Amanda memutuskan merogoh kocek dan menggunakan jasa layanan duka. Untuk mendapatkan surat kematian dan mengatur urusan pemakaman Syafira. Agar lebih praktis. Itu semua karena tubuh dan pikiran Amanda terlalu letih, butuh istirahat agar tenaganya terisi kembali dan pikirannya jauh lebih tenang.
Setelah semua urusan surat menyurat dan pemakamam jenazah Syafira selesai, Amanda memilih untuk pulang ke rumahnya yang dipasangi police line warna kuning. Ya, seminggu yang lalu rumahnya resmi ditutup dan menjadi TKP. Tidak boleh dimasuki sembarang orang karena polisi khawatir TKP akan rusak dan kehilangan barang bukti penting. Sebelum pergi menerobos police line rumahnya, Amanda sudah meminta ijin pada Elang, agar diperbolehkan masuk sebentar untuk mengemas beberapa barang terutama barang berharganya yang masih tertinggal di sana. Begitu Elang memberi ijin, Amanda langsung tancap gas. Mengeratkan tali helmnya. Lalu menyalakan mesin motornya. Menyusuri malam yang sudah mulai larut. Gemerlap cahaya jalan raya perlahan meredup. Amanda bersama motornya perlahan masuk ke jalan sempit yang merupakan satu-satunya jalan untuk menuju rumah mungilnya. Awalnya Amanda tidak punya pikiran buruk apa-apa sampai kemudian terdengar sebuah bunyi. Drrtt! Drrtt! Sungguh apes, motor yang dinaiki Amanda tiba-tiba mogok. Tepat di dekat lahan kosong. "Yah, yah ... Kok brenti di sini sih? Mana masih jauh lagi," gerutu Amanda sambil berusaha menyalakan mesin motornya. Dengan cepat Amanda menekan tombol starter otomatis di motor matic-nya untuk menyalakan mesinnya lagi. Tapi mesin motor tak kunjung menyala. "Please, buruan nyala dong!" Terpaksa Amanda turun dari motor dan menggunakan kakinya untuk menstarter motornya secara manual. Namun mesin motor masih tetap diam dan senyap. Seperti tertidur begitu saja. Amanda menggigit bibirnya. Menoleh ke sana kemari, berharap ada orang di sekitarnya. Orang yang dapat menolongnya untuk menyalakan mesin motor. Tapi jalan sempit ini sepi dan kosong. Hanya ada Amanda seorang diri. "Tarik napas buang napas." Amanda menarik nafas dalam-dalam. Mengatur emosinya agar tidak panik dan takut. Walaupun pikirannya mulai melayang-layang teringat perkataan Syafira sebelum dia meninggal. Lahan kosong itu angker. Beraroma bunga melati tiap ada hembusan angin. Serem. Amanda menggeleng-gelengkan kepalanya untuk mengusir imajinasi pikiran yang makin membuat jantungnya berdegup kencang. "Ah, paling akinya ngadat, minta disetrum biar greng lagi. Besok ya aku bawa kamu ke bengkel," ucap Amanda sembari menuntun motornya melewati pinggiran lahan kosong. "Mandaaa, Amanda." Terdengar suara perempuan memanggilnya. Dari arah belakang punggung Amanda. Amanda mempercepat langkah kakinya. Menyeret motor matic-nya yang lumayan berat, sambil berucap ketakutan. "Tidak mungkin. Tidak mungkin. Aku pasti salah. Syafira sudah tiada. Mana mungkin dia bisa memanggil-manggilku? Jelas-jelas kami sudah berada di alam yang berbeda. Pasti ini imajinasiku saja." "Manda, Mandaaaa ...." Suara Syafira terdengar makin keras dan jelas. Bahkan Amanda merasakan punggungnya ditepuk dari belakang. "Aaarggghh!" Amanda ketakutan. Ia tak sanggup lagi menuntun motornya dan melepaskan begitu saja. Motor terhempas dengan kuat hingga menumbulkan bunyi berdebum. Amanda tidak peduli. Dia harus lari secepat kilat menghindar dari tangkapan hantu Syafira. Tapi belum juga maju beberapa meter. Sebuah tangan melingkar di perut Amanda. Menarik tubuh Amanda dengan gesit ke belakang, hingga Amanda dapat merasakan punggungnya menabrak sebuah tembok yang begitu keras. Amanda langsung memberontak kuat-kuat melepaskan diri dari cengkeram hantu. "Manda, Manda, tenang, Manda. Ini aku Elang." Elang mendekap Amanda erat-erat. Khawatir Amanda bakal pingsan lagi karena ketakutan dipeluk seseorang dari belakang. "Sssttt! Tenang, Manda. Ini aku Elang. Aku akan melepaskanmu jika kamu sudah lebih tenang. Jangan lari lagi. Kau sudah aman bersamaku," ucap Elang lembut. Suara Elang yang menyejukkan, perlahan membuat Amanda berhenti memberontak. "Elang?" Amanda membuka matanya dan melihat bahwa tangan yang melingkar di