Share

Part 3

Author: Sweet July
last update Last Updated: 2020-11-29 09:36:30

Kia bersenandung riang sambil melangkahkan kakinya. Entah kenapa pagi ini suasana hatinya begitu bagus. Secerah cuaca pagi ini, matahari bersinar cerah langit terlihat bersih dan biru. Sesekali angin bertiup menerpa wajahnya, sejuk.

Kia mengedarkan pandangannya ke sekeliling rumah sakit tempatnya bekerja. Rumah Sakit Jasmine adalah salah satu rumah sakit swasta terbaik yang ada di kota ini. Rumah sakit ini terkenal dengan pelayanan nya yang sangat baik pada para pasiennya.

Ada satu tempat yang suka Kia perhatikan dari rumah sakit ini. Yaitu taman bunga yang terletak di dekat parkiran tempat dia sering memarkir mobilnya. Taman bunga nya tidak terlalu besar, tapi cukup asri dengan berbagai jenis bunga. Beberapa kursi panjang disediakan bagi yang ingin bersantai. Di sekitar taman disediakan lampu-lampu dan tidak lupa, di beberapa pohon, dililit dengan lampu-lampu kecil sehingga ketika malam hari, taman itu tampak memanjakan mata. Ada kolam air mancur di tengah taman itu. Bagi sebagian orang, memandangi ikan yang sedang berenang di kolam cukup ampuh menghilangkan rasa penat dan lelah mereka. Entah bagi keluarga pasien, maupun bagi karyawan rumah sakit itu sendiri.

“Pagi Rian…” sahut Kia pada temannya yang sudah terlebih dulu datang.

Rian melongo, “Buset, cerah amat neng. Tumben pagi-pagi.” Goda rian.

Kia hanya tersenyum sambil mengangkat bahu nya, lalu melirik jam dinding. Masih ada setengah jam sebelum apel pagi.

“Kantin yuk, ngopi?” ajak Kia.

Rian berdiri semangat. Dia memang belum sarapan tadi pagi. Biasanya jika Kia mengajak ke kantin, itu artinya makan gratis.

“Ayok, lo pengertian banget, tau aja gue lagi laper.”

Kia tertawa melihat tingkah Rian.

---

Pekerjaan Kia menyiapkan resep-resep untuk pasien sudah selesai. Kia lalu beranjak ke meja kerja nya, menghidupkan komputer untuk membuat laporan. Sudah hampir jam tiga sore, sebentar lagi jam pulang.

“Kia, ada barang datang noh.” Teriak Rian.

Kia menoleh, “Apa yan? Darimana?”

Tidak ada sahutan. Kia lalu beranjak untuk menerima barang yang dimaksud.

“Barang dari mana mas?” tanya Kia.

“Surabaya, Bu.” Jawab kurir sambil menyebutkan salah satu distributor obat-obatan dan alat kesehatan.

“Ada berapa koli? Tolong bawa masuk ya, nanti saya cek di dalam.”

Kia menerima surat jalan dan faktur yang diberikan kurir, lalu mengecek barang yang dimaksud apakah sudah sesuai dengan yang tertera di fakturnya. Selesai, Kia lalu menandatangani dan menuliskan di buku penerimaan barang miliknya.

“Mas, tanda tangan di sini ya.” Ujar Kia.

“Iya bu, nanti bos saya aja yang tanda tangan. Bentar ya.”

Tak lama kemudian, seorang lelaki yang terlihat sibuk dengan teleponnya berjalan mendekat. Nafas Kia tertahan, tenggorokannya kering tiba-tiba. Tapi lelaki itu terlihat santai tidak terkejut sedikitpun.

“Te… Teguh?”

Lelaki itu tersenyum lebar, “Kia, apa kabar?” sambil mengulurkan tangannya.

Seperti terhipnotis, Kia menjulurkan tangannya juga. Kia merasa wajahnya panas ketika tangan mereka bertemu. Mungkin saat ini wajahnya memerah. Meskipun pikirannya mengatakan untuk menghindar, tapi Kia tidak bisa menemukan celah untuk pergi. Sebenarnya Kia senang bisa bertemu dengan mantan kekasihnya ini. Bagaimanapun juga, hatinya sejuk seolah menemukan tetesan air disaat hatinya kekeringan karena terlalu lama merindukan sosok di depannya ini.

“Jadi dimana aku tanda tangan?” Tanya Teguh, membuyarkan lamunan Kia.

