Beranda / Rumah Tangga / Membalas Perselingkuhan Suami ASN / Bab 6 Saat Wanita Sudah Kecewa

Share

Bab 6 Saat Wanita Sudah Kecewa

Penulis: Miss_Pupu
last update Terakhir Diperbarui: 2023-09-20 07:18:05

Setelah melakukan kesepakatan dengan Miranda, Sabrina dan Jaka memilih pulang. Namun di tengah perjalanan, Sabrina memilih turun dari kendaraan Jaka dan pulang ke rumah dengan menggunakan taksi online. Ia tak mau kalau Hasbi sampai curiga.

"Kamu dari mana saja? Beraninya kamu membohongi saya?!"

Kedatangan Sabrina di rumah disambut dengan sentakan pertanyaan dari Hasbi. Pria itu sudah berdiri di depan rumah saat Sabrina keluar dari taksi online. Tatapannya nanar penuh selidik membuat Sabrina harus pandai beralasan.

"Kamu pikir aku dari mana, Mas? Menunggu kedatangan kamu yang berpuluh-puluh menit hanya akan membuat penyakitku kian bertambah parah." Sabrina mengelak. Ia segera melanjutkan langkah kemudian masuk ke dalam rumah melewati tubuh Hasbi dengan acuh. Namun, pergelangan tangannya digenggam sang suami sehingga langkahnya terhenti di ambang pintu.

"Alasan!" Satu kata yang keluar dari mulut Hasbi yang membuat Sabrina tak sudi membalasnya.

Sabrina tetap melanjutkan langkahnya. Sesampainya di kamar, ia melemparkan tas selempang ke atas ranjang. Dadanya kembali bergemuruh panas setelah melihat wajah Hasbi. Ditariknya napas cukup dalam kemudian dihembuskan dengan perlahan. Ia tak mampu membendung tangisan kekecewaan.

"Maafkan aku, Sabi, aku keterlaluan. Jangan menangis. Maaf jika aku terlambat membawamu ke Dokter." Hasbi sudah berada di belakang Sabrina. Kedua tangannya melingkari perut istrinya.

"Aku tidak marah, Mas," balasnya. Sabi segera melepaskan pelukan sang suami. Ia menghindar lalu duduk di atas ranjang.

"Tapi aku baru saja sadar, bahwa kamu bukanlah milikku," imbuhnya seraya mengusap pipi yang terus saja basah oleh air mata.

"Mengapa kamu bicara seperti itu? Kamu menuduhku selingkuh?" Hasbi turut serta duduk di samping Sabrina. Pertanyaannya membuat Sabrina menoleh sinis.

"Aku tidak mengatakan hal itu, Mas!" bantah Sabrina. Ia berusaha tenang.

"Lalu apa maksud ucapan kamu?" Hasbi seperti tersinggung dengan ucapan istrinya.

"Kamu memang bukanlah milikku seutuhnya, kan. Kamu itu milik negara. Sehingga disaat istrinya kesakitan butuh pertolongan, kamu tak bisa berada disisiku. Padahal ini hari minggu," sindir Sabrina. Diluruskannya kembali wajah kecewa bercampur emosi.

"Kenapa kamu masih saja membahas akan pekerjaanku, Sabi? Kita sudah sepuluh tahun menikah, mengapa kamu masih saja tidak paham juga!" Hasbi menyentak lagi. Dia tak mau kalah.

"Aku selalu berusaha paham, Mas. Maka dari itu aku selalu mengalah." Sabrina menyudahi perdebatan.

Pria gagah itu kemudian memeluk Sabrina. Seperti sadar. "Maafkan aku, Sabi. Aku tahu pasti kamu rindu dengan kebersamaan kita. Sabar ya," ucapnya dengan suara merdu bak syair yang menyejukan hati.

Namun, hati Sabrina telah hancur dan tak bisa diperbaiki lagi. Bertahun-tahun Hasbi berbohong tentang perselingkuhannya maka ia tak akan tinggal diam.

"Sudahlah, Mas. Sepertinya aku tak diperbolehkan bersedih. Aku paham kalau suamiku hanyalah milik negara." Sabrina tak mau memperpanjang. Ada yang lebih penting dari perdebebatan.

