Share

Melupakan Pria Berengsek
Melupakan Pria Berengsek
Author: Bianca Hazel:

Bab 1

Tunanganku, Brian Candra, yang tidak muncul selama seminggu penuh, akhirnya meneleponku.

Begitu kuangkat panggilan itu, yang terdengar hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang menyalahkanku.

"Adel, kamu ingin membuat drama apa lagi? Tempat dan waktu pernikahan kita sudah ditentukan oleh keluarga kita! Kamu kira bisa dibatalkan sesuka hatimu? Apa sih sebenarnya mau kamu?"

Aku hendak membalasnya, tetapi dia mendahului dengan rentetan kemarahannya.

"Aku sudah bilang berkali-kali, tubuh Gita lemah, sekali flu saja bisa membuat kondisinya kritis. Aku harus berada di sisinya untuk memastikan keselamatannya. Kenapa kamu selalu cemburu nggak jelas dan nggak memikirkan nyawa orang sama sekali!"

Mendengar kata "nyawa orang" membuatku tersenyum pahit.

Dalam perjalanan pulang setelah mengurus persiapan pernikahan semalam, aku ditabrak oleh truk yang melaju kencang.

Pada saat itu, aku berusaha menelepon Brian sebelum kesadaranku hilang sepenuhnya, tetapi hanya terdengar nada sibuk.

Dua kali panggilan teleponku ditolaknya.

Ketika kesadaranku sudah sepenuhnya hilang dan layar ponselku berlumuran dara, sebuah notifikasi pesan masuk.

Brian mengirim pesan WhatsApp dengan kesal.

"Ada apa? Langsung ke intinya!"

Karena tidak mendapatkan balasanku, dia pun mengirim pesan lain.

"Kamu sengaja, ya? Mengganggu aku saat sedang menenangkan Gita? Apa kamu nggak tahu, kalau suasana hati Gita buruk, itu akan mengancam nyawanya!"

Sebelum dan sesudah aku sadarkan diri, Brian tidak berhenti menyalahkanku.

Pada saat ini, ponselku tiba-tiba dirampas oleh sahabatku, Melisa Davini, yang baru masuk ke kamar inap rumah sakit.

"Brian, apa otakmu sudah nggak bekerja? Semalam, Adel mengalami kecelakaan mobil! Sopir itu sengaja menabraknya dua kali! Kalau dia terlambat dilarikan ke rumah sakit, dia pasti sudah nggak ada di dunia ini sekarang! Kamu nggak bisa membedakan mana yang lebih parah antara flu dan kecelakaan mobil?"

Setelah mendengar itu pun, Brian hanya mencibir.

"Kamu berbohong padaku yang merupakan seorang dokter profesional, Melisa, kalian berdua sungguh melebih-lebihkan kecerdasan otak kalian!"

Setelah mengatakan itu, dia langsung menutup telepon.

Begitu mendengar panggilan terputus, urat nadi di telapak tangan Melisa yang memegang ponselku mencuat.

Saat aku ingin menenangkannya, terdengar suara dering ponsel. Kali ini, ada panggilan masuk di ponselnya.

Yang menelepon adalah David Fabian, merupakan tunangan Melisa dan juga merupakan teman masa kecil Brian.

"Melisa, apa sebenarnya rencana kalian? Apa kalian nggak tahu, gara-gara kalian berbohong karena cemburu nggak jelas, Gita jadi tertekan dan penyakitnya hampir kambuh lagi!"

"Kalau bukan karena ada aku dan Brian di sisinya hari ini, pasti akan terjadi sesuatu pada Gita! Apa kalian nggak bisa memikirkan sedikit keselamatan nyawa orang? Keluargaku, keluarga Fabian, nggak akan membiarkan wanita sepertimu menjadi bagian keluarga! Pernikahan kita, terserah kamu mau lanjut atau tidak!"

Melisa sangat marah setelah mendengar itu. Namun, ketika dia hendak menelepon untuk mengumpat balik, dia mendapati David telah memblokirnya.

"Sialan! Seluruh keluarganya pun berengsek!"

Aku berusaha keras untuk meraih tangan Melisa.

"Jangan marah, Melisa. Nggak penting buang-buang pikiran dan tenaga untuk mereka."

Melihat tubuhku yang dipenuh dengan instrumen medis, mata Melisa mulai berkaca-kaca.

"Adel, masih sakit?"

Aku tersenyum dan menggelengkan kepalaku.

Tidak sakit lagi.

Sejak Brian menutup teleponku, sudah cukup rasa sakit yang kurasakan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status