Share

Bab 185.

Author: Ellea Neor
last update Huling Na-update: 2025-04-04 21:50:32
Clara terkejut mendengar pernyataan Maxime. Matanya mengerjap cepat, otaknya mencoba mencerna apa yang dikatakan Maxime baru saja.

"Apa? Kakek, tidak perlu seperti itu," katanya, mencoba menolak. Bagaimanapun, apa yang diberikan Maxime sangat berlebihan menurut Clara.

Maxime hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.

"Aku sudah memutuskan, Nak. Anggap saja ini penebusan dosaku padamu."

Sesaat ruangan menjadi hening. Sunyi. Hanya terdengar suara detak jarum jam, yang beradu dengan napas yang sesekali dilepas.

Ingatan Clara kembali pada masa-masa sulit dalam hidupnya. Di mana hubungannya dengan Sebastian ditentang oleh seluruh keluarga pria itu terutama Maxime, tetua keluarga Abraham.

Clara yang tidak memiliki kuasa apa pun, hanya bisa pasrah. Namun, Sebastian selalu ada, menjadi penguat dan pendukung bagi dirinya.

Saat ini, Maxime telah berubah. Entah atas dorongan apa. Mungkin karena kehadiran Kaisar, dan juga sang pencipta yang telah membalikkan hati seseorang.

Maxime be
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 186.

    Kening Sebastian mengkerut. Ramon memang kerap kali menampakkan wajah masam, namun kali ini ekspresinya berbeda, gelap. Seolah ketegangan menyelimuti area sekitarnya. Sehingga hal itu membuat Sebastian urung menikmati sarapan yang sudah disiapkan. "Ramon? Kamu datang?" tanya Sebastian skeptis. Ramon berhenti tepat di dekat Sebastian, kemudian membungkukkan tubuhnya sejenak. "Maaf, Tuan. Jika kedatangan saya mengganggu waktu sarapan Anda." Sebastian mengangguk. Clara yang duduk di dekat Sebastian menatap ke arah Ramon. Dia mengulas senyum ramah. "Tuan Ramon, bergabunglah bersama kami!" tawar Clara. "Terima kasih, Nyonya. Tapi ada hal yang sangat penting yang harus saya bicarakan dengan Tuan." Seperti sebuah kode, ucapan Ramon membuat Sebastian bangkit dari duduknya dengan gerakan tenang namun penuh ketegasan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mulai melangkah meninggalkan ruang makan. Langkah kakinya mantap, menunjukkan bahwa ia telah mengambil keputusan untuk mem

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 187.

    Clara berdiri di ambang pintu, mengantar suaminya yang hendak pergi bekerja. Ini adalah tradisi rutin. Sebelum berangkat ke kantor, Sebastian harus mendapat kecupan dari istrinya. Menurut pria itu, hal tersebut dapat meningkatkan kualitas kinerja otaknya. Meski Clara tidak benar-benar menganggapnya sebagai sesuatu yang benar. Namun, dirinya tetapi memberikannya. "Mungkin aku akan terlambat, kamu tidur saja. Jangan menungguku!" Sebastian memberitahu. Clara mengulas senyum. Tangannya terulur mengencangkan ikatan dasi suaminya kemudian berkata, "Baiklah!" Satu kecupan diberikan di bibir, hidung, mata dan juga dahi. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Sebastian segera melesat memasuki mobil. Lambaian tangan mengiringi kendaraan hitam itu, bergerak menuju pintu gerbang raksasa. Setelah memastikan kendaraan suaminya menghilang dari pandangan, Clara hendak melangkah masuk ke dalam rumah. Namun, langkahnya terhenti ketika suara deru mesin kendaraan terdengar semakin mendekat.

    Huling Na-update : 2025-04-06
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 188.

    Ziyon menyunggingkan senyum tipis, seolah menikmati setiap detik keterkejutan yang tergambar jelas di wajah Dareen. Ekspresi itu begitu tenang, namun menyimpan makna yang sulit ditebak. Sorot matanya menyipit, bukan karena cahaya atau kelelahan, melainkan karena tarikan sudut bibirnya yang membentuk senyum dingin dan penuh perhitungan. Tatapan Ziyon tajam, menusuk, seakan ingin menyelami isi pikiran Dareen yang masih berusaha memahami situasi. Dia berdiri tegak, penuh percaya diri, menunjukkan bahwa Dia mengendalikan keadaan sepenuhnya. Dalam diamnya, senyum itu seolah berkata bahwa semua telah direncanakan dengan cermat—dan kini waktunya bagi Dareen untuk menyadari kenyataan yang tak terelakkan. "Kenapa? Kaget?" ejek Ziyon. Tatapannya yang semua dingin kini berubah tajam dan gelap, penuh dengan rencana yang Dareen sendiri tidak tahu tujuannya. Dareen membeku untuk beberapa saat. Berusaha mencerna sebuah sebab akibat dari kejadian yang terjadi saat ini. Mengapa Ziyon sampai ber

    Huling Na-update : 2025-04-07
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 189.