"Mas, dimana kamu menyimpan sertipikat rumah ini dan surat mobil?" imbuhnya dengan mengalihkan pertanyaan.

Dahi pria itu mengkerut, tampak gugup mendengar pertanyaan dari istrinya. "Untuk apa kamu mempertanyakan surat-surat itu, Sabi?" Pria itu malah berbalik tanya seraya menyembunyikan ketegangannya.

"Bukan untuk apa-apa, Mas. Hanya saja untuk pemberkasan di sekolah." Sabrina beralasan lagi. "Jadi, dimana surat-surat penting itu, Mas? Boleh aku pinjam?" imbuhnya menekan.

Hasbi tampak kelimpungan. "Mmm-"

Bersamaan dengan itu terdengar suara bell berbunyi di depan rumah membuat Hasbi selamat dari pertanyaan Sabrina.

"Ada tamu, Sabi. Aku buka pintunya ya." Hasbi langsung beranjak dari ranjang memilih membuka pintu. Sepertinya dia menghindar dari pertanyaan Sabrina.

'Kenapa kamu, Mas? Aku yakin kamu tengah menyembunyikan sesuatu dariku,' batin Sabrina yang masih mematung di atas ranjang.

Merasa Hasbi membuka pintu cukup lama, Akhirnya Sabrina menyusul karena penasaran dengan tamu di tengah suasana yang terasa panas.

Ternyata yang datang adalah ibunya Hasbi, mertua Sabrina. Sabi memilih mendengarkan percakapan ibu dan anak itu di balik dinding ruangan.

"Mama pikir kamu di rumah Miranda, ini kan hari minggu cucu Mama pasti pengen liburan. Lagian ngapain sih kamu masih saja mempertahankan wanita mandul seperti Sabrina."

"Sudah, Ma. Jangan bicara seperti itu. Di dalam ada Sabrina."

Deg!

Sabrina meremas bajunya. Lahar panas terasa naik ke atas ubun-ubun. Dia pikir hanya Hasbi yang membuat kebohongan besar ini, nyatanya mertuanya pun turut serta.

'Tega sekali mereka padaku. Padahal aku yang telah membantu keuangan mereka selama ini,' batinnya kian hancur berkeping-keping.

Setelah dirasa tenang, Sabrina kemudian menghampiri mertuanya di ruang tamu. Tak ada percakapan yang aneh-aneh saat Sabrina datang.

"Mama, apa kabar?" Sabrina meraih tangan mertuanya bersalaman dengan sopan. Ia berusaha menyembunyika gejolak hatinya.

"Baik kok," jawab mertua Sabrina datar.

"Kok Mama tidak memberikan kabar kalau akan datang. Padahal aku bisa siapkan makanan," tutur Sabrina tetap berusaha sopan. Sementara Hasbi hanya diam penuh tanda tanya.

"Tak usah repot-repot. Kedatangan Mama ke sini hanya ingin memberikan kabar kalau Hana akan menikah bulan depan. Acaranya akan diadakan di hotel bintang lima. Semua saudara Hasbi akan membantu, masing-masing senilah seratus juta. Bagaimana dengan kalian? Bisakah kalian siapkan uang seratus juta?" Wanita paruh baya itu menjelaskan maksudnya dengan santai. Ia akan menikahkan putri bungsunya yang tak lain adalah adik perempuan Hasbi.

Mendengar penjelasan sang mertua, seketika bola mata Sabrina membulat terkejut. Seratus juga memang bukan uang yang sedikit bagi Sabrina mau pun Hasbi.

"Hasbi mana ada uang sebanyak itu, Ma," jawab Hasbi dengan berat.

"Kan ada Sabrina, Mama yakin Sabrina bisa membantu." Ibunda Hasbi melayangkan tatapan tajamnya pada Sabrina.

Sebenarnya Sabrina bisa saja membantu mertuanya. Meski pun uang seratus juta cukup banyak, Sabrina pasti mampu mengupayakan. Tapi setelah mengetahui kebusukan suami dan mertuanya, seketika rasa kasihan itu pudar seiringan dengan rasa kecewanya.

