Daren menunggu ibunya Rizky di depan IGD, minimal dia bisa memastikan apakah ibu itu bisa bertahan atau tidak? Sekaligus menunggu anak buahnya untuk bergantian menjaga ibu dari Rizky.“ Kita tunggu kabar tentang keadaan nenek itu dulu ya, Xaquil! Paman masih takut jika dia tidak selamat, paman merasa bersalah karena tidak langsung menghajar penjahat tadi” ucap Daren sambil memangku keponakannya. “ Hum, aku juga ingin tahu apa yang terjadi pada nenek itu, kasihan dia sudah tua tapi di siksa seperti Binatang. Tapi aku sedikit lega karena tadi sudah menembak dia dengan pistol yang Opa belikan dulu, ternyata sangat berguna, meskipun ini hanyalah mainan” ucap Xaquil. “ Sangat berguna karena kamu sudah menganti pelurunya dengan batu, bagaimana bisa kamu kepikiran seperti itu, hum? Dan sejak kapan kamu mengantinya, karena tidak mungkin kamu menganti dalam waktu yang singkat” ucap Daren sambil mencubit pipi gemoy Xaquil. Xaquil tersenyum dengan lebar. “ Ini aku sudah lama menggantinya, aku
[ Allen mari bertemu ada yang ingin aku beritahukan padamu, dan ini mengenai ibu kamu] pesan Max yang di kirimkan padanya, membuat Allen sedikit penasaran, apa yang ingin di sampaikan oleh temannya itu. Kasus ibunya memang belum menemukan titik terang bahkan hingga kini dia dan juga papanya belum menemukan siapa pelapor sesungguhnya. Dan hari ini Max mengajak bertemu dan membahas kasus ibunya, pasti ada perkembangan. Begitulah pikir Allen!“ Mungkinkah Max sudah menemukan siapa orang yang sudah melaporkan Mama ke polisi? Ataukan dia punya kabar gembira yang bisa membebaskan Mama dari penjara? Jika aku tahu siapa yang sudah melaporkan Mama ke polisi, aku akan mendatanginya minimal mengajukan damai” gumam Allen kini sedang bersiap siap untuk pergi menemui temannya itu. Allen langsung turun ke lobby apartement dan langsung masuk ke dalam mobil anak buahnya, yang sejak tadi dia menunggu di sana. Dua puluh lima menit Allen menempuh perjalanan menuju tempat janjian dengan Max, kini Allen
Allen pulang dengan beban yang sangat berat, dia masih memikirkan apa yang dibicarakan oleh Max tadi saat di kantornya, saat ini dia benar benar tidak bisa berbuat apa apa. rasa marah terus mengelanyut di dalam benaknya. Dia tidak menyangka jika Sean akan melaporkan Mamanya. Dia sudah lengah selama ini tidak mengawasi Sean dengan baik, dia terlalu meremehkan kondisi Sean yang sudah parah.“ Entahlah, pikiranku sekarang mengarah pada Sean, orang yang benar benar menyeret Mama masuk kedalam penjara. Apakah anak buah aku telah berkhianat sehingga dia tidak melaporkan kepadaku, apa yang dilakukan Sean dalam beberapa waktu terakhir ini? Atau memang Sean bermain rapi?” gumam Allen. Seberapa dalam Sean tahu mengenai Ibunya, apakah dia juga mengetahui jika Vero adalah wanitanya Marco? Dan sampai mana Sean mengetahuinya semua rahasia yang disimpan oleh Papanya? Pertanyaan pertanyaan semacam itu selalu melintas di dalam kepala Allen. Kesal, marah dan gelisah semuanya bercampur menjadi satu.
