Untuk mengalihkan suasana hatiku, Melisa secara acak membuka sebuah acara hiburan di televisi untukku.Kami berdua pun menontonnya sambil berkomentar."Tampang pria ini kurang, mukanya seperti monyet, terlihat jelas dia seorang aktor komedi.""Segmen ini palsu sekali, terasa ada skripnya."Tidak lama kemudian, kami berhenti tertawa.Karena saat ini, secara tiba-tiba, yang terlihat di layar adalah seorang selebritas papan atas di industri hiburan bernama David Fabian.Raut wajah Melisa seketika menggelap. Setelah menggerutu sangat sial, dia hendak mengganti ke acara hiburan yang lain.Namun, suara David yang terdengar menghentikan gerakannya.Segmen sekarang paling sensasional dalam acara hiburan.David menatap ke kamera, sorot matanya terlihat begitu lembut dan penuh kasih sayang."Hal yang paling kusesali adalah aku nggak mengungkapkan perasaanku ke seorang gadis pada tahun itu ...."Orang-orang di sekitar David mulai menggoda dan bertanya-tanya, sedangkan Melisa di sini mengepalkan t
Setelah dua detik hening, terdengar sebuah cibiran."Adel, supaya bisa membuatku membujukmu, kamu bahkan bisa berbohong tanpa berpikir dulu seperti itu?"Aku memejamkan mata dan tersenyum pahit.Sudah kutahu, pada akhirnya akan seperti ini.Sudah kutahu, apa pun yang terjadi padaku, baginya tidak sepenting dengan sehelai rambut Gita yang patah.Aku tahu semua itu, tetapi malah masih berharap.Tiba-tiba, rasa mual yang luar biasa menyerangku. Aku yang tengah berbaring segera menoleh ke samping dan mulai muntah.Brian tidak menyadarinya sama sekali dan masih memarahiku."Kamu kalau ingin bertingkah, sendirian saja! Jangan bawa-bawa pacar David! Kedua pihak keluarga mereka sudah janjian bertemu untuk membahas tanggal pernikahan, tapi sekarang Melisa nggak muncul!""Kamu sendiri yang nggak becus menangani hubungan dengan pasanganmu, sekarang malah memengaruhi orang lain. Bahkan sudah bisa berbohong dengan menggunakan nyawamu sendiri. Adel, apa kamu nggak merasa dirimu terlalu jahat? Kalau
Aku tertegun.Kemudian, tercium bau darah di mulutku.Suara mendengung muncul di telingaku.Gita berteriak pelan dan dengan cepat memegang tangan Brian."Brian, kenapa kamu melakukan ini? Sekalipun Adel pura-pura sakit, itu juga karena kamu nggak terlalu peduli padanya! Bukannya kita sudah sepakat sebelum datang ke sini, kalau kamu akan bicara baik-baik dengannya?"Suara lembut itu perlahan-lahan membuat Brian kembali tenang.Hanya saja, raut wajahnya masih penuh rasa jijik ketika melihat wajahku."Adel, belajarlah dari Gita! Saat kamu cemburu nggak jelas di sini, dia masih peduli dengan suasana hatimu dan membelamu! Apa kamu nggak merasa malu sebelumnya berpura-pura sakit dan menuduhnya?"Aku perlahan menyeka dara di sudut mulutku, menatap kembali pria di depanku ini dengan tenang."Brian, aku berbohong atau nggak soal kecelakaan mobil, kamu hanya perlu keluar dari kamar ini, memeriksa hasil riwayat medisku atau bertanya pada suster yang bertugas mengecek setiap pasien. di kamar rawat
Melihat seseorang menghinanya seperti ini, Gita segera berpura-pura terlihat lemah."Melisa, aku tahu kamu sahabatnya Adel, tapi kamu nggak bisa memperlakukan Brian seperti ini! Adel nggak mau hadir di pesta pernikahan, jadi kamu terpaksa datang menemuinya di sini! Ini juga karena kami khawatir padanya!""Lagi pula, kami nggak menyangka Adel akan begitu kejam pada dirinya sendiri hanya karena ngambek dengan Brian!"Sembari berbicara, dia tidak lupa menyeka air mata yang mengalir di pipinya.Melisa makin marah ketika melihat Gita masih saja bersandiwara seperti itu untuk menjelek-jelekkan aku.Dia berjalan ke depan dan menampar wajah Gita."Bukankah kamu senang memungut apa yang sudah dibuang orang lain? Aku dan Adel nggak butuh pria yang seperti sampah! Kudoakan kalian bertiga akan hidup bersama selamanya! Jauh-jauh dari kami!"Gita menjerit kesakitan, lalu sepasang matanya mulai berkaca-kaca."Melisa! Kenapa kamu tiba-tiba menamparku? Sebagai pacarnya David, kamu seharusnya mengendali
