Waktu terus berjalan dengan begitu cepat, hari dan bulan terus berganti silih berganti, tanpa memperdulikan apa yang terjadi pada manusia dan alam sekitar. Hingga tidak terasa lima bulan telah berlalu. Satu bulan sebelum tahun ajaran baru dimulai El memboyong kaluarganya ke kota yang lebih besar, ia sengaja mengambil waktu satu bulan supaya ketiga anaknya bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan yang baru. Sekaligus untuk melihat lihat sekolahan terlebih dahulu. El khawatir anak anaknya tidak nyaman dengan suasana sekolah di kota besar. Dan hari ini El dan kaluarga kecilnya sedang dalam perjalanan menuju kota kelahirannya, ia mengunakan pesawat pribadi milik kaluarga Daren. El merasa bersyukur Daren sangat memperhatikan kenyamanan dirinya dan juga Ketiga anaknya. “ Ibu, apakah masih lama untuk sampai di kota besar” tanya Xhaqella setelah berada di pesawat kurang lebih dua jam.“ Kita akan sampai dalam satu jam lagi princess, apakah mau makan sesuatu atau mau tidur di kamar” ucap
Daren terkekeh saat melihat pemandangan yang ia lihat dari balik jendela kaca besar yang terpapang di depannya. Sejak tadi Daren sudah menunggu El di rumah yang ia siapkan untuk kaluarga kecil El sang adik angkatnya. Namun saat mendengar kabar jika El akan kembali ke kota ini, kedua orang tua El memaksa Daren untuk ikut menyambut El dan ketiga cucunya. Daren memang tidak pernah menyembunyikan apapun pada kedua orang tuanya, ia sangat percaya pada keduanya yang akan melindungi El seperti ia melindunginya. Dan di sinilah mereka, orang tua Daren tentunya akan memarahi El yang pergi menghilang tanpa mengatakan apapun padanya secara langsung, padahal Ibu Daren sangat ingin El berlindung padanya seperti seorang anak yang akan berlindung pada ibunya. Ia tidak habis pikir Kenapa El memilih pergi meninggalkan kaluarga angkatnya hanya dengan kata maaf dan itu pun melalui pesan singkat. “ Xaquil benar benar prajurit berani mati yang akan melindungi dan mengorbankan apapun untuk El, betapa ban
Sore itu El menghabiskan waktunya dengan Ibu Sherly, ia bergelanyut manja di lengan wanita yang selalu mendekapnya saat ia berada dalam kesulitan. " Ibu kenapa aku sangat bodoh saat itu, harusnya aku berlari ke ibu dan membiarkan ibu menghajar Sean" ucap El, entah kenapa air matanya langsung meleleh turun membasahi pipinya. Seolah ia baru tersadar ternyata masih ada orang yang begitu mencintainya layaknya sebuah keluarga. Selama ini El merasa sendiri dan tidak ada yang peduli padanya. Ia berpikir semua orang telah menghakimi dirinya dengan kesalahan yang tidak pernah dia buat sama sekali. " Apakah kamu baru sadar jika kamu bodoh, Hum? Dan apakah kamu tahu, ibu terpukul saat kamu tidak ada kabar sama sekali, terakhir Daren mengatakan kamu tinggal di apartement Daren namun tiba tiba kamu menghilang tanpa jejak. Bahkan Daren tidak bisa mencarimu sama sekali. Daren hampir gila karena kehilangan kamu" ucap ibu Sherly sambil mengelus pucuk kepala El dengan lembut. " Saat itu aku kehilang
' Hoam' Tubuh kecil Xaquil langsung bangun dan duduk di ranjang besar di dalam kamar yang luas milik Daren. Ia melihat Daren yang masih tidur dengan pulas, terdengar dengkuran halus dari Daren. Semalam Xaquil ikut Daren ke rumahnya dan tidur bersamanya. Rumah Daren dan rumah El memang sangat berdekatan jadi tidak masalah jika Xaquil ikut bersama Daren. Apalagi Xaquil selalu tergiur dengan tawaran Daren untuk melihat perpustakaan yang sangat luas. Xaquil melihat kesekelilingnya yang masih remang remang, ini pertama kalinya dia tidur di tempat baru dan itu membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Bahkan dalam semalam ia sudah beberapa kali bangun untuk melihat apakah hari sudah pagi atau belum. ' Kenapa di tempat ini waktu terasa sangat lama, sepertinya aku tidur sudah lama sekali tapi kenapa masih malam saja ya' Batin Xaquil. pengen bangun namun masih sangat gelap dan juga ia tidak tahu bagaimana cara menyalakan lampunya. ' Paman Daren juga masih tidur dengan pulas, apakah pag