"Maaf, Ma. Sabrina tidak memiliki uang sebanyak itu," jawab Sabrina dengan sopan.

"Mana mungkin, Sabrina. Tunjangan kamu besar, uang gaji Hasbi juga besar, masa kamu tak memiliki tabungan untuk membantu Mama." Suara sang mertua terdengar menggelegar bak raungan singa yang menyeramkan.

Sabrina menelan salivanya cukup berat. Tidak, dia tak akan membantu penjilat.

"Saya akan berdiskusi terlebih dahulu dengan Sabrina, Ma. Tolong beri kami waktu," timpal Hasbi yang akhirnya bersuara.

"Oke! Akan Mama tunggu!" Wanita paruh baya itu beranjak dari tempat duduk lalu keluar dari rumah Sabrina tanpa pamit. Mamanya Hasbi pergi diantar supir dengan menggunakan kendaraan pribadi.

Suasan di ruang tamu terasa kian bertambah panas. Sesekali Hasbi melirik Sabrina yang acuh tak acuh.

"Sabi, apa benar kamu tak memiliki tabungan? Bisakan kamu bantu Mama seratus juta? Nanti uangnya akan aku ganti." Hasbi merayu selepas mamanya pergi.

"Tidak ada, Mas. Selama ini aku tak mendapatkan pemasukan dari kamu. Aku bahkan tak tahu, kemana larinya gajiku selama ini." Sabrina tampak berani. Rasa ibanya telah hilang.

"Tapi kamu bisa ajukan pinjaman kan? Buat apa SK kalau tidak dipergunakan." Hasbi dengan entengnya.

Sabrina membeliak emosi. Namun sepertinya ia punya ide. "Oke aku akan ajukan pinjaman. Tapi pemberkasan harus terlebih dahulu dilakukan. Berikan sertipikat rumah dan surat mobil padaku,"

Bab terkait

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 7 Pertemuan Yang Menegangkan

    "Pinjaman PNS tak perlu menggunakan surat-surat itu, Sabi. Kamu pikir aku bodoh!" Hasbi tetap berkilah. Membuat Sabi kian penasaran saja."Memang iya. Tapi aku hanya butuh surat-surat penting itu untuk pemberkasan, Mas. Apa salahnya sih," gerutu Sabi. Wanita itu dibuat geram dengan sikap Hasbi."Aku hanya pinjam, Mas. Lagi pula itu surat-surat yang seharusnya disimpan seorang istri," sambungnya menekan.Namun, Hasbi masih saja diam mematung. Ia nampak kesulitan untuk menjawab."Mana, Mas? Aku akan ajukan pinjaman seratus juta untuk Mama kamu. Itu pun kalau surat yang aku minta sudah ada di depan mata." Sabrina kembali menekan.Hasbi masih saja membeku. Dia kebingungan karena surat itu tak ada padanya. Akhirnya Sabrina memilih meninggalkan."Tunggu, Sabi!" Hasbi menahan langkah Sabrina."Akhirnya kamu bersuara juga." Sabrina kembali duduk di dekat Hasbi."Maaf, Sabi. Surat-surat itu tak ada padaku." Hasbi menundukan kepala."Apa maksudnya?" Dahi Sabi mengkerut tak paham."Surat rumah t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-21
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 8 Pilih Dia Atau Aku

    "Perkenalkan, saya adalah Sabrina Mecca—istri sah dari Hasbi Adhitama."Bola mata Miranda membulat sempurna seakan hendak loncat dari sarangnya. Sama halnya dengan Hasbi."Apa-apaan ini, Bu Sabi? Saya tidak suka dengan lelucon macam ini." Miranda menggelengkan kepala.Sementara Hasbi menundukan kepala. Ada emosi yang tengah ditahannya."Loh, ini bukan lelucon kok. Saya memang istri sah Mas Hasbi. Kami sudah sepuluh tahun menikah. Namun sepertinya Mas Hasbi tak terlalu kuat dengan ujian yang menerpa pernikahan kami," tekan Sabrina mengulum senyum miring. Ia terlihat kuat, tapi sebenarnya tidak."Mas Hasbi, apa benar?" Miranda menatap nanar suaminya."Mungkin suami anda malu mengakuinya, Miranda. Ops, sory. Maksud saya suami saya, karena anda hanya istri simpanan yang tak dianggap," cibir Sabrina."Cukup, Sabi! Apa-apaan kamu ini. Kamu sudah merencanakan semuanya? Kamu menjebakku! Kamu berani melawanku?!" sergah Hasbi seraya menghentakan kepalan tangannya di atas meja.Sabrina menggeleng

