"Barang-barang di rumahku bisa hilang kalau pintunya tidak dikunci," ucap Amanda sedikit kesal karena polisi berlaku seenaknya pada rumah miliknya.
Elang tersenyum. "Tak akan ada yang berani masuk ke sini begitu berita kematian sahabatmu mencuat di media sosial." Amanda mengerucutkan bibirnya. Memang benar ucapan Elang. Dunia maya heboh ketika seorang food bloger yang sedang naik daun tewas secara tidak wajar di toilet rumah kontrakannya. Pasti tidak ada maling yang berani macam-macam di rumahnya yang tidak dikunci ini. Amanda pun berjalan masuk ke ruang tengah, tiba-tiba gendang telinga Amanda menangkap bunyi-bunyian yang tidak asing. Ting! Ting! Ting! Slurpp! Slurrrppp! Amanda menajamkan pendengarannya. Ia yakin mendengar suara dentingan sendok garpu di atas piring. Biasanya jika Syafira sedang membuat video tentang makan besarnya di area dapur, pasti dapurnya ramai. Mulut Syafira juga sengaja dibunyikan slurrpp, agar terlihat sedang makan dengan nikmat dan makanan yang disantapnya benar-benar lezat. Katanya, itu dapat menambah jumlah follower dan membuatnya dibanjiri pundi-pundi uang. "Lang, kamu dengar nggak suara dari arah sana?" tanya Amanda sambil menunjuk ke arah dapur yang tak jauh darinya. Tak ada jawaban. Amanda menoleh. Ternyata Elang tidak ada di sampingnya. Amanda pun celingukan mencari keberadaan Elang. Karena tak kunjung menemukan bayangan Elang, bulu kuduk Amanda kembali meremang. Mulai takut dan memikirkan hal yang bukan-bukan. Jangan-jangan yang masuk ke rumah bersamanya tadi bukan Elang tapi ... setannn. Kan tadi bertemu dengan Elang di depan lahan kosong yang angker, mungkin saja itu setan yang menyamar menjadi Elang. Karena takut, Amanda pun memutar langkahnya ingin kembali keluar rumah saja. Lebih baik barang-barangnya tidak usah diambil saja. Hilang yowis, beli lagi saja nanti kalau udah punya duit. Serem tahu! Amanda masih belum nikah, dia tidak mau mati sia-sia. Duar! Dahi Amanda kembali kejedot benda yang keras sekali lagi. "Aduh!" Amanda mengusap dahinya dengan kasar. Lalu matanya memperhatikan benda keras apa yang menghantamnya. Lagi-lagi Amanda membentur bagian tubuh Elang. Ya ampun, badan Elang ini isinya otot kawat balung wesi atau apa ya? Kenapa keras banget? "Ngagetin aja kamu, Lang. Kenapa tiba-tiba nongol di belakangku?" gerutu Amanda. "Maaf, tadi aku menemukan ini di sana." Elang menunjukkan sebuah pigura berukuran 10R. Foto Syafira sedang menyeruput mie panas dengan nikmat, terpampang di dalam pigura. Amanda memperhatikan foto itu sejenak. Amanda yakin pernah melihat foto itu sebelumnya. Tapi ukurannya jauh lebih kecil. Kenapa sekarang ukurannya jadi segede R10 ya? Ah, mungkin aku yang salah ingat, batin Amanda. Ting! Ting! Ting! Slurrp! Slurrp! Terdengar suara aneh lagi dari dapur. Alis mata Elang berkedut. "Kamu pelihara binatang di rumah?" tanya Elang tiba-tiba pada Amanda. Membuat Amanda mengernyitkan dahi, tanda sedikit bingung lalu buru-buru menggelengkan kepalanya. "Enggak. Aku dan Syafira alergi bulu binatang. Kami tidak pernah piara binatang apa pun." "Lalu siapa yang sedang makan di sana?" tanya Elang. "Maling?" tanya