Masih tak bisa berkata-kata, Kia menunjuk bagian yang harus ditanda tangani Teguh.

“Kamu kerja disini? Kapan kamu pindah? Setahuku kamu kerja di Bandung kan?”

Mata Kia melotot karena terkejut. Darimana dia tahu Kia pernah kerja di Bandung. Hatinya kembali bersorak, ternyata lelaki ini masih memperhatikannya.

“I..Iya, kemaren dua tahun di Bandung. Begitu kontrak habis, aku pindah ke sini.” Ucap Kia.

Teguh mengangguk sambil tersenyum, “Baiklah. Kapan-kapan kita ketemu ya… Aku permisi dulu. Bye..”

Dia langsung pergi dengan santai, seolah tidak terjadi apa-apa. Meninggalkan Kia yang sedang memijat keningnya yang berdenyut-denyut.

---

Sehari sebelumnya.

Teguh melangkah masuk ke kantornya, menuju meja salah satu karyawannya.

“Nia, kalo nanti ada barang punya RS Jasmine, entah itu obat-obatan atau alat kesehatan, kasih tau saya ya. Biar saya yang kirim kesana.”

Nia mengerutkan keningnya, heran karena mengirim barang bukanlah tugas bosnya. Mereka punya banyak kurir yang bertugas di pengiriman sesuai dengan pembagian wilayah masing-masing.

“Tapi pak..”

“Nggak usah banyak tanya.” Teguh langsung meninggalkan Nia yang masih bingung dengan bosnya tersebut.

Teguh duduk di ruangannya. Memandangi beberapa undangan di atas meja kerjanya, yang belum sempat dia sebarkan. Memang, untuk beberapa orang dekat seperti sahabat-sahabatnya, Teguh memilih mengantarkan sendiri undangannya, tidak menyuruh kurir.

Di cover undangan berwarna biru muda itu tertulis namanya dengan indah.

Teguh & Kalila.

Kalila Jovanka. Gadis cantik yang dikenalnya beberapa tahun lalu. Saat dia mulai menyerah mengejar cinta Kia. Gadis yang mempu mengisi kekosongan hatinya karena kecewa terlalu dalam akibat menjauhnya Kia darinya. Kalila merupakan sosok yang sangat lembut dan penyayang. Dia adalah salah owner dari salah satu wedding organizer di kota ini. Bisa dibilang, Sincerity Project, wedding organizer milik Kalila adalah salah satu yang terbaik meskipun baru berjalan sekitar dua tahun belakangan.

Teguh mengenal Kalila saat menghadiri resepsi pernikahan sahabatnya, Kenan. Saat menemui sang pengantin di ruang tunggu, saat mempelai wanita sedang re-touch make up. Teguh melihat Kalila yang cekatan mengatur jalannya resepsi pernikahan rekannya itu. Dia terlihat fokus dengan kertas kecil di tangannya, sementara tangan kanannya terlihat memegang headset di telinganya yang terhubung dengan HT (Handy Talky), serius mendengarkan penjelasan kru nya, mungkin.

Sesekali gadis itu mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruang tunggu yang hanya ada 5 orang di dalamnya. Mempelai wanita bersama make up artisnya, Kenan yang sedang berbincang dengan Teguh, dan Kalila sendiri.

Gadis itu memastikan mempelainya akan selesai re-touch make up dan bersiap kembali ke pelaminan. Saat matanya bertatapan dengan Teguh, gadis itu tersenyum tipis sambil menganggukkan kepalanya sopan. Teguh lalu berinisiatif mengulurkan tangannya, “Hai, gue Teguh.”

“Lila” jawab gadis itu singkat. Lalu beranjak keluar dari ruang tunggu setelah salah satu kru memanggilnya.

Sejak saat itu, entah bagaimana Teguh dan Kalila mulai dekat dan tak lama kemudian menjadi sepasang kekasih.

Teguh menarik nafasnya yang terasa berat. Memikirkan kenapa Kia datang justru disaat dia akan menikah. Seandainya Kia datang lebih cepat, mungkin nama yang tertera di undangan itu bukanlah nama Kalila, tapi Azkia.

Teguh memejamkan matanya, memikirkan Kalila dan Kia disaat yang bersamaan. Sungguh hatinya dilanda kebimbangan yang sangat besar. Entah apa yang membuat dia bimbang, padahal Teguh menikahi Kalila bukan karena terpaksa, melainkan karena keinginannya sendiri. Dan seluruh keluarganya menyambut baik niat Teguh dan mendukung sepenuhnya keinginan lelaki itu.

