orang terasa malas untuk bekerja ataupun bersekolah, karena masih lelah atau belum puas dengan hari liburnya. Namun, mau tidak mau mereka harus pergi bekerja atau ke sekolah. Tidak semua orang malas dengan hari senin, ketiga kembar terlihat bersemangat untuk pergi ke sekolah. Apalagi hari ini ada ujian sekolah! " Kakak kalau nanti soal ujiannya susah apakah boleh menyontek?" Ucap Xhaqella pagi itu ketika mereka sedang bersiap siap ke sekolah. Huft! Xaquil hanya bisa menghela napas dengan berat, adiknya semalam tidak belajar, karena mereka pulang sudah agak malam dari rumah Ayahnya. " Sayang, ibu tidak mengajari kalian untuk berbuat curang ya, jawab sesuai dengan kemampuan Qella saja, ibu tidak masalah meskipun kamu mendapatkan nilai Nol, tapi yang penting jangan berbuat curang. Kejujuran adalah harga mati" ucap El tegas saat mendengar anak perempuannya mau nyontek. Dia tidak ingin anak anaknya mengandalkan saudara
Gaina dan Daren sudah sampai di kantor polisi, dia kemudian menuju ruangan di mana dia bisa bertemu dengan Ambar. Meskipun ada sedikit deg-degan dalam hatinya. Tapi Gaina sudah siap dengan segalanya. Dia tidak akan kalah sedikitpun oleh Ambar.“ Bibi apakah mau saya temani atau mau sendiri” ucap Daren bertanya pada Gaina.“ Aku sendiri tidak masalah, Daren! Bibi kuat, karena ada kamu yang akan selalu menjaga Bibi, lagi pula di sini ada pengawasan, saya rasa Ambar tidak akan berani berbuat macam macam” ucap Gaina sambil tersenyum.“ Baiklah, saya di keluar ya Bi, ingat! Jika ingin melampiaskan rasa kesalnya bisa langsung tampar, jambak atau pukul dia” ucap Daren sambil terkekeh. Dia langsung keluar dari ruangan itu, tapi dia tetap memantau ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh Ibunya Sean.Gaina langsung duduk menunduk sambil memainkan ponselnya.Sementara itu, Ambar duduk termenung di sudut gelap ruang tahanan, kepalanya sedang berputar putar. Dia mulai mengingat apa yang sudah d