Amanda balik. "Ayo kita periksa." Elang buru-buru menggandeng tangan kanan Amanda dan bersama-sama mengendap-endap ke arah dapur. Elang penasaran ingin tahu. Sementara Amanda yang penakut, rasanya ingin kabur saja, tapi cengkeraman tangan Elang erat sekali, membuat Amanda terpaksa mengikuti Elang dari belakang. Menuju ke arah jendela dapur. Elang mengintip dari balik jendela dapur. Sementara Amanda berjongkok di bawah jendela dapur. Glek! Glek! Elang meneguk salivanya dua kali setelah mengintip dari jendela dapur. Lalu tubuh tegapnya merosot perlahan ke bawah hingga sejajar dengan posisi Amanda yang masih berjongkok. Wajah Elang terlihat sedikit pucat. Hingga Amanda jadi panik dan menepuk-nepuk wajah tampan Elang. "Lang, kamu kenapa, Lang?" bisik Amanda ketakutan. "Kamu lihat apa kok sampai pucat gini? Apakah kamu lihat se...." Amanda tidak melanjutkan ucapannya. Dilarang mengucapkan kata-kata keramat tersebut di rumah bekas terjadi pembunuhan. Apakah benar Elang melihat setan? Setannya seperti apa? Kok Elang sampai ketakutan gitu?Amanda jadi penasaran melihat apa yang sudah dilihat Elang. Amanda menarik nafas berulang kali dan komat kamit membaca doa lalu memberanikan diri untuk melihat apa yang ada di balik jendela dapur. Perlahan Amanda merayap perlahan ke atas dan mengintip. Betapa kagetnya Amanda saat melihat Syafira dengan kepalanya yang terbalik dan rambut hitam panjang melayang-layang naik di udara, sedang makan dengan lahap di atas meja dapur. Tapi makanan yang dimakan bukan makanan manusia. Melainkan cacing, belatung dan kecoak. Perut Amanda langsung mual ingin muntah. *** Arjuna menarik jaket kulitnya yang melorot ke bawah. Merapatkannya lebih erat ke tubuh. Tapi tubuhnya masih tetap kedinginan. Sepertinya suhu udara di sekitarnya menurun dengan tajam. "Pak, Pak Elang, tolong AC mobilnya dimatikan saja, Pak. Saya kedinginan," pinta Arjuna dengan suara serak. Lagi nyenyak-nyenyaknya tidur kok AC-nya dingin banget. Jadi kebangun kan? Tak ada jawaban dari Elang. Arjuna pun terpaksa membuka sebelah matanya karena masih mengantuk. Hendak melihat apakah atasannya itu juga tertidur hingga tidak mendengar permintaannya untuk mematikan AC mobil. Tapi ternyata jok mobil di sebelahnya kosong. Elang tidak ada di sana. "Hoam!" Arjuna menguap lebar sambil mengangkat tangannya ke atas hingga jaket kulitnya kembali melorot ke bawah. "Kemana sih Pak Elang pergi?" Arjuna membuka kedua matanya lebih lebar daripada sebelumnya. Dan jantungnya hampir copot secopot-copotnya saat melihat jok mobil di sebelahnya sekarang sudah terisi penumpang. Arjuna yakin itu bukan Pak Elang. Karena penumpang di sebelahnya memiliki rambut hitam panjang. Rambutnya terangkat ke atas dan bergoyang-goyang seperti ditiup angin. Arjuna dengan cepat menutup matanya rapat-rapat karena ketakutan setengah mati dan kembali merebahkan diri ke kursinya. Meringkuk ke arah sebaliknya. Membelakangi hantu wanita berambut panjang. Berpura-pura tidur lagi agar hantu di sebelahnya tidak mengganggunya. Karena jantung Arjuna terus berdebar kencang dan kakinya kaku tidak mau diajak kompromi untuk lari keluar dari