Di tengah kebimbangannya itu, dia lalu meraih ponselnya.

“Kenan? Lo sibuk? Bisa ketemu nanti pas istirahat? Ada yang mau gue omongin sama lo.” Teguh menghubungi sahabatnya itu, mencoba mencari jalan keluar dari kebimbangannya saat ini. Dia tidak bisa berpikir jernih. Mungkin dia perlu saran dari sudut pandang yang lain. Bukan hanya dari egonya saja.

Related chapters

  • Me and My Destiny   Part 4

    Siang yang terik, Teguh melangkah masuk ke salah satu kafe yang sering dia datangi bersama Kalila, kekasihnya. Kafe ini menyediakan tempat yang nyaman buat ngobrol, karena suasana nya tidak terlalu ramai. Selain itu, hidangan dari kafe ini semuanya enak. Cocok dengan selera Teguh.

    Last Updated : 2020-11-29
  • Me and My Destiny   Part 5

    Kia menunduk tak sanggup menatap lelaki di depannya. Keadaan ini sama seperti 7 tahun yang lalu, saat Kia ingin mengakhiri hubungan mereka. Kafe tempat mereka bertemu saat ini pun sama. Bahkan Teguh memesan minuman yang sama. Iced Coffee Latte dan Es Cokelat favorit Kia.

    Last Updated : 2020-11-29
  • Me and My Destiny   Part 6

    -Kalila POV-Beberapa hari ini aku disibukkan dengan pekerjaanku, sehingga waktu untuk bertemu dengan calon suamiku sangat berkurang. Sepertinya Mas Teguh pun sama, disibukkan

    Last Updated : 2020-11-29
  • Me and My Destiny   Part 7

    Kalila menghindar ketika Teguh mengarahkan tangannya untuk mengusap kepala Kalila. Pandangannya masih tertuju ke depan. Enggan untuk menatap calon suaminya. Hatinya sesak karena masih teringat kejadian itu.

    Last Updated : 2020-11-29
  • Me and My Destiny   Part 8

    Kia melirik sebuah benda yang tergeletak dengan manis di samping komputer di meja kerjanya. Pagi itu suasana masih sepi. Belum banyak yang datang. Kia melangkah lalu mengambil benda itu. Sebuah undangan dengan cover berwarna biru muda, dengan tinta silver bertuliskan Teguh & Kalila. Kia melirik cover undangan itu. Azkia Rachel Poernomo, S.Farm., Apt. Ya, namanya. Berarti undangan ini memang ditujukan untuknya.

    Last Updated : 2020-11-29
  • Me and My Destiny   Part 9

    “Kamu?” Kia sedikit berteriak karena tidak percaya dengan pandangannya.Di kursi sebelahnya sudah ada lelaki tampan dengan setelan jas rose gold, yang men

    Last Updated : 2020-11-29
  • Me and My Destiny   Part 10

    Kia mengedipkan kedua matanya, merasa silau karena sinar matahari yang sudah memasuki jendela kamarnya. Kepalanya sedikit pusing, mungkin karena terlalu banyak menangis tadi malam. Kedua matanya pun masih sembap, dan bagian kantung matanya terlihat membesar. Harusnya tadi malam dia mengompres kedua matanya sebelum jatuh tertidur.

    Last Updated : 2020-11-29
  • Me and My Destiny   Part 11

    Setengah jam pesawat mengudara, tiba-tiba badan pesawat berguncang hebat. Kia yang tertidur pun langsung panik membuka matanya. Tidak pernah selama hidupnya dia mengalami hal ini. Terdengar pengumuman bahwa mereka mengalami turbulensi akibat cuaca buruk. Sedetik setelah itu, dapat dirasakan oleh seluruh penumpang bahwa pesawat ini seperti terhempas dari ketinggian yang ada. Seperti terjun bebas. Beberapa penumpang menjerit panik. Sementara Kia tidak bisa berkata apa-apa. Dia hanya terpejam. Tangannya mengcengkeram erat sebuah lengan besar disampingnya, Kia tak peduli itu lengan siapa.