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-22
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 9 Hinaan Dari Mertua

    Nampaknya Hasbi tak akan terima kalau sampai Miranda pergi dari kehidupannya. Dia segera meraih tangan sang istri muda, saat wanita itu hendak pergi."Jangan, Mira. Aku mohon. Kita kembali ke tempat duduk. Kita harus bicara," bujuknya dengan sungguh-sungguh.Miranda yang tengah dibakar api kecewa, nyatanya tetap menuruti perintah Hasbi. Dia mengangguk memberi kesempatan pada sang suami untuk bicara. Akhirnya mereka berdua kembali duduk di tempat semula."Jelaskan sekarang, Mas. Mengapa kamu tega membohongiku," tekan Miranda. Dia menyilangkan kedua tangan di depan dada sementara wajahnya begitu nanar kepada sang suami."Oke, aku akan bicara jujur dan kamu harus percaya sebab aku melakukan ini hanya demi, Aksa," jawab Hasbi."Apa hubungannya dengan anak kita?" Miranda mengernyitkan dahi."Mira, aku sudah lama ingin meninggalkan Sabrina. Wanita itu tidak mampu memberikan aku keturunan. Sebagai laki-laki, aku pun ingin memiliki anak dari darah dagingku. Tapi Sabrina tidak bisa. Aku sudah t

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 10 Bujuk Rayunya

    "Tega sekali Mama bicara seperti itu," lirih Sabrina. Bulir bening tak bisa lagi dibendung sampai akhirnya harus menetes di pipi mulus Sabrina. Bibirnya bergetar, menahan rasa sakit di dalam dadanya.Sementara Hasbi, dia tampak membatu saat mamanya menghina Sabrina."Mama bicara apa adanya, Sabi. Wajar kan kalau Hasbi ingin memiliki anak di saat kamu tak mampu memberikannya. Jangan egois, Sabi." Wanita paruh baya itu seperti tak memikirkan perasaan Sabrina. Air mata yang tumpah di pipi cantiknya, tak membuat Hasbi membuka mulut untuk sekedar membela sang istri."Miranda bahkan rela menjual perhiasannya demi membantu Mama, lalu bagaimana dengan kamu, Sabi? Kamu terlihat tak sudi direpotkan."Bak petir menyambar tubuh, ucapan mertua Sabrina terasa meremukan tubuh Sabrina sampai ke tulang-tulang."Cukup, Ma! Jangan pernah banding-bandingkan aku dengan wanita yang baru saja Mama kenal!" tukas Sabrina. Dihapusnya air mata yang seharusnya tak boleh keluar."Kalau Mama lebih menerima pelako

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 11 Calon Mantu?

    Sambungan telepon itu langsung diakhiri Jaka begitu suara bariton milik Hasbi terdengar."Mengapa jadi Hasbi yang menjawab telepon?" Jaka bertanya-tanya. Dia kini tengah berada di ruang kantornya. Memijat pelipis karena khawatir suami Sabrina jadi salah paham.Semalam, Jaka mengantarkan Sabrina ke rumahnya tanpa ada Hasbi. Dia tak tahu kalau panggilan teleponnya akan dijawab oleh Hasbi. Padahal saat ini Jaka sudah selesai mengumpulkan semua berkas yang dipinta Sabrina. Termasuk berkas penting milik Hasbi yang juga diamankan padanya.Satu jam kemudian pintu ruangan Jaka terdengar diketuk seseorang dari luar."Permisi, Pak. Ada tamu yang ingin bertemu." Sekestaris melapor pada Jaka usai membuka pintu."Siapa?" tanya Jaka biasa saja."Atas nama, Hasbi Adhitama," jawab wanita berambut pendek itu.Sedikit terkejut. Dia langsung mengamankan berkas milik Sabrina. "Bawa ke ruangan saya," titahnya pada sekertaris."Baik, Pak." Wanita itu keluar lagi. Sementara Jaka langsung sibuk memastikan ka