mobil, terpaksa Arjuna tetap di dalam mobil. "Mas, Mas ganteng kok tidur lagi sih?" Terdengar suara wanita yang begitu dekat dengan telinga Arjuna. Dan Arjuna yakin pernah mendengar suara ini beberapa hari yang lalu. Suara Syafira, iya ini suara food blooger cantik yang mereview berbagai makanan lezat di media sosial. Sejak berita kematian tidak wajar Syafira marak di media sosial, video-video review makanan Syafira jadi viral. Banyak netizen yang menontonnya. Termasuk Arjuna. Arjuna menonton banyak video Syafira. Jadi, ia hafal betul suara Syafira. Ya ampyuun! Mbak Syafira jadi setan sekarang, batin Arjuna. Arjuna meringkuk makin dalam. Ketakutannya makin membuncah. Untung saja tidak sampai mengompol di dalam mobil patroli kepolisian. Bisa diomeli Pak Elang nanti. "Mas, Mas jangan tidur lagi dong. Sebagai polisi seharusnya Mas itu pemberani. Berani menghadapi saya. Ngobrol sama saya." Buset dah ini setan! Berani bener ngomong kayak begini. Coba posisinya dibalik. Dia yang manusia. Saya yang setan. Apa dia juga berani ngobrol-ngobrol sama saya? batin Arjuna. "Mas, bangun dong, Mas. Temani saya makan yuk, Mas. Saya laper, Mas. Saya pingin makan." Aduh, Setaaan. Makan aja sendiri sono. Jangan ngajak-ngajak. Makananmu itu kemenyan. Sedangkan aku itu masih doyan nasi. Sudah ah, jangan ganggu aku lagi! Nyingkir sana, batin Arjuna. "Mas, kalau tidak mau nemeni saya makan ya udah saya makan sendiri saja. Tapi Mas nonton saya makan ya, Mas." Kriet! Sebuah kekuatan besar berhasil membalikkan tubuh Arjuna hingga menghadap ke jok mobil penumpang. Arjuna serasa hampir pingsan ketika kedua bola matanya yang terpejam juga terbuka sendiri tanpa diperintah otaknya. Arjuna dengan jelas dapat melihat wanita berambut panjang itu membawa mangkuk berisi cacing, belatung dan kecoak. Dan menyumpit cacing-cacing panjang seperti mie lalu memasukkannya ke dalam mulut. "Aarggghh! Lariiiii!"Arjuna lari pontang panting begitu keluar dari mobil Elang. Tanpa arah tujuan. Yang penting lari sejauh-jauhnya dari hantu Mbak Syafira yang mengerikan sekaligus menjijikan itu.Sampai nafas Arjuna hampir putus dan kakinya tak kuat melangkah lagi, barulah Arjuna berhenti menepi di tepi jalan sempit. Tepat di bawah lampu jalan yang bersinar kekuningan."Pak Elang, kamu dimana, Pak? Saya takut banget, Pak. Mbak Syafira masih belum rela meninggalkan profesinya sebagai food bloger. Makanya dia jadi hantu yang mereview ramen rasa cacing," ucap Arjuna di sela tarikan nafasnya.Arjuna menepuk-nepuk tubuh bagian depannya. Juga menyeka keringat yang terus menyembul di dahinya. Lalu mengatur nafasnya agar tidak terus memburu."Ya ampun, bodoh banget aku. Punya ponsel tapi kok gak dipakai buat nyari Pak Elang," ucap Arjuna segera merogoh saku celananya. Mengambil ponsel untuk menelepon atasannya.Tapi sebuah pesan text tiba-tiba masuk di ponselnya. Arjuna segera membukanya dan membacanya cepat-c