    Last Updated : 2020-11-29

Latest chapter

  • Me and My Destiny   Epilog

    Kia maupun Elang sudah sering menikmati indahnya cuaca dan sejuknya udara pagi yang khas. Namun suasana kali ini terasa berbeda. Saat Kia melangkahkan kakinya dengan perlahan karena menahan rasa nyeri di pangkal pahanya, semilir angin menerpa wajah cantiknya, menerbangkan rambut indahnya yang tergerai. Meskipun mentari sedikit enggan menampakkan sinarnya karena mendung, bagi Kia tetap ini adalah pagi terindah yang pernah dia rasakan. Elang menghampiri Kia lalu memeluknya dari belakang. Menghirup aroma segar dari rambut panjang Kia, membuatnya memejamkan mata.

  • Me and My Destiny   Part 44

    Telinga Kia samar mendengar adzan subuh berkumandang dari salah satu masjid besar yang berlokasi di dekat hotel yang mereka tempati. Matanya mengerjap perlahan, dan sedetik kemudian tubuhnya menegang saat merasakan hembusan nafas hangat di tengkuknya. Tangan kokoh melingkari pinggangnya, membuat Kia dengan susah payah membalikkan tubuhnya. Sdetik kemudian, Kia tersenyum memandangi wajah suaminya yang masih terlelap. Wajah suaminya saat tidur terlihat begitu damai. Kia ingat, sorot tajam dari kedua bola mata Elang yang terkadang mengintimidasi, seketika lenyap dalam pikiran Kia. Kini saat

  • Me and My Destiny   Part 43

    Satu bulan setelah lamaran Elang diterima Kia, mereka melangsungkan pernikahan. Ijab kabul diucapkan dengan perlahan namun tegas dan tenang. Suara Elang terdengar mengalun merdu di telinga Kia saat lelaki itu mengucapkan ijab kabul di hadapan penghulu. Mata Kia terpejam, setitik air mata jatuh di sudut matanya. Kia tidak tahu air mata ini karena sedih atau bahagia.

  • Me and My Destiny   Part 42

    Udara malam menyeruak masuk ke ruang tengah dimana saat ini Elang sedang duduk menyendiri. Dia membiarkan pintu samping yang membatasi antara balkon dan ruang tengah terbuka. Membiarkan angin malam masuk menemaninya sambil mengamati beberapa orang yang sedang berenang di kolam renang.

  • Me and My Destiny   Part 41

    Elang kini melangkah dengan gagahnya dengan tangan kanan menggendong Kiandra, dan tangan kiri menyeret sebuah koper. Langkahnya tergesa-gesa menuju pintu keberangkatan di bandara. Di sampingnya, Kia mengikuti dengan setengah berlari menjajari langkah kaki Elang yg panjang. Kia tidak membawa koper seperti Elang, dia hanya membawa sebuah handbag kecil dan slingbag tergantung di bahu kirinya. Kia masih mengenakan setelan rapi seperti tadi pagi saat akan berangkat ke kantor. Kemeja biru muda, dipadu dengan rok selutut berwarna abu tua. Kaki indahnya beralaskan highheels setinggi 8 cm. Yang me

  • Me and My Destiny   Part 40

    "Jadi gimana, hubungan lo sama Elang?" suara lembut milik Rani membuat Kia tersipu meskipun tidak ada yang bisa melihatnya. Karena dia saat ini hanya sendirian, di ruangan nya. Dengan posisi membelakangi meja, menatap jendela.

  • Me and My Destiny   Part 39

    Pagi ini Kia diantar Elang menuju tempat kerjanya yang baru.Ya, Kia akhirnya memilih resign dari RS Jasmine dan mengelola bisnis peninggalan orang tuanya. Posisi Kia saat i

  • Me and My Destiny   Part 38

    Menikah adalah nasib, jatuh cinta adalah takdir. Kita bisa berencana akan menikah dengan siapa. Namun kita tidak bisa tau kepada siapa kita akan jatuh cinta. Seperti Elang yang pada kenyataannya telah menyimpan cinta pada Kia bahkan jauh sebelum mereka saling mengenal seperti sekarang. Meskipun untuk sampai pada titik saat ini, jalannya cukup panjang namun tidak ada yang disesali lelaki itu. Terlebih kehadiran putrinya, Kiandra, adalah berkah terbesar yang selalu disyukurinya.

  • Me and My Destiny   Part 37

    Langkah kaki Kia terasa ringan menapaki lorong rumah sakit, dihirupnya udara pagi dalam-dalam, lalu dihembuskannya perlahan. Hujan tadi malam menyisakan hawa dingin yang menyejukkan, pagi ini. Meskipun mendung sudah hilang, berganti dengan langit biru yang bersih namun kesejukan terasa nikmat bagi Kia pagi ini.

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status