    Sania yang datang hari itu akhirnya membantu menyusun mainan tersebut, menyortir, mengelompokkan mainan sesuai dengan usia. Mainan-mainan tersebut akan disimpan, dan dipakai jika sudah waktunya nanti. Mainan yang dikirimkan Maxime sangat lengkap, bahkan ada yang bisa digunakan saat Kaisar umur 2 tahun nanti. Kaisar sempat terbangun dan meminta Asi. Clara memberikannya sampai tertidur kembali. Setelah Selesai, Clara kembali bergabung bersama Sania yang terlihat sangat antusias mengurus mainan-mainan itu. "Ini banyak sekali, Clara," ucap Sania yang tampak bosan karena sejak tadi tidak kunjung selesai. "Mom benar. Bagaimana jika kita menyumbangkan pada panti asuhan sebagian?" Clara menatap Sania penuh harap. "Itu ide bagus, Clara. Kalau begitu, aku akan menelpon panti asuhan milik kenalanku," ucap Sania antusias. Dalam hati Clara mengucap syukur karena Sania memiliki pemikiran yang sama. Sementara Sania menelpon pemilik panti asuhan. Clara mencoba mengirim pesan pada suaminya. Dia

    Huling Na-update : 2025-04-08
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 190.

    Dareen tersentak kala Ziyon melempar sesuatu tepat di wajahnya. Benda itu jatuh ke lantai yang kusam setelahnya. Dareen melihat ke bawah, ternyata dua kartu kredit miliknya yang tak berguna. Kemudian Dareen menatap ke arah Ziyon. Wajahnya tampak dipenuhi amarah. Kemungkinan pria itu baru saja menggunakan kartu tersebut. Dan sama seperti dirinya yang dibuat kesal oleh kartu kredit sialan itu. "Sudah kubilang 'kan, kartu itu memang tidak ada isinya." Dareen menertawakan kebodohan Ziyon. Padahal Dareen sudah memberitahu sebelumnya. Akan tetapi, pria itu malah tidak percaya. "Kamu benar-benar membuat aku marah!" teriak Ziyon. Frustasi. Saat mendengar bahwa Dareen bersenang-senang di luar negeri. Dengan segenap harta yang tersisa, Ziyon berniat menyusul, untuk merampas semua yang Dareen miliki. Nyatanya, pria itu tidak memiliki apa-apa. Ziyon tidak bisa menyentuh Sebastian karena dia tidak memiliki kuasa apa pun. Aset dan seluruh harta maupun saham telah habis. Kedua orang tuanya sem

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 191.

    "Mom, kamu mendengarku? Aku diculik!" Dareen berteriak di depan layar ponsel yang disodorkan Ziyon ke arahnya. Tidak ada jawaban. Hening. Selanjutnya hanya terdengar suara seseorang berteriak dari kejauhan. "Lucia, Sadarlah!" Itu suara Louis, ayahnya. Wajah Dareen menegang. Apa yang dikatakan oleh ayahnya barusan? Mengapa sang ayah berteriak? Dan Mengapa dia meminta sang ibu untuk sadar? Apa yang terjadi? Apa ibunya sedang pingsan? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepala Dareen. Sampai membuatnya ingin meledak. Wajahnya yang ketakutan semakin pucat dengan sudut bibirnya yang pecah dihiasi darah yang telah mengering. "Dad! Jawab aku!" pekik Dareen dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Tidak ada jawaban. Dareen menatap layar ponsel. Panggilan masih berlangsung. Ziyon mengamati Dareen, sebelah sudut bibirnya ditarik ke samping. Detik selanjutnya, dia menjauhkan ponsel itu dari Dareen. "Sudah cukup!" Ziyon mengakhiri panggilan. Dareen refleks mendongak. Menatap Ziyon yang t

    Huling Na-update : 2025-04-10
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 192.