perutnya adalah tangan manusia. Bukan tangan hantu. Amanda memutar kepalanya dan melihat Elanglah yang ada di belakangnya. "Elang, Elang, syukurlah aku bertemu denganmu di sini. Motorku ... Motorku mogok dan aku tadi mendengar suara Syafira memanggil-manggil aku," tutur Amanda cepat-cepat. Elang mengangguk dan tersenyum lembut. "Aku angkat motormu dulu ya, Manda." Elang melepas pelukannya dan mengangkat motor Amanda. Menekan tombol starter dan motor pun menyala. Siap melaju kembali. "Lho! Sekarang kok nyala sih? Padahal tadi mogok. Aku tidak bohong, Elang," ucap Amanda tak percaya motornya baik-baik saja di tangan Elang. Elang membalas dengan tersenyum pada Amanda. "Aku antar kamu pulang untuk mengambil barang-barangmu. Setelah itu, aku antar kamu ke motel yang ada di daerah perumahanku. Besok baru cari kos-kosan untuk tinggal sementara." Amanda mengangguk. "Terima kasih, Elang." Elang dan Amanda pun segera pergi meninggalkan lahan kosong dengan menaiki motor Amanda. Setelah sampai di pekarangan rumah Amanda dan memarkir motor di samping tembok, Elang buka suara. "Sebenarnya kamu tadi ngapain sih? Kok bengong di depan lahan kosong itu? Aku perhatikan dari dalam mobil, kamu berdiri di depan lahan kosong itu hampir setengah jam loh!" "Apa? Aku berdiri bengong di depan lahan kosong 30 menit? Tidak mungkin, Elang. Motorku itu mogok, aku mendorongnya beberapa meter. Aku sama sekali tidak berlama-lama bengong di sana. Serem lagi. Sudah malam. Ngapain gak langsung pulang aja," bantah Amanda. "Kamu tidak percaya?" Elang mengambil ponselnya dan membuka galeri video yang sempat merekam tindakan aneh Amanda. Amanda pun langsung memperhatikan video yang diputar di ponsel Elang. Nampak dirinya turun dari atas motor lalu menjatuhkan motornya begitu saja di jalanan. Kemudian berdiri terdiam menatap kosong lahan yang dipenuhi ilalang tinggi. Cukup lama. Seperti sedang melamun. Pikirannya kosong. Amanda bergidik melihat penampakan dirinya di video rekaman Elang. Sepertinya memang benar wujud dirinya sedang berdiri di sana. Tapi entah siapa yang ada di dalam tubuhnya saat itu. Seakan bukan jiwanya yang ada di dalam tubuhnya sendiri. "Kok aku bisa begini ya? Apa aku kesurupan?" Elang menggelengkan kepalanya. Ia tidak pernah percaya hal-hal mistis seperti itu. Ia lebih percaya teori kedokteran yang mengatakan bahwa manusia yang terlalu larut dalam kesedihan, terkadang suka menyendiri dan melamun. Menurut Elang, Amanda sedang pada tahap ini. Sehingga dia bengong di tempat almarhumah sahabatnya mengatakan hal-hal yang telah mengganggu pikirannya. Sambil berjalan ke arah teras, Amanda bertanya, "Kok kamu bisa ada di sana, Elang?" "Setelah berpisah denganmu di ruang otopsi siang tadi, aku bersama Arjuna pergi ke lahan kosong itu. Karena kamu bercerita kalau Syafira ketakutan tiap lewat sana. Kami pun ingin melihatnya secara langsung dan membuktikannya. Apakah benar ada aroma bunga melati?" jelas Elang. Selain itu, Elang dan Arjuna juga sempat bertanya-tanya pada warga sekitar tentang Syafira. Apakah mereka mengenal Syafira? Pernah melihat Syafira bersama orang yang mencurigakan? Apakah pernah melihat kejadian aneh di depan lahan kosong? Mereka mencari saksi mata sekaligus informasi tentang Syafira. "Lalu?" tanya Amanda. "Tidak ada apa-apa di sana. Warga setempat juga mengatakan kalau tidak pernah mencium bau bunga melati atau dengar suara aneh," jawab Elang. "Itu karena hidungmu tidak sepeka Syafira," balas Amanda. "Mungkin, bisa jadi." Elang manggut-manggut sambil menarik sesuatu dari saku celananya. Dua pasang sarung tangan karet dan alas kaki dari kain warna putih. Lalu menyodorkannya ke arah Amanda. "Pakai ini agar TKP tetap steril. Ingat, jangan menyentuh apa pun selain barang-barang yang ada di kamarmu. Ambil seperlunya saja. Biar kita bisa lekas pergi dari TKP," jelas Elang. Amanda mengangguk. Setelah membantu Amanda memakai alas kaki dari kain, Elang segera menarik police line kuning yang meenyilang di depan pintu. "Masuklah, tidak dikunci kok." Amanda membungkuk dan masuk ke dalam rumahnya bersama Elang."Barang-barang di rumahku bisa hilang kalau