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 12 Keputusan Yang Pahit

    "Sudah, Ma. Sudah. Mama ke sini sama siapa?" Jaka mengalihkan perhatian."Diantar supir," jawab mamanya Jaka masih dengan senyuman yang terukir di bibirnya."Oh baguslah. Aku pamit, Ma. Aku mau antar Sabrina pulang ya." Jaka menarik pelan tangan Sabrina."Tante, saya pamit.""Iya, Sabi. Hati-hati di jalan. Tante tunggu di rumah nanti." Wanita paruh baya itu masih saja melebarkan senyuman. Terlihat bahagia. Pasalnya, Jaka sering sekali bercerita tentang Sabrina padanya.Kini Sabrina dan Jaka telah berada di lobi. Wajah Jaka memerah karena tak enak dengan sikap mamanya yang so akrab, padahal baru pertama bertemu dengan Sabrina."Jak, sepertinya aku akan pesan taksi online saja ya," ucap Sabrina."Oke. Maaf ya kalau tak bisa antar sampai ke rumah kamu," balas Jaka. "Mm-aku mau minta maaf atas sikap mamaku yang so akrab sama kamu," imbuhnya seraya menggaruk pundak yang tak gatal."Tidak apa-apa, Jak. Aku malah senang sama Mama kamu yang ramah. Mengingatkan pada ibuku di rumah." Sabrina ke

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-24
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 13 Meragukan

    Hasbi nampak mematung dengan penekanan yang diberikan Sabrina. Ia sempat menunduk kemudian mengangkat kembali wajahnya."Putuskan sekarang, Mas. Saya tidak punya banyak waktu." Sabrina kembali menekan. Wajahnya memang terlihat kuat di hadapan semua orang, tapi di dalam hatinya berbeda jauh. "Aku putuskan, aku akan memilih Sabrina." Keputusan pria bergelar ASN itu pada akhirnya.Tapi, tak ada wajah sendu yang ditampilkan oleh Miranda. Apalagi dengan orang tua Hasbi. Mereka terlihat biasa saja. Mereka tak nampak terkejut sedikit pun.Usai melemparkan tatapan pada orang-orang di ruangan itu, Sabrina kembali melayangkan tatapan nanar pada Hasbi. Ia merasa tak yakin dengan jawaban suaminya."Aku tidak yakin kalau kamu akan rela kehilangan istri muda dan anakmu, Mas," tukasnya. Setelah Sabrina memastikan wajah Hasbi yang biasa-biasa saja. Apalagi dengan Miranda yang harusnya bersedih atau marah."Karena aku lebih tak rela kehilangan kamu, Sabi. Perasana ini teramat yakin kalau aku tak rel

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25
  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 14 Menyadap Ponsel Suami

    Detik itu juga Jaka menerangkan pada Sabrina langkah-langkah menyadap aplikasi pesan di ponsel Hasbi nanti.Pandangan Sabrina tak beralih ke yang lain. Dia fokus pada penjelasan Jaka siang ini. Setelah itu, dia segera pulang untuk menjalankan aksinya.Wanita itu hanya ingin memastikan kalau Hasbi memang benar-benar telah berubah. Sampai tiba di depan rumah. Awalnya terlihat tak ada yang aneh. Namun begitu Sabrina memutar handle pintu, ternyata pintu rumahnya dikunci dari dalam."Apa Mas Hasbi ada di dalam?" Sabrina tampak berpikir. Ia segera menekan bell yang menempel di dinding."Mas! Kamu ada di dalam?" Sabrina sedikit berteriak memanggil sang suami yang diperkirakan ada di dalam rumah. Padahal tadi pagi Hasbi sudah berangkat untuk dinas."Sebentar, Sabi." Benar saja Hasbi memang ada di dalam rumah saat balasan suara bariton dengan jelas terdengar kalau itu adalah suara Hasbi.Sabrina nampaknya harus menunggu dalam beberapa menit saat Hasbi masih saja belum membuka pintu. Hingga ak