Tet! Tet! Tet! Amanda menekan bel yang terpasang di pagar hitam rumah sederhana Pak RT. Tiga kali cukup. Sungguh di lubuk hati Amanda yang terdalam, ia tak ingin merepotkan Pak RT malam-malam begini. Pasti Pak RT dan keluarganya sudah healing di alam mimpi. Tapi apa boleh buat? Malam ini Amanda diliputi rasa takut yang mencekam. Tidak hanya dirinya dan Elang yang bertemu hantu Syafira. Tapi Arjuna juga. Bahkan cerita horror Arjuna membuat tubuh Amanda makin menggigil diterpa angin dingin malam. Tanpa sadar Amanda menggosok-gosok kedua telapak tangannya dan sesekali meniupnya agar tubuhnya sedikit menghangat. Malam ini, tangan, kaki, hati dan pikiran Amanda kacau. Kepikiran hantu Syafira yang penasaran dan menakut-nakuti orang. Amanda takut dirinya tidak fokus mengendarai motor di jalan dan mengalami kecelakaan. Jadi, Amanda merasa lebih baik menitipkan motornya di rumah Pak RT dan pulang bersama Elang dan Arjuna saja. Kriet! Pintu rumah Pak RT terbuka. Pak RT yang bertub
Pagi menjelang. Namun matahari masih belum menampakkan diri sepenuhnya. Elang yang memiliki kebiasaan bangun pagi dan berolahraga, membuka matanya yang masih mengantuk. Tubuhnya pegal-pegal. Karena semalamam tidur di lantai. Sementara Amanda masih tertidur pulas di atas kasur miliknya. Ya, Elang terpaksa merelakan kasur empuk miliknya untuk Amanda. Maklum, mereka berdua masih jomblo. Bukan pula kekasih. Jadi tak mungkin tidur berduaan di atas satu kasur. Sambil menguap, Elang merapikan sleeping bag yang telah dipakainya semalam. Setelah menggulung dan mengembalikan ke tempatnya, Elang segera menuntaskan panggilan alamnya yang muncul tiap pagi kemudian memakai sepatu olah raganya. Ia berniat lari keliling kompleks sebentar lalu mampir ke mini market 24 jam. Untuk membeli barang-barang yang ia inginkan semalam. Kaki Elang pun melangkah keluar dari kamar. Dan sebelum turun ke lantai satu melewati ruang tamu, Elang menyiapkan mentalnya lebih dahulu. Ia takut kembali bertemu hant
Di dalam sebuah ruang tamu kecil, duduk seorang perempuan cantik. Raut wajahnya terlihat sangat murung. Sesekali ia mengusap tissue ke wajahnya. Menghapus tetes air mata yang terus meleleh membasahi pipi. Tap! Tap! Tap! Terdengar suara langkah ringan mendekati ruang tamu kecil itu. Tak berapa lama Romo Thomas yang rambutnya sudah penuh uban muncul. "Selamat pagi, Romo," sapa perempuan cantik sambil buru-buru berdiri menyambut kedatangan Romo Thomas yang sangat ia segani. "Pagi, Anakku. Silahkan duduk kembali," balas Romo Thomas sembari duduk di hadapan perempuan cantik itu. Tubuhnya yang kurus dan tua perlahan disandarkan pada kursi warna putih. Setelah semuanya duduk di kursi, Romo Thomas bertanya dengan suara lembut," Apa yang telah terjadi? Kenapa kau begitu sedih, Anakku?" Perempuan cantik itu berdehem untuk melegakan tenggorokannya yang terasa sesak karena terlalu lama menangis. Perlahan mulai menumpahkan isi hatinya pada Romo Thomas. "Saya baru saja menikah dan pu