Xaquil masih berada di kamar mandi berusaha mengambil handuk yang letaknya di tempat tinggi, sepertinya Daren lupa jika ia mengajak Xaquil tidur di rumahnya. Memang semalam mereka pulang sudah telat, jadi mereka langsung tidur begitu selesai membersihkan diri masing masing. Daren tidak menaruh handuk di tempat yang bisa dijangkau oleh Xaquil. Jadi di sinilah Xaquil mengerutu karena tempatnya sangat tinggi. ' Kalau seperti ini terus, aku jadi ingin cepat cepat tumbuh menjadi tinggi' batinnya sambil menyerah, ia lebih baik meminta bantuan Daren dari pada ia harus berada di dalam kamar mandi dalam waktu lama hanya untuk mengambil handuk. Yang ada mukanya sudah kering duluan tanpa harus mengunakan handuk. Begitulah pemikiran Xaquil. " Paman tolong ambil..... " Lho! paman Daren kabur kemana ini, mana belum selesai merapikan spreinya dan juga selimutnya. Ckckck! tidak bisa dibiarin ini! paman harus di disiplinkan" gerutu Xaquil sambil melihat kesekelilingnya. kemudian ia berjalan mencari
Sean merasa senang dengan kehadiran bocah kecil yang kini berada dihadapannya, meskipun ia penasaran dengan anak ini. Ia seperti pernah melihat anak ini tapi di mana dia lupa. Namun itu tidak penting bagi Sean, yang ia inginkan segera menemukan keberadaan El yang selama ini ia cari. Jadi ia tidak merasa sia sia telah membuat keributan di pagi hari seperti ini. Karena dengan ini ia bisa mendapatkan informasi yang sangat penting. " Sekarang katakan pada paman, di mana Bibi El berada, kamu anak pintar" ucap Sean membujuk dengan manis Xaquil yang menurut Sean anak itu tampak sangat polos. Daren tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh ponakannya, ia tidak pernah mengerti pikiran dari bocah kecil itu. Tapi ia sangat penasar kenapa Xaquil berubah menjadi anak yang sangat polos tatapannya. ' Bukankah selama ini dia sangat membenci Sean, kenapa sekarang setelah berhadapan dengan ayahnya tatapannya menjadi polos seperti anak kecil yang sangat patuh. Apakah mungkin anak anak butuh sosok seora
" Kenapa kamu menyeretku ke sini? apa yang ingin kamu katakan, sepertinya ini sangat penting karena kamu tidak akan bertingkah seperti ini" ucap Xavier saat Xaquil menyeretnya ke belakang rumah, sementara Xhaqella sudah mulai tidur siang. " Ini sangat penting dari apapun, dan kamu juga harus tahu dengan yang terjadi padaku saat berada di rumah Oma tadi pagi" ucap Xaquil lirih, meskipun sudah menjauh tapi ia tidak ingin ada orang yang mendengarnya. " Memangnya apa yang terjadi? apakah kamu takut dimarahi ibu karena kamu sudah nakal berada di rumah Oma" ucap Xavier dan itu mambuat Xaquil langsung menatap adiknya dengan tajam. " Siapa yang kamu katakan nakal? tapi .....bukankah itu juga termasuk nakal" ucapnya dengan ragu, sambil mengingat peristiwa tadi pagi. " Tuh, benarkan apa yang aku duga, apa yang membuatmu nakal? Sejak bertemu dengan paman Daren kakak berubah menjadi sedikit aneh.... Ah, maksudku bukan aneh sih, hanya saja kakak sudah tidak dingin seperti dulu. Kakak sudah leb
El terdiam membeku, mendengar ucapan Xaquil, ia belum siap untuk bertemu dengan Sean kembali, luka yang Sean berikan masih terbuka meninggalkan pedih yang terkadang membuatnya ingin berlari sejauh mungkin. Mungkin karena El terlalu mencintai Sean, jadi ia merasakan sakit saat dirinya dikhianti oleh mantan suaminya,Saat ini El belum siap berbagi anak anaknya dengan mantan suaminya, namun ia juga tidak ingin membuat ketiga anaknya tumbuh tanpa seorang ayah.“ Ibu Kenapa? Apakah ibu takut dengan orang yang berada di rumah paman tadi pagi” ucap Xaquil sambil menangkup kedua pipi ibunya dengan tangan kecilnya. Xaquil bisa melihat sorot ketakutan di mata ibunya.“ Kenapa ibu harus takut, ibu tidak mengenalnya” ucap El tergagap sambil tersenyum yang dipaksakan.“ Ya, betul! Ibu tidak boleh takut pada orang itu, karena ada anak ibu ini yang akan melindungi ibu. Dan ibu tenang saja untuk beberapa hari ini dia pasti tidak akan ada di kota ini. Aku sudah mengirimnya ke tempat yang jauh” ucap Xa