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-25

Bab terbaru

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 219 Akhir Yang Indah

    Suatu hari Jaka memanggil Sabrina dan anak-anaknya di ruang keluarga. Di sana juga ada Jeni yang turut serta hadir. Jaka meminta pada Sabrina untuk bersiap-siap karena mereka akan pergi ke pusat perbelanjaan untuk membeli pakaian baru.Awalnya Sabrina terlihat ragu menerima tawaran suaminya, akan tetapi ia menyanggupi karena Jaka memaksa dan tak mau ditolak ajakannya.Hingga akhirnya dua kendaraan roda empat akan melaju menuju pusat perbelanjaan untuk membeli beberapa pakaian baru. Dua mobil itu berisi Jaka, Sabrina, Jeni dan empat anak termasuk suster yang turut serta mendampingin. Mereka akan belanja bersama terutama untuk keperluan ulang tahun Aksa yang tinggal menghitung hari.Sabrina nampak berjalan seiringan dengan Jaka setelah sampai di pusat perbelanjaan. Jaka meminta Sabrina memilih apa pun yang diinginkan. Wanita mana yang tak bahagia dengan perlakuan suami seperti Jaka. Sabrina bagaikan satu-satunya wanita paling beruntung di dunia."Sayang, kamu pilih apa pun yang kamu but

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 218 Sedikit Gangguan

    "Kenapa, Ma?" Sabrina segera bertanya. Tentu ia masih terkajut dengan jawaban mertuanya."Tapi bohong. Mama setuju dong. Masa iya Mama gak setuju," ralat Jeni yang rupanya hanya bercanda saja.Seketika Sabrina dan Aksa menghela napas lega secara bersamaan."Ya ampun, Mama. Sungguh aku sampai kaget. Aku pikir Mama benar-benar gak setuju." Sabrina mengusap dadanya. Tak disangka kalau mertuanya senang bergurau."Omah, Aksa juga kaget," timpal Aksa masih memasang wajah terkejutnya.Gegas Jeni memeluk Aksa. "Maaf, Sayang. Omah bercanda. Omah 'kan sayang sama Aksa, masa iya gak setuju. Kita akan rayakan ulang tahun Aksa dengan meriah ya. Pokonya kita akan happy-happy," sambutnya. Jeni tampak menampilkan wajah bahagianya kali ini."Terima kasih, Omah. Aksa sayang sekali sama Omah," ucap Aksa yang kembali memeluk Jeni."Omah juga sayang sama, Aksa," balas Jeni.Melihat itu, Sabrina semakin melebarkan senyumannya. Ia semakin dibuat bahagia dengan keadaan di rumah mewah itu."Terima kasih ya, M

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 217 Perhatian Yang Sempurna

    Mendengar cerita Sabrina, seketika Jeni tercengang. "Lalu, apa yang Raisa sampaikan sama kamu, Sabi?" tanyanya penasaran."Raisa mengucapkan terima kasih padaku, Ma. Dia berterima kasih karena aku tela merawat dan menjaga Abang Yusuf dengan baik." Sabrina kembali menjelaskan.Isi dada Jeni terasa bergetar mendengar itu. "Pasti Raisa merasa tenang di alam sana. Kamu telah menjaga Yusuf dengan baik. Mama yakin Raisa bangga padamu, Sabi."Sabrina menurunkan tatapan. Ia masih ingat dengan jelas wajah Raisa kala itu. "Semoga saja ya, Ma. Aku tidak menganggap Abang Yusuf anak tiri kok. Meski pun dia tak lahir dari rahimku, aku menyayanginya bagai anak kandung sendiri," tuturnya."Karena kamu memang wanita baik, Sabi. Mama sungguh bangga bisa mendapatkan menantu seperti kamu. Jaka memang tak pernah salah mencintai kamu," balas Jeni. Sabrina hanya bisa menyodorkan senyuman saat sang mertua memujinya.Sampai saat ini dunia Sabrina memang terasa lebih berwarna dari biasanya. Anak-anaknya berpa