Amanda bergidik ngeri mendengar penuturan Prisil. Dia tidak menyangka suami Prisil ditemukan tewas mengenaskan bersama adiknya. Dengan kondisi jenazah persis seperti Syafira. Kepala yang terbalik. Pantas saja Prisil pingsan seketika. Karena Amanda dulu juga langsung pingsan karena kaget melihat jenazah Syafira. "Aku akan membicarakan hal ini dengan Elang. Sekarang dia pasti sedang menyelidiki kasus terbunuhnya pasangan selingkuh di vila. Aku yakin pelaku pembunuhan yang membunuh mereka berdua itu sama dengan pembunuh Syafira," gumam Amanda lirih. Romo Thomas yang ada di samping Amanda langsung membuat tanda salib di dahinya. "Mari kita doakan mereka berdua agar jiwa mereka diampuni dan diterima dalam kerahiman Tuhan." Semua mengangguk setuju. Mereka pun segera berdoa bersama dipimpin Romo Thomas. "Amin." Romo Thomas mengakhiri doa bersama. Dan mereka membuat tanda salib bersama-sama. Prisil menghela nafas panjang sebelum berpamitan pulang. "Mbak Prisil yakin bisa pulang se
Elang mengajak Amanda dan Arjuna pergi ke sebuah cafe yang buka sampai pagi. Di kota kecil yang berhawa sejuk ini, Elang memesan seteko besar kopi susu dan dua piring pisang goreng bertabur cokelat. Untuk menemani mereka bertiga agar tidak mengantuk saat berbincang. Karena hari sudah mulai larut malam."Kamu bisa mulai bercerita, Manda." Elang menyandarkan tubuhnya yang capek ke sofa empuk. Menunggu informasi baru keluar dari mulut Amanda.Amanda tersenyum dan membongkar isi tas pinggang yang dibawanya. Amanda mengeluarkan secarik kertas kecil dari sana. Lalu meletakkannya di meja. Dan mendorongnya ke arah Elang. "Tadi siang aku mendapatkan ini di meja kerja Syafira."Elang memajukan tubuhnya ke meja. Mengambil kertas kecil yang diberikan Amanda."Foto polaroid?" tanya Elang sambil mencermati kertas kecil itu. Lagi-lagi foto bergambar Syafira sedang makan ramen panas. Persis seperti foto 10R yang dirobek dan dibakarnya tadi pagi.***Beberapa jam sebelumnya.Kling! Kling! Kling! Hias
Elang memutuskan untuk kembali ke kantor polisi setelah menurunkan Arjuna di mess dan Amanda di rumahnya. Elang memilih untuk kembali bekerja. Membuang semua lelah dan rasa kantuknya. Memeriksa beberapa berkas penting yang berhubungan dengan kasus Syfira, Samuel dan Priska. Kematian tiga orang ini memiliki persamaan. Pertama, jenazah mereka sama-sama terbalik posisi kepalanya. Kedua, ditemukan pigura berisi foto 10R yang dikirim oleh pengirim anonim di dalam TKP. Ya, sebelum kembali ke Surabaya, Elang sudah memastikan sesuatu. Beberapa hari sebelum Samuel dan Priska terbunuh di vila, datang sebuah hadiah dengan kartu ucapan merah di vila milik Samuel. Tukang kebun yang bekerja di vila yang menerima hadiah tanpa nama pengirim. Lalu membawanya ke dalam kamar tidur Samuel. Meletakkannya di atas nakas yang ada di sebelah tempat tidur. Brak! Elang meletakkan tumpukan berkas kasus pembunuhan yang pernah terjadi sebelumnya, di atas meja kerjanya. Kasus pembunuhan itu masih belum terpeca
Dewi malam bersinar menerangi kantor Badan Forensik. Nampak dua orang satpam yang bertugas patroli keliling gedung sedang bercakap-cakap. "Emang ada kasus baru apa, Pak? Kok saya sampai disuruh lembur malam ini?" tanya Hendra kepada seniornya. "Udah gak usah cerewet kamu, pokoknya kamu dibayar kalau lembur malam ini. Katanya kamu butuh tambahan uang buat nyicil sepeda motor, ya udah disyukuri aja kalau ada rejeki datang," sahut Dimas yang separuh rambutnya sudah mulai kelabu. "Ya, ya, ya," timpal Hendra tak lagi banyak bertanya. Emang susah bicara dengan Pak Dimas. Selalu saja ujung-ujungnya Hendra dibuat tak bisa membalas ucapannya. Kedua satpam itu kembali berpatroli. Namun, ketika melewati pintu bertulis kata toilet, Dimas diam-diam memperlambat langkahnya, masuk ke dalam toilet. Tanpa berpamitan lebih dahulu pada Hendra. Hendra yang tidak mengetahui kalau partner patrolinya berbelok ke toilet, tetap berjalan menyusuri koridor lantai dua kantor badan forensik. Makin lama,