    Clara menyunggingkan senyumnya. Jujur saja, Clara merindukan masa-masa ini. Di mana setiap sentuhan Sebastian bagaimana candu baginya. Dia melirik ke arah box bayi. Kaisar tampak lelap dalam tidurnya. Mungkin ini saatnya dirinya menunaikan ibadah suami istri ini. Clara merespon ajakan Sebastian dengan lengan yang dia lingkarkan di leher suaminya. Dia lantas menegakkan tubuhnya. "Aku juga sudah tidak sabar..." Sesaat, ujung hidung lancip keduanya saling bersentuhan. "Kalau begitu, bawa aku ke kamar kita," bisik Clara. Sebastian agak menjauh, menatap istrinya dengan ujung mata yang menyipit. Lantas bibir seksinya, mengulas sebuah senyuman. "Kita belum pernah melakukannya di sini 'kan?" gumamnya lirih. Clara merasakan deru napas hangat menyapu kulit daun telinga. Memunculkan sensasi aneh yang mendebarkan. Dia lantas memandang suaminya. "Jangan di sini, Sayang. Kita bisa mengganggu Kaisar," balas Clara. Saat berhubungan, dirinya cenderung mengeluarkan suara-suara aneh. Sehingga dia

    Huling Na-update : 2025-04-11
  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 193.

    Pagi itu, Clara terbangun lebih lambat dari biasanya. Tubuhnya masih terasa lelah setelah malam panjang yang dihabiskan bersama Sebastian. Begitu matanya terbuka, dia segera menoleh ke sisi tempat tidur, namun tak menemukan sosok suaminya di sana. Pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka. Tidak ada tanda kehidupan apa pun. Rasa penasaran mulai merayapi benaknya.Dia bangkit perlahan, berjalan menuju kamar bayi. Namun, Kaisar pun tidak berada di tempat tidurnya. Kegelisahan mulai tumbuh di dalam dada Clara. Tanpa pikir panjang, dia segera menuruni tangga untuk mencari tahu keberadaan mereka.Begitu tiba di lantai bawah, aroma masakan hangat menyambutnya. Clara melihat Sania, ibu mertuanya, sedang sibuk menyusun piring di meja untuk sarapan dibantu beberapa pelayan dan Andrew. Sementara itu, Sebastian duduk di kursi utama ruang makan, tampak tenang sambil menyeruput kopi dengan selembar surat kabar di tangan. Begitu melihat Clara, Sania menghentikan kegiatannya sejenak dan tersenyum l

    Huling Na-update : 2025-04-12

Pinakabagong kabanata

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 193.

    Pagi itu, Clara terbangun lebih lambat dari biasanya. Tubuhnya masih terasa lelah setelah malam panjang yang dihabiskan bersama Sebastian. Begitu matanya terbuka, dia segera menoleh ke sisi tempat tidur, namun tak menemukan sosok suaminya di sana. Pintu kamar mandi dalam keadaan terbuka. Tidak ada tanda kehidupan apa pun. Rasa penasaran mulai merayapi benaknya.Dia bangkit perlahan, berjalan menuju kamar bayi. Namun, Kaisar pun tidak berada di tempat tidurnya. Kegelisahan mulai tumbuh di dalam dada Clara. Tanpa pikir panjang, dia segera menuruni tangga untuk mencari tahu keberadaan mereka.Begitu tiba di lantai bawah, aroma masakan hangat menyambutnya. Clara melihat Sania, ibu mertuanya, sedang sibuk menyusun piring di meja untuk sarapan dibantu beberapa pelayan dan Andrew. Sementara itu, Sebastian duduk di kursi utama ruang makan, tampak tenang sambil menyeruput kopi dengan selembar surat kabar di tangan. Begitu melihat Clara, Sania menghentikan kegiatannya sejenak dan tersenyum l

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 192.

    Clara menyunggingkan senyumnya. Jujur saja, Clara merindukan masa-masa ini. Di mana setiap sentuhan Sebastian bagaimana candu baginya. Dia melirik ke arah box bayi. Kaisar tampak lelap dalam tidurnya. Mungkin ini saatnya dirinya menunaikan ibadah suami istri ini. Clara merespon ajakan Sebastian dengan lengan yang dia lingkarkan di leher suaminya. Dia lantas menegakkan tubuhnya. "Aku juga sudah tidak sabar..." Sesaat, ujung hidung lancip keduanya saling bersentuhan. "Kalau begitu, bawa aku ke kamar kita," bisik Clara. Sebastian agak menjauh, menatap istrinya dengan ujung mata yang menyipit. Lantas bibir seksinya, mengulas sebuah senyuman. "Kita belum pernah melakukannya di sini 'kan?" gumamnya lirih. Clara merasakan deru napas hangat menyapu kulit daun telinga. Memunculkan sensasi aneh yang mendebarkan. Dia lantas memandang suaminya. "Jangan di sini, Sayang. Kita bisa mengganggu Kaisar," balas Clara. Saat berhubungan, dirinya cenderung mengeluarkan suara-suara aneh. Sehingga dia

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 191.