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 216 Kebahagiaan Yang Sempurna

    Satu bulan kemudian keluarga Dirgantara nampak disibukan dengan persiapan pernikahan Sesil yang tinggal menghitung hari.Adik Sabrina itu nampak disibukan dengan segala macam persiapan menjelang pernikahannya. Hingga Sabrina pun harus turun tangan dalam membantu adik kandungnya itu.Hingga tiba pada saat ijab kabul pernikahan terucap dengan lantangnya oleh pria yang Sesil cintai. Pernikahan telah sah dilangsungkan dan Sesil telah diperistri kekasihnya. Satu hari usai pernikahan, Sesil dan suaminya langsung terbang ke bali untuk bulan madu selama satu minggu. Tentu suasana saat ini semakin membuat Sabrina lega dan bahagia karena tugasnya menjaga Sesil kini telah berpindah pada suami Sesil.Sabrina kian merasa bahagia dengan keluarga saat ini. Ia juga bahagia dengan kesibukannya saat ini sebagai ibu rumah tangga untuk empat anak-anaknya.Pagi ini bahkan Sabrina nampak sibuk menyiapkan perlengkapan sekolah Aksa. Sabrina juga selalu menemani Aksa sarapan di ruang makan bersama Jaka yang j

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 215 Mimpi

    Sabrina dan Jaka mengukir senyuman yang lebar tatkala melihat Sesil dan Jeni berpelukan. Keluarga yang nyaris sempurna setelah beberapa kali terpa ujian."Permisi, Nyonya. Makan malam sudah siap." Ijah melapor pada majikannya yang tengah bercengkerama."Oh iya. Terima kasih, Jah," ucap Jeni.Ijah tersenyum. "Sama-sama, Nyonya," balasnya kemudian berlalu setelah tugasnya selesai.Sementara Jeni segera mengajak keluarganya untuk segera makan malam, "Ayo kita makan malam bersama dulu yu."Serentak Sabrina, Aksa, Jaka dan Sesil mengangguk secara bersamaan sebagai pertanda mengiyakan ajakan Jeni barusan. Gegas mereka beranjak dari tempat duduk beralih menuju ruang makan.Di atas meja makan sudah tersaji aneka makanan yang lezat hasil dari masakan Ijah. Pembantu rumah tangga itu memang spesial memasak untuk malam ini. Melihat keluarga majikannya yang akur dan bahagia, ia merasa sangat senang.Ijah, Siti dan Iyem yang berada di ruangan sebelah ruang makan nampak tersenyum melihat kebersamaan

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 214 Rencana Pernikahan Sesil

    Sabrina akhirnya membiarkan Aksa tetap ikut bersama Sesil. Ia juga paham sebab tak ada yang menemani Sesil di rumahnya. Sabrina kembali masuk ke mobil suaminya.Sementara Aksa satu mobil bersama Sesil akan kembali ke rumahnya. Suasana hati Aksa sedikit membaik setelah ditenangkan oleh Sabrina tadi. Air matanya sudah surut namun ia memilih tetap diam dalam perjalanan pulang tanpa banyak bicara.Sesekali sebelah tangan Sesil mengusap rambut tebal Aksa. Sulit dijelaskan, tapi dia sudah menyayangi Aksa. Aksa memang terlahir dari orang tua yang tak lain adalah mantan suami Sabrina tapi Sesil tak lagi mempermasalahkan itu. Ia sudah menyayangi Aksa dengan sebenar-benarnya.'Ya Tuhan, anak kecil di dekatku sungguh malang. Dia tak menginginkan kesedihan ini terjadi. Izinkan hamba untuk selalu menjaga dan merawatnya sampai dewasa nanti,' harap Sesil dalam hati.Harapan yang sama yang tengah diucapkan Sabrina saat ini. Dalam perjalanan pulang bersama suaminya, Sabrina masih memikirkan perasaan A

