Sean kini sudah sampai di depan rumah Daren, jika biasanya dia ditanya tanya oleh penjaga rumah Daren, pagi ini dia dibiarkan masuk dengan mudah. Mungkin Daren sudah mengatakan pada penjaga sepertinya. Sean langsung turun dari mobilnya setelah memakirkan mibilnya di halaman rumah Daren. “ Ayah!” Xhaqella berlari langsung menghampiri Ayahnya yang sedang berjalan menuju rumah utama milik Daren.Sean langsung berbinar saat mendapati anak perempuannya sedang menghampiri dirinya, Sean merentangkan kedua tangannya untuk menyambut kedatangan putrinya. “Anak Ayah sudah rapi, mau berangkat sekolah ya, Kakak mana?” tanya Sean kemudian mengendong putrinya. “ Kakak masih di rumah, ini tadi karena aku ingin bertemu dengan Ayah setelah mendengar paman mengatakan pada ibu kalau Ayah mau ke rumah Oma, makanya aku merengek ikut” ucap Xhaqella sambil terkikik di pelukan Sean. Melihat ini Sean menjadi gemas, karena kelakuan anaknya. ‘ Ternyata begini rasanya punya anak’ batin Sean berbunga bunga.
Sean pulang dari rumah Daren dengan badan yang masih lemas, apalagi tadi dia pingsan karena terlalu banyak pikiran dan juga mengetahui jika salah satu sahabatnya adalah anak dari Marco. Ini benar benar di luar dugaan Sean. Kini dia merasa dunianya hancur, dalam setahun ini Sean dikhianati oleh orang orang terdekatnya. Semua fakta yang berturut turut dia ketahui membuat dia begitu stress. Apalagi dia juga masih dalam masa pemulihan, untuk menyembuhkan efek dari obat obatan yang diberikan oleh Vero selingkuhan dari papanya. “ Hidup apa yang telah aku jalani, kenapa aku harus hidup seperti ini? Kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga sekelilingku iblis semua” ucap Sean sambil menyandarkan kepalanya pada jok mobil. Sean tidak langsung pulang sejak tadi dia hanya berputar putar tidak jelas, dan saat ini dia menghentikan mobilnya di dekat sebuah taman. “ Terus apa yang harus aku lakukan, bagaimana aku bisa menyelesaikan semua ini? Apakah aku bisa menerima jika aku benar benar tahu
Hari ini Pelajaran sekolah telah usai, tinggal menuggu hasil tes kemarin yang akan dibagikan diakhir pelajaran. Kembar dan teman temannya sedang menunggu wali kelasnya untuk membagikan hasil tes mereka. Sambil menunggu hasil ujian mingguan mereka keluar anak anak khususnya kelas satu A sedang bermain ataupun diskusi di dalam kelas. “ Aku penasaran dengan nilai ujian ini, semoga bisa mendapatkan nilai A biar ibu tidak khawatir lagi” ucap Gabriel sambil menelungkupkan kepalanya ke meja. “ Gabriel kenapa ibu kamu selalu mengkhawatirkan nilai kamu, apakah ada yang terjadi? Apakah kamu tidak stress jika ditekan untuk mendapatkan nilai yang tinggi terus” ucap Xavier benar benar heran pada teman temannya itu, sebenarnya bukan hanya Gabriel saja sih. Hampir seluruh murid, tapi yang paling parah adalah Gabriel yang selalu mengkhawatirkan nilai saja. Bahkan saat dia mendapatkan satu kesalahan dia sudah bingung dan juga stress seolah olah dunia akan berhenti. “ Memangnya orang tua kamu tida
Setelah urusannya selesai dengan pihak sekolah, Sean keluar ruangan dengan senyuman yang lebar. Pihak Bale International School tidak ada yang curiga sama sekali niat Sean ke sekolah itu. Terlebih lagi dia langsung memberikan cek yang nilainya tidak sedikit untuk renovasi sekolah dan keperluan lainnya.‘ Aku harus berkeliling sekolah supaya bisa menemukan di kelas mana anak kembarku sekolah. Tapi apakah mereka satu kelas?’ Batin Sean sambil melangkah menyusuri sekolahan yang sangat berbeda dari dulu. “ Sekarang sudah semakin keren saja Nih sekolahan, Apalagi sekarang sudah ada dinding untuk lukis segala. Dulu kita coret coret dinding langsung mendapatkan hukuman. Anak anak jaman sekarang enak bisa mengekspresikan diri dengan mudah” ucap Sean kemudian berjalan mendekati dinding yang sudah dipenuhi oleh lukisan ataupun coretan dari pada murid. Sean langsung tertarik dengan sebuah lukisan alam yang sangat cantik beserta slogan slogan yang tertulis di atasnya. “ Ini pasti yang melukis