    "Mom, kamu mendengarku? Aku diculik!" Dareen berteriak di depan layar ponsel yang disodorkan Ziyon ke arahnya. Tidak ada jawaban. Hening. Selanjutnya hanya terdengar suara seseorang berteriak dari kejauhan. "Lucia, Sadarlah!" Itu suara Louis, ayahnya. Wajah Dareen menegang. Apa yang dikatakan oleh ayahnya barusan? Mengapa sang ayah berteriak? Dan Mengapa dia meminta sang ibu untuk sadar? Apa yang terjadi? Apa ibunya sedang pingsan? Pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi isi kepala Dareen. Sampai membuatnya ingin meledak. Wajahnya yang ketakutan semakin pucat dengan sudut bibirnya yang pecah dihiasi darah yang telah mengering. "Dad! Jawab aku!" pekik Dareen dengan raut wajah penuh kekhawatiran. Tidak ada jawaban. Dareen menatap layar ponsel. Panggilan masih berlangsung. Ziyon mengamati Dareen, sebelah sudut bibirnya ditarik ke samping. Detik selanjutnya, dia menjauhkan ponsel itu dari Dareen. "Sudah cukup!" Ziyon mengakhiri panggilan. Dareen refleks mendongak. Menatap Ziyon yang t

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 190.

    Dareen tersentak kala Ziyon melempar sesuatu tepat di wajahnya. Benda itu jatuh ke lantai yang kusam setelahnya. Dareen melihat ke bawah, ternyata dua kartu kredit miliknya yang tak berguna. Kemudian Dareen menatap ke arah Ziyon. Wajahnya tampak dipenuhi amarah. Kemungkinan pria itu baru saja menggunakan kartu tersebut. Dan sama seperti dirinya yang dibuat kesal oleh kartu kredit sialan itu. "Sudah kubilang 'kan, kartu itu memang tidak ada isinya." Dareen menertawakan kebodohan Ziyon. Padahal Dareen sudah memberitahu sebelumnya. Akan tetapi, pria itu malah tidak percaya. "Kamu benar-benar membuat aku marah!" teriak Ziyon. Frustasi. Saat mendengar bahwa Dareen bersenang-senang di luar negeri. Dengan segenap harta yang tersisa, Ziyon berniat menyusul, untuk merampas semua yang Dareen miliki. Nyatanya, pria itu tidak memiliki apa-apa. Ziyon tidak bisa menyentuh Sebastian karena dia tidak memiliki kuasa apa pun. Aset dan seluruh harta maupun saham telah habis. Kedua orang tuanya sem

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 189.

    Sania yang datang hari itu akhirnya membantu menyusun mainan tersebut, menyortir, mengelompokkan mainan sesuai dengan usia. Mainan-mainan tersebut akan disimpan, dan dipakai jika sudah waktunya nanti. Mainan yang dikirimkan Maxime sangat lengkap, bahkan ada yang bisa digunakan saat Kaisar umur 2 tahun nanti. Kaisar sempat terbangun dan meminta Asi. Clara memberikannya sampai tertidur kembali. Setelah Selesai, Clara kembali bergabung bersama Sania yang terlihat sangat antusias mengurus mainan-mainan itu. "Ini banyak sekali, Clara," ucap Sania yang tampak bosan karena sejak tadi tidak kunjung selesai. "Mom benar. Bagaimana jika kita menyumbangkan pada panti asuhan sebagian?" Clara menatap Sania penuh harap. "Itu ide bagus, Clara. Kalau begitu, aku akan menelpon panti asuhan milik kenalanku," ucap Sania antusias. Dalam hati Clara mengucap syukur karena Sania memiliki pemikiran yang sama. Sementara Sania menelpon pemilik panti asuhan. Clara mencoba mengirim pesan pada suaminya. Dia

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 188.