Seketika, semua orang di dalam ruangan ekspresinya berubah saat mendengar apa yang dikatakan Brian.Gita bahkan lupa untuk terlihat lemah-lembut, dia menarik-narik lengan baju Brian dan bertanya dengan cemas."Brian, evaluasi kinerja sedang berlangsung, kamu mengambil cuti sekarang bukanlah ide yang baik, 'kan? Aku tahu kamu peduli pada Adel, tapi kamu juga harus memikirkan masa depanmu sendiri!""Adel hanya sedang ngambek, nggak terjadi sesuatu yang serius padanya. Kalau kamu tetap khawatir, kamu bisa mempekerjakan beberapa perawat pribadi untuknya!"Pada saat ini, Melisa berdiri di depanku, tindakkan bagai induk ayam yang sedang melindungi anaknya."Kamu pikir kamu siapa! Adel nggak perlu perhatianmu yang munafik itu! Adel nggak akan menikah denganmu, dia juga nggak perlu kamu temani! Hal terbaik yang bisa kamu lakukan untuk Adel sekarang adalah pergi sejauh mungkin!"Brian mengerutkan keningnya saat mendengar itu.Aku sangat mengenalnya, hanya sedikit perubahan itu, aku tahu bahwa d
Namun, apa yang terjadi tidak seduai dengan pemikiran David. Melisa menolak untuk kembali, bahkan memanggil jasa pindahan untuk mengambil semua barang miliknya dari rumah David.David sangat marah hingga menahan para pekerja pindahan tersebut, dia bersikeras menyuruh Melisa muncul di hadapannya dan memberinya penjelasan.Melisa muncul, tetapi mengumpatnya habis-habisan.Momen tersebut bahkan berhasil diabadikan oleh paparazi.Tanpa Melisa yang biasanya bekerja keras di belakang layar untuk menjaga David diserang anti-penggemar.Video tersebut dengan cepat menyebar ke seluruh platform media sosial.Dalam video itu, Melisa berdiri sambil satu tangan berkacak pinggang, satu tangannya lagi menunjuk ke hidung David dan dia mengumpat David tanpa ampun."David, jangan berpikir reputasi kecilmu itu berarti apa-apa. Selama bertahun-tahun, akulah yang membantu menyusun data, menjaga penggemarmu, melakukan semua yang bisa kulakukan di belakang layar untuk mendukungmu. Kalau putus ada kompensasi s
Lengan Brian tiba-tiba menegang, sedikit penyesalan akhirnya muncul di matanya."Adel, dengarkan aku, aku dan Gita tumbuh bersama sejak kecil, aku hanya menganggapnya sebagai adik sendiri, jadi merawatnya sudah menjadi kebiasaanku. Hari itu, kondisi Gita sangat buruk ....""Kapan kondisinya nggak buruk?"Aku bertanya dengan tegas sambil menatap mata Brian dalam-dalam."Pada hari ulang tahunku, begitu Gita mengabarimu kalau dia sedang sakit, kamu langsung meninggalkan ruangan yang penuh dengan teman-temanku, membuatku menjadi bahan tertawaan mereka.""Ketika aku sakit, Gita mengabarimu dia sesak napas karena rumahnya penuh debu, kamu pun pergi menemaninya, meninggalkanku yang sedang diberi infus sendirian di kamar inap. Aku bahkan kewalahan untuk bisa pergi ke toilet.""Hal-hal serupa masih ada banyak. Brian, apa kamu bisa mengatakan satu hal saja, kapan kondisi Gita sehat dan tidak pernah mengganggu kehidupan kita?"Setelah mendengar apa yang kukatakan, Brian menundukkan kepalanya dala
Brian tidak mengerti mengapa aku tiba-tiba menjadi seperti ini.Dia memegangi tubuhku dengan panik, takut aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh dari tempat tidur."Adel, ada apa? Maaf, aku nggak bermaksud begitu, kamu jangan menakutiku ...."Aku tidak menjawabnya, hanya terus tertawa.Aku tidak pernah tahu.Bahwa ternyata ketidakpedulian, penghinaan, dan tuduhan Brian terhadapku ....Semua itu adalah cara dia mengekspresikan "cintanya" padaku!Aku perlahan-lahan kembali tenang setelah Brian beberapa kali menenangkanku.Setelah mengusap sudut mataku yang basah dengan buku jariku, aku mengambil tabletku.Kubuka salah satu laporan diagnosis di dalamnya dan dengan tenang menyerahkannya kepada Brian."Brian, kalau ini yang kamu sebut cinta, kamu mungkin lebih cocok hidup dengan robot pengasuh."Aku tidak fasih mengumpat orang seperti Melisa.Hanya kalimat kejam itu yang bisa aku ucapkan padanya.Saat ini, Brian yang berada di depanku, kedua tangannya mulai gemetar.Matanya menjadi merah