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 213 Mantan Suami Meninggal Dunia

    "Aku dan Aksa akan melayat, Mba. Aku akan mengantar Aksa. Kasihan kan," balas Sesil.Sabrina kembali dibuat dilema. Bagaimana mungkin ia akan tega membiarkan Aksa bersedih sendirian. Anak itu telah kehilangan segalanya. Orang tua satu-satunya Aksa kini turut berpulang ke sisi Tuhan karena penyakit komplikasi yang diidap. Sabrina tak pernah menyangka dengan kehidupan mantan suaminya yang memilukan."Sil, aku juga ingin ikut melayat. Aku kasihan pada Aksa. Tapi aku akan minta izin Mas Jaka terlebih dahulu ya," kata Sabrina. Ia masih menempelkan benda pipih itu pada telinganya."Kita ketemu di rumah tahanan saja ya, Mba. Kasihan Aksa tak bisa menunggu lagi." Sesil kembali bicara."Iya, aku ingin bicara dengan Aksa terlebih dahulu " pinta Sabrina."Boleh, Mba." Dalam detik yang sama, sepertinya Sesil langsung memberikan ponsel pintarnya pada Aksa."Iya, Ibu." Suara Aksa terdengar bergetar berat."Aksa, dengarkan Ibu ya. Tetap tenang. Semuanya akan baik-baik saja. Aksa dan Kak Sesil pergi

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 212 Kabar Buruk Dan Kabar Baik

    Sabrina sudah berdiri di depan rumah. Ia segera bertanya pada security di depan rumahnya."Mas, itu ambulance kemana?" tanya Sabrina pada pria berseragam layaknya security di rumahnya itu. Degup jantungnya masih sama, sebab suara sirine ambulance semakian mendekati arah rumahnya."Itu ada tetangga rumah sebelah yang meninggal, Non," jawab Security Sabrina.Seketika Sabrina menghela napas lega. "Saya pikir siapa. Kaget banget," desisnya. Akhirnya napas yang sempat tersengal kini mulai terasa lancar."Hanya tetangga, Non. Kabarnya meninggal karena kecelakaan," jelas security itu lagi."Ya sudah saya masuk lagi ya. Kabari saya kalau Mas Jaka pulang," pinta Sabrina."Siap, Non." Pria itu dengan tegasnya.Sabrina kemudian segera masuk kembali ke rumahnya. Ia masih belum juga tenang sebab belum mendapatkan kabar dari suaminya. Ia tak bisa menelepon Jaka lagi, sebab anak kembarnya minta ASI. Seperti biasa, Sabrina menyusui anak kembarnya secara bergantian. Ia selalu melakukan kewajibannya se

  • Membalas Perselingkuhan Suami ASN   Bab 211 Suara Ambulance

    "Klinik yang di dekat toko, Mba. Duh kasihan sekali Aksa. Aku sampai gak tega melihatnya. Sedari tadi Aksa mengigau nama papanya terus," kata Sesil lagi."Ya Tuhan, kasihan sekali Aksa. Memangnya kamu gak pernah bawa Aksa nengokin papanya di penjara?" Sabrina bertanya lagi."Sudah, Mba. Ceritanya dua hari yang lalu Aksa ingin bertemu papanya di penjara, aku mengabulkan keinginan Aksa. Ternyata Mas Hasbi sakit Mba. Semenjak saat itu Aksa terus saja memikirkan papanya." Sesil menjelaskan."Mas Hasbi sakit apa memangnya?" Lagi-lagi Sabrina bertanya. Ia masih menempelkan ponsel pintar pada telinganya."Katanya komplikasi, Mba. Sakit paru-paru dan lambung kronis. Aksa sampai sedih melihat papanya. Saat ini ada di klinik tahanan tengah dirawat oleh perawat di sana," kata Sesil."Ya Tuhan, sungguh aku kasihan pada Aksa. Anak sekecil Aksa sudah memiliki banyak sekali beban. Sebenarnya aku ingin menemui Aksa sekarang, tapi keadaannya tidak memungkinkan, Sil," terang Sabrina pada adiknya."Kena

DMCA.com Protection Status