Hacing! Hacing! Terdengar suara bersin dari dalam gudang penyimpanan file-file tua. "Yaks!" Arjuna terpaksa melepas maskernya yang basah karena ingusnya berhamburan kemana-mana. Setelah membersihkan hidungnya, Arjuna memakai masker baru. Syukurlah, tak berapa lama kemudian, Arjuna berhasil keluar membawa berkas yang diminta Pak Elang. Kasus pembunuhan 25 tahun yang lalu. "Ini berkasnya, Pak." Arjuna meletakkan dua buah map kertas yang warnanya sudah menguning kecoklatan. Sebelumnya Arjuna sudah membersihkan debunya lebih dahulu agar tangan atasannya tidak kotor saat membuka lembaran-lembaran kertas berbau apek itu. "Makasih banyak, Juna." Elang tersenyum senang dapat segera membaca berkas yang diperintahkan almarhum Pak Darmadi. Semoga Elang mendapat informasi baru. Elang pun membaca satu persatu berkas itu dengan teliti. *** Dua puluh lima tahun yang lalu. Di sebuah rumah sederhana, terlihat seorang pria bertubuh tinggi besar sedang marah-marah. Ia membanting semua barang yan
Dewi malam bersinar menerangi kantor Badan Forensik. Nampak dua orang satpam yang bertugas patroli keliling gedung sedang bercakap-cakap. "Emang ada kasus baru apa, Pak? Kok saya sampai disuruh lembur malam ini?" tanya Hendra kepada seniornya. "Udah gak usah cerewet kamu, pokoknya kamu dibayar kalau lembur malam ini. Katanya kamu butuh tambahan uang buat nyicil sepeda motor, ya udah disyukuri aja kalau ada rejeki datang," sahut Dimas yang separuh rambutnya sudah mulai kelabu. "Ya, ya, ya," timpal Hendra tak lagi banyak bertanya. Emang susah bicara dengan Pak Dimas. Selalu saja ujung-ujungnya Hendra dibuat tak bisa membalas ucapannya. Kedua satpam itu kembali berpatroli. Namun, ketika melewati pintu bertulis kata toilet, Dimas diam-diam memperlambat langkahnya, masuk ke dalam toilet. Tanpa berpamitan lebih dahulu pada Hendra. Hendra yang tidak mengetahui kalau partner patrolinya berbelok ke toilet, tetap berjalan menyusuri koridor lantai dua kantor badan forensik. Makin lama,
Elang memutuskan untuk kembali ke kantor polisi setelah menurunkan Arjuna di mess dan Amanda di rumahnya. Elang memilih untuk kembali bekerja. Membuang semua lelah dan rasa kantuknya. Memeriksa beberapa berkas penting yang berhubungan dengan kasus Syfira, Samuel dan Priska. Kematian tiga orang ini memiliki persamaan. Pertama, jenazah mereka sama-sama terbalik posisi kepalanya. Kedua, ditemukan pigura berisi foto 10R yang dikirim oleh pengirim anonim di dalam TKP. Ya, sebelum kembali ke Surabaya, Elang sudah memastikan sesuatu. Beberapa hari sebelum Samuel dan Priska terbunuh di vila, datang sebuah hadiah dengan kartu ucapan merah di vila milik Samuel. Tukang kebun yang bekerja di vila yang menerima hadiah tanpa nama pengirim. Lalu membawanya ke dalam kamar tidur Samuel. Meletakkannya di atas nakas yang ada di sebelah tempat tidur. Brak! Elang meletakkan tumpukan berkas kasus pembunuhan yang pernah terjadi sebelumnya, di atas meja kerjanya. Kasus pembunuhan itu masih belum terpeca