El akhirnya membawa Sean ke rumah Daren untuk makan siang, karena tidak mungkin dia membiarkan mantan suaminya pulang sendiri dalam keadaan yang kurang sehat. Bagaimanapun juga Sean adalah ayah dari anak anaknya. Di dalam mobil mereka berdua hanya diam, karena merasakan debar debar dalam dadanya masing masing. lima rahun lebih mereka tidak pernah dekat seperti ini. Saat ini mereka hanya di Batasi oleh anak anak yang duduk di antara mereka. Melihat kedua orang tuanya yang saling diam, ketiga anak itu juga diam karena mereka semua bingung apa yang harus dilakukan. Bahkan Xhaqella juga diam duduk di samping Sean. Biasanya anak itu akan bercerita dengan ibunya. “ El harusnya kamu bilang jika punya tiga anak saat pertama kali aku mengatakan padamu saat itu” ucap Sean sebenarnya kesal karena merasa dipermainkan oleh El dan juga Daren. Harusnya El menjelaskan saat dulu Sean mengira jika anaknya punya kepribadian ganda. Tapi El hanya diam seolah oleh membenarkan perasangkanya. “ Paman me
Sean ikut anak anak duduk di meja makan, menunggu ibunya menyiapkan makanan di bantu Omanya, yang kebetulan ada di rumah hari ini. Sebenarnya Sean merasa agak canggung saat berhadapan dengan Nyonya Sherly, sejak cerai hubungan keduanya tidak baik. Tapi sekarang dirinya tidak tahu malu ikut menikmati makan siang bersama. “ Ayah, habiskan air madunya mumpung masih hangat, biasanya kalau badan kita tidak nyaman atau perut mual, Ibu kita memberikan minuman madu maka badan kita akan lebih baik. Madu itu punya banyak khasiatnya, Betulkan kak” ucap Xhaqella yang duduk di samping Ayahnya, sekaligus bertanya pada Xaquil, dan dengan cepat kakaknya menganggukan kepalanya. “ Baiklah terima kasih” ucap Sean langsung meminum madu hingga habis, sebenarnya dia tidak menyukai minum madu. Dan sepertinya El sengaja memberinya minuman yang tidak dia sukai. Tidak mungkin mantan istrinya itu lupa. “ Kan ibu yang buat, nanti ucapkan terima kasih pada Ibu ya” ucap Xhaqella. Beruntungnya Sean punya Xhaqe
Siang itu Ambar pergi ke sekolahan tempat Vio menitipkan Calistha, Ambar gemetar karena dia tidak menemukan keberadaan Calistha sama sekali. Bahkan orang yang bertugas menjemput Calistha juga tidak pernah kembali. Mereka hanya mengirimkan pesan jika mereka di bawa Vio ketempat lain, karena sekolah asrama keluarganya sudah tidak aman. “ Kenapa kalian tidak melaporkan pada Vio setelah kejadian ini, dan kenapa kalian sangat bodoh. sekolah ini milik keluarga Vio jadi semuanya pasti aman di bandingkan di luar sana” ucap Ambar memarahi orang orang yang ada di sana. “ Mohon maaf Nyonya kami tidak tahu jika mereka tidak mengikuti Nona Vio, karena pesannya juga tidak mencurigakan sama sekali jadi kami juga tidak mengatakan apapun pada Nona, terlebih lagi Nona sebelumnya mengatakan jika dia tidak jadi menitipkan nona muda di sekolah asrama ini. Nona mengatakan jika akan membawa Nona muda ke luar negeri dan akan di urus oleh mama Nona Vio” ucap Staff menjelaskan pada Ambar tentang kenapa pihak
Setelah menjalani operasi bedah pada wajahnya hari ini akhirnya Vio bisa kembali ke Apartemen miliknya, dengan wajah yang masih di penuhi dengan perban. Vio melihat dirinya yang berada di depan cermin, sambil meraba perban di wajahnya. Kedua kalinya dia melakukan operasi plastik. “ Ini terakhir kalinya aku melakukan pembedahan pada wajahku, dan dengan wajah ini aku akan hidup bahagia. Setelah ini El harus lenyap dari muka bumi ini” ucap Vio terdengar tidak jelas karena dia belum bisa membuka mulutnya dengan lebar. Bahkan dia blm bisa makan, hanya minum susu dan kaldu dari sedotan.Vio memandang ke sekeliling ruang apartemennya, yang ada hanyalah kekosongan, Mamanya entah kenapa hari ini tidak ada dalam apartemennya. Harusnya mamanya menyambut dirinya, tapi hari ini benar benar tidak ada sosok ibu kandungnya. Yang ada hanyalah para pelayan.Hubungan Vio dan Ibu kandungnya juga tidak begitu akrab, apalagi sejak kecil Vio sudah di cuci otaknya oleh Sarita. Supaya bisa menghancurkan Am