Dddrrrreeett! Suara getar ponsel dari atas meja mengejutkan Ambar yang saat ini sedang berada di rumahnya. Dia juga masih memikirkan kemana anak Vio di bawa. Bahkan tidak ada jejak yang tertinggal. Dia meraih ponselnya, tapi ternyata bukan miliknya yag bergetar. Di meja ada ponsel satu lagi. “ Apakah ini ponsel Marco? Siapa kira kira yang mengirimi pesan? Kalau penting aku bisa mengantarnya ke atas. Lagian dia sangat ceroboh sekali” gumam Ambar sambil melihat ponsel milik suaminya itu. Namun karena terkunci dia tidak bisa melihat pesan dari siapa. “ Apakah urusan Vero belum menemui titik terang? Tapi aku sangat heran, siapa yang berani memprovokasi dokter Vero” ucap Ambar masih memikirkan masalah suami sekaligus sahabatnya itu. Takut ada pesan penting, Ambar langsung membawa ponsel milik Marco dan langsung menemuinya di lantai atas. Sepertinya suaminya itu sedang sibuk. Ceklek! “ Marco kamu di dalam?” ucap Ambar saat masuk ruang kerja Marco. Namun di sana tidak ada Marco sama
Marco bergesa untuk pergi menemui anaknya di rumah yang dia beli, khusus untuk bertemu dengan Allen dan juga Vero, namun saat ini sebetulnya hati Marco sedang tidak baik baik saja. Kasus Vero membuatnya seperti zombie, lingkaran hitam mulai menghiasi matanya. Sedangkan wajahnya terlihat sangat kusut. Bertahun tahun lamanya dia mencintai Vero, dan selama itu pula dia selalu memenuhi kebutuhan dan permintaan Vero, tapi kini Marco merasa tidak berdaya. Dia tidak bisa menolong kekasihnya yang kini berada dalam tahanan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana kehidupan Vero di balik jeruji besi? Apakah dia tidur dengan baik, apakah dia makan dengan cukup? Pertanyaan semacam itu selalu menghantui Marco setiap malamnya. Di saat dia makan dan tidur dengan nyaman, tapi di sisi lain dia membayangkan wanita yang dia cintai tidur di lantai yang dingin.“ Orang berkuasa mana yang bisa menyeret Vero ke penjara? Kenapa semuanya terlihat sangat misteri, mulai dari korbannya siapa dan juga kapan mereka
Marco memasuki rumahnya dengan sedikit sedih, lagi lagi dia mendapati anaknya yang tidak bisa mengendalikan emosinya. Terkadang dia menyesal karena dulu telah meninggalkan darah dagingnya sendiri demi keserakahannya. Tapi mau bagaimana lagi dia juga tidak bisa mengulang waktu yang telah berlalu. Harus nya dulu dia membawa Allen dan dirawat bersama Ambar, tapi Vero tidak setuju. Sedangkan jika Marco saat itu menikahi Varo maka dia juga tidak akan mendapatkan harta dari keluarga Hill. Marco dan Ambar berbohong di depan semua pemegang saham jika Shaun meminta dirinya dan Ambar menikah dan membesarkan Sean. Selain itu dia juga tidak akan berebut harta dengan Ambar. Bisa bisa terbuka semua kedok kejahatannya selama ini. Namun sekarang melihat anaknya yang seperti ini hati Marco sakit. ‘ Apa yang telah dilakukan oleh Allen? Kenapa dia emosi seperti ini, apakah ada sesuatu yang buruk sehingga membuat anaknya menjadi seperti ini?” batin Marco bertanya tanya kemudian dia mengajak Damien masu
Marco merasakan dunianya hancur, berkali kali dia berusaha untuk menyangkalnya tapi Allen mengatakan dengan penuh keyakinan sekaligus kebencian yang begitu besar. Begitu pula Dengan Damien, dia tak kalah terkejutnya dari Marco. Apalagi dia yang selama ini menjadi kuasa hukum Sean dan juga Hill Corporation, dan dia tidak tahu menahu mengenai laporan itu. Apakah saat ini Sean sudah tidak mempercayainya lagi? Apakah Sean mulai mencurigai dirinya juga. “ Allen apakah itu benar jika Sean yang sudah menyeret Mama kamu ke penjara, tapi kenapa saya tidak tahu menahu? Apa artinya dengan semua ini” ucap Damien kini benar benar merasa lemas badannya. Damien sebenarnya tidak bodoh, dengan Sean yang tidak menghubunginya itu artinya Sean sudah tidak percaya dengannya, lalu sejak kapan? Dan apa alasannya dan sejak kapan pula Sean berhubungan dengan Darius Fazza? Apakah Sean sudah kembali seperti dulu lagi? dan bagaimana nasibnya, apa yang harus dia lakukan? Beribu pertanyaan kini memenuhi kepala
Damien pulang dari rumah Marco dengan hati yang sangat kesal, dia tidak tahu menahu jika Sean sudah mengetahui dirinya berkhianat, dan tidak menampik kemungkinan lain jika Sean sudah tahu semuanya. Damien tidak bodoh, diamnya Sean pasti dia menyiman sesuatu yang dia tahan selama ini. Apalagi dia tahu bagaimana kepribadian Sean. Damien menghentikan mobilnya di bahu jalan layang, dia menatap langit yang sebentar lagi akan berubah warna menjadi kemerahan karena matahari yang sudah mulai merangkak ke barat. Dia sangat tahu apa yang akan terjadi padanya jika dia membiarkan Sean terus mengambil tindakan. Masuknya Varo ke penjara hanyalah peringatan untuk semuanya. Ya, Sean pasti tidak akan berhenti sampai Vero, apalagi dia sudah mengendeng Darius, itu artinya akan ada sesuatu yang besar. Begitulah pikir Damien. “ Pantas saja beberapa hari yang lalu dia terlihat cuek dan acuh padaku, tapi siapa orang yang sudah membuat Sean sadar? Apa mungkin itu adalaha El, secara kemarin juga aku ketemp