Elang mengajak Amanda dan Arjuna pergi ke sebuah cafe yang buka sampai pagi. Di kota kecil yang berhawa sejuk ini, Elang memesan seteko besar kopi susu dan dua piring pisang goreng bertabur cokelat. Untuk menemani mereka bertiga agar tidak mengantuk saat berbincang. Karena hari sudah mulai larut malam."Kamu bisa mulai bercerita, Manda." Elang menyandarkan tubuhnya yang capek ke sofa empuk. Menunggu informasi baru keluar dari mulut Amanda.Amanda tersenyum dan membongkar isi tas pinggang yang dibawanya. Amanda mengeluarkan secarik kertas kecil dari sana. Lalu meletakkannya di meja. Dan mendorongnya ke arah Elang. "Tadi siang aku mendapatkan ini di meja kerja Syafira."Elang memajukan tubuhnya ke meja. Mengambil kertas kecil yang diberikan Amanda."Foto polaroid?" tanya Elang sambil mencermati kertas kecil itu. Lagi-lagi foto bergambar Syafira sedang makan ramen panas. Persis seperti foto 10R yang dirobek dan dibakarnya tadi pagi.***Beberapa jam sebelumnya.Kling! Kling! Kling! Hias
Amanda bergidik ngeri mendengar penuturan Prisil. Dia tidak menyangka suami Prisil ditemukan tewas mengenaskan bersama adiknya. Dengan kondisi jenazah persis seperti Syafira. Kepala yang terbalik. Pantas saja Prisil pingsan seketika. Karena Amanda dulu juga langsung pingsan karena kaget melihat jenazah Syafira. "Aku akan membicarakan hal ini dengan Elang. Sekarang dia pasti sedang menyelidiki kasus terbunuhnya pasangan selingkuh di vila. Aku yakin pelaku pembunuhan yang membunuh mereka berdua itu sama dengan pembunuh Syafira," gumam Amanda lirih. Romo Thomas yang ada di samping Amanda langsung membuat tanda salib di dahinya. "Mari kita doakan mereka berdua agar jiwa mereka diampuni dan diterima dalam kerahiman Tuhan." Semua mengangguk setuju. Mereka pun segera berdoa bersama dipimpin Romo Thomas. "Amin." Romo Thomas mengakhiri doa bersama. Dan mereka membuat tanda salib bersama-sama. Prisil menghela nafas panjang sebelum berpamitan pulang. "Mbak Prisil yakin bisa pulang se
Di dalam sebuah ruang tamu kecil, duduk seorang perempuan cantik. Raut wajahnya terlihat sangat murung. Sesekali ia mengusap tissue ke wajahnya. Menghapus tetes air mata yang terus meleleh membasahi pipi. Tap! Tap! Tap! Terdengar suara langkah ringan mendekati ruang tamu kecil itu. Tak berapa lama Romo Thomas yang rambutnya sudah penuh uban muncul. "Selamat pagi, Romo," sapa perempuan cantik sambil buru-buru berdiri menyambut kedatangan Romo Thomas yang sangat ia segani. "Pagi, Anakku. Silahkan duduk kembali," balas Romo Thomas sembari duduk di hadapan perempuan cantik itu. Tubuhnya yang kurus dan tua perlahan disandarkan pada kursi warna putih. Setelah semuanya duduk di kursi, Romo Thomas bertanya dengan suara lembut," Apa yang telah terjadi? Kenapa kau begitu sedih, Anakku?" Perempuan cantik itu berdehem untuk melegakan tenggorokannya yang terasa sesak karena terlalu lama menangis. Perlahan mulai menumpahkan isi hatinya pada Romo Thomas. "Saya baru saja menikah dan pu