    Ziyon menyunggingkan senyum tipis, seolah menikmati setiap detik keterkejutan yang tergambar jelas di wajah Dareen. Ekspresi itu begitu tenang, namun menyimpan makna yang sulit ditebak. Sorot matanya menyipit, bukan karena cahaya atau kelelahan, melainkan karena tarikan sudut bibirnya yang membentuk senyum dingin dan penuh perhitungan. Tatapan Ziyon tajam, menusuk, seakan ingin menyelami isi pikiran Dareen yang masih berusaha memahami situasi. Dia berdiri tegak, penuh percaya diri, menunjukkan bahwa Dia mengendalikan keadaan sepenuhnya. Dalam diamnya, senyum itu seolah berkata bahwa semua telah direncanakan dengan cermat—dan kini waktunya bagi Dareen untuk menyadari kenyataan yang tak terelakkan. "Kenapa? Kaget?" ejek Ziyon. Tatapannya yang semua dingin kini berubah tajam dan gelap, penuh dengan rencana yang Dareen sendiri tidak tahu tujuannya. Dareen membeku untuk beberapa saat. Berusaha mencerna sebuah sebab akibat dari kejadian yang terjadi saat ini. Mengapa Ziyon sampai ber

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 187.

    Clara berdiri di ambang pintu, mengantar suaminya yang hendak pergi bekerja. Ini adalah tradisi rutin. Sebelum berangkat ke kantor, Sebastian harus mendapat kecupan dari istrinya. Menurut pria itu, hal tersebut dapat meningkatkan kualitas kinerja otaknya. Meski Clara tidak benar-benar menganggapnya sebagai sesuatu yang benar. Namun, dirinya tetapi memberikannya. "Mungkin aku akan terlambat, kamu tidur saja. Jangan menungguku!" Sebastian memberitahu. Clara mengulas senyum. Tangannya terulur mengencangkan ikatan dasi suaminya kemudian berkata, "Baiklah!" Satu kecupan diberikan di bibir, hidung, mata dan juga dahi. Setelah mendapatkan apa yang dia inginkan, Sebastian segera melesat memasuki mobil. Lambaian tangan mengiringi kendaraan hitam itu, bergerak menuju pintu gerbang raksasa. Setelah memastikan kendaraan suaminya menghilang dari pandangan, Clara hendak melangkah masuk ke dalam rumah. Namun, langkahnya terhenti ketika suara deru mesin kendaraan terdengar semakin mendekat.

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 186.

    Kening Sebastian mengkerut. Ramon memang kerap kali menampakkan wajah masam, namun kali ini ekspresinya berbeda, gelap. Seolah ketegangan menyelimuti area sekitarnya. Sehingga hal itu membuat Sebastian urung menikmati sarapan yang sudah disiapkan. "Ramon? Kamu datang?" tanya Sebastian skeptis. Ramon berhenti tepat di dekat Sebastian, kemudian membungkukkan tubuhnya sejenak. "Maaf, Tuan. Jika kedatangan saya mengganggu waktu sarapan Anda." Sebastian mengangguk. Clara yang duduk di dekat Sebastian menatap ke arah Ramon. Dia mengulas senyum ramah. "Tuan Ramon, bergabunglah bersama kami!" tawar Clara. "Terima kasih, Nyonya. Tapi ada hal yang sangat penting yang harus saya bicarakan dengan Tuan." Seperti sebuah kode, ucapan Ramon membuat Sebastian bangkit dari duduknya dengan gerakan tenang namun penuh ketegasan. Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia mulai melangkah meninggalkan ruang makan. Langkah kakinya mantap, menunjukkan bahwa ia telah mengambil keputusan untuk mem

  • Melahirkan Anak Presdir Posesif   Bab 185.

    Clara terkejut mendengar pernyataan Maxime. Matanya mengerjap cepat, otaknya mencoba mencerna apa yang dikatakan Maxime baru saja. "Apa? Kakek, tidak perlu seperti itu," katanya, mencoba menolak. Bagaimanapun, apa yang diberikan Maxime sangat berlebihan menurut Clara. Maxime hanya tersenyum dan menggelengkan kepala. "Aku sudah memutuskan, Nak. Anggap saja ini penebusan dosaku padamu." Sesaat ruangan menjadi hening. Sunyi. Hanya terdengar suara detak jarum jam, yang beradu dengan napas yang sesekali dilepas. Ingatan Clara kembali pada masa-masa sulit dalam hidupnya. Di mana hubungannya dengan Sebastian ditentang oleh seluruh keluarga pria itu terutama Maxime, tetua keluarga Abraham. Clara yang tidak memiliki kuasa apa pun, hanya bisa pasrah. Namun, Sebastian selalu ada, menjadi penguat dan pendukung bagi dirinya. Saat ini, Maxime telah berubah. Entah atas dorongan apa. Mungkin karena kehadiran Kaisar, dan juga sang pencipta yang telah membalikkan hati seseorang. Maxime be

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status