Pagi menjelang. Namun matahari masih belum menampakkan diri sepenuhnya. Elang yang memiliki kebiasaan bangun pagi dan berolahraga, membuka matanya yang masih mengantuk. Tubuhnya pegal-pegal. Karena semalamam tidur di lantai. Sementara Amanda masih tertidur pulas di atas kasur miliknya. Ya, Elang terpaksa merelakan kasur empuk miliknya untuk Amanda. Maklum, mereka berdua masih jomblo. Bukan pula kekasih. Jadi tak mungkin tidur berduaan di atas satu kasur. Sambil menguap, Elang merapikan sleeping bag yang telah dipakainya semalam. Setelah menggulung dan mengembalikan ke tempatnya, Elang segera menuntaskan panggilan alamnya yang muncul tiap pagi kemudian memakai sepatu olah raganya. Ia berniat lari keliling kompleks sebentar lalu mampir ke mini market 24 jam. Untuk membeli barang-barang yang ia inginkan semalam. Kaki Elang pun melangkah keluar dari kamar. Dan sebelum turun ke lantai satu melewati ruang tamu, Elang menyiapkan mentalnya lebih dahulu. Ia takut kembali bertemu hant
Tet! Tet! Tet! Amanda menekan bel yang terpasang di pagar hitam rumah sederhana Pak RT. Tiga kali cukup. Sungguh di lubuk hati Amanda yang terdalam, ia tak ingin merepotkan Pak RT malam-malam begini. Pasti Pak RT dan keluarganya sudah healing di alam mimpi. Tapi apa boleh buat? Malam ini Amanda diliputi rasa takut yang mencekam. Tidak hanya dirinya dan Elang yang bertemu hantu Syafira. Tapi Arjuna juga. Bahkan cerita horror Arjuna membuat tubuh Amanda makin menggigil diterpa angin dingin malam. Tanpa sadar Amanda menggosok-gosok kedua telapak tangannya dan sesekali meniupnya agar tubuhnya sedikit menghangat. Malam ini, tangan, kaki, hati dan pikiran Amanda kacau. Kepikiran hantu Syafira yang penasaran dan menakut-nakuti orang. Amanda takut dirinya tidak fokus mengendarai motor di jalan dan mengalami kecelakaan. Jadi, Amanda merasa lebih baik menitipkan motornya di rumah Pak RT dan pulang bersama Elang dan Arjuna saja. Kriet! Pintu rumah Pak RT terbuka. Pak RT yang bertub
Arjuna lari pontang panting begitu keluar dari mobil Elang. Tanpa arah tujuan. Yang penting lari sejauh-jauhnya dari hantu Mbak Syafira yang mengerikan sekaligus menjijikan itu.Sampai nafas Arjuna hampir putus dan kakinya tak kuat melangkah lagi, barulah Arjuna berhenti menepi di tepi jalan sempit. Tepat di bawah lampu jalan yang bersinar kekuningan."Pak Elang, kamu dimana, Pak? Saya takut banget, Pak. Mbak Syafira masih belum rela meninggalkan profesinya sebagai food bloger. Makanya dia jadi hantu yang mereview ramen rasa cacing," ucap Arjuna di sela tarikan nafasnya.Arjuna menepuk-nepuk tubuh bagian depannya. Juga menyeka keringat yang terus menyembul di dahinya. Lalu mengatur nafasnya agar tidak terus memburu."Ya ampun, bodoh banget aku. Punya ponsel tapi kok gak dipakai buat nyari Pak Elang," ucap Arjuna segera merogoh saku celananya. Mengambil ponsel untuk menelepon atasannya.Tapi sebuah pesan text tiba-tiba masuk di ponselnya. Arjuna segera membukanya dan membacanya cepat-c