pintunya tidak dikunci," ucap Amanda sedikit kesal karena polisi berlaku seenaknya pada rumah miliknya.Elang tersenyum. "Tak akan ada yang berani masuk ke sini begitu berita kematian sahabatmu mencuat di media sosial."Amanda mengerucutkan bibirnya. Memang benar ucapan Elang. Dunia maya heboh ketika seorang food bloger yang sedang naik daun tewas secara tidak wajar di toilet rumah kontrakannya. Pasti tidak ada maling yang berani macam-macam di rumahnya yang tidak dikunci ini.Amanda pun berjalan masuk ke ruang tengah, tiba-tiba gendang telinga Amanda menangkap bunyi-bunyian yang tidak asing. Ting! Ting! Ting! Slurpp! Slurrrppp!Amanda menajamkan pendengarannya. Ia yakin mendengar suara dentingan sendok garpu di atas piring. Biasanya jika Syafira sedang membuat video tentang makan besarnya di area dapur, pasti dapurnya ramai. Mulut Syafira juga sengaja dibunyikan slurrpp, agar terlihat sedang makan dengan nikmat dan makanan yang disantapnya
Arjuna lari pontang panting begitu keluar dari mobil Elang. Tanpa arah tujuan. Yang penting lari sejauh-jauhnya dari hantu Mbak Syafira yang mengerikan sekaligus menjijikan itu.Sampai nafas Arjuna hampir putus dan kakinya tak kuat melangkah lagi, barulah Arjuna berhenti menepi di tepi jalan sempit. Tepat di bawah lampu jalan yang bersinar kekuningan."Pak Elang, kamu dimana, Pak? Saya takut banget, Pak. Mbak Syafira masih belum rela meninggalkan profesinya sebagai food bloger. Makanya dia jadi hantu yang mereview ramen rasa cacing," ucap Arjuna di sela tarikan nafasnya.Arjuna menepuk-nepuk tubuh bagian depannya. Juga menyeka keringat yang terus menyembul di dahinya. Lalu mengatur nafasnya agar tidak terus memburu."Ya ampun, bodoh banget aku. Punya ponsel tapi kok gak dipakai buat nyari Pak Elang," ucap Arjuna segera merogoh saku celananya. Mengambil ponsel untuk menelepon atasannya.Tapi sebuah pesan text tiba-tiba masuk di ponselnya. Arjuna segera membukanya dan membacanya cepat-c
Tet! Tet! Tet! Amanda menekan bel yang terpasang di pagar hitam rumah sederhana Pak RT. Tiga kali cukup. Sungguh di lubuk hati Amanda yang terdalam, ia tak ingin merepotkan Pak RT malam-malam begini. Pasti Pak RT dan keluarganya sudah healing di alam mimpi. Tapi apa boleh buat? Malam ini Amanda diliputi rasa takut yang mencekam. Tidak hanya dirinya dan Elang yang bertemu hantu Syafira. Tapi Arjuna juga. Bahkan cerita horror Arjuna membuat tubuh Amanda makin menggigil diterpa angin dingin malam. Tanpa sadar Amanda menggosok-gosok kedua telapak tangannya dan sesekali meniupnya agar tubuhnya sedikit menghangat. Malam ini, tangan, kaki, hati dan pikiran Amanda kacau. Kepikiran hantu Syafira yang penasaran dan menakut-nakuti orang. Amanda takut dirinya tidak fokus mengendarai motor di jalan dan mengalami kecelakaan. Jadi, Amanda merasa lebih baik menitipkan motornya di rumah Pak RT dan pulang bersama Elang dan Arjuna saja. Kriet! Pintu rumah Pak RT terbuka. Pak RT yang bertub
Malam begitu kelam. Bahkan Dewi Malam enggan menampakkan diri. Memilih bersembunyi di balik selimut awan hitam. Daripada menerangi malam. Jalan sempit yang biasa dilalui Syafira untuk pulang, terlihat remang-remang. Jarak tiang lampu jalan berjauhan. Sinar lampu kekuningannya tak mampu mengusir sepi dan kosong. Terpaksa Syafira mempercepat langkah kakinya sambil terus menajamkan pengelihatan. Wanita 25 tahun, yang berjalan sendirian lewat tengah malam, harus berhati-hati agar tidak celaka. Apalagi rumah mungil yang ditinggalinya bersama Amanda, sahabat karibnya sejak kecil, masih beberapa puluh meter lagi. "Tahu bakal ketakutan begini, lebih baik tadi aku menerima tawaran Nick. Dia mau mengantarku sampai ke depan pagar rumah. Haish! Bego banget aku!" Syafira menggerutu, menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa ia bisa sebodoh ini? Krak! Krak! Krak! Suara seperti pecahan kerikil yang terinjak-injak tiba-tiba terdengar. "Apa itu?" Denyut jantung Syafira meningkat. Ia buru-buru men
Amanda buru-buru pulang ke Indonesia begitu mendapat kabar bahwa Syafira, sahabatnya, meninggal di dalam rumah kontrakan mereka. Sungguh sebuah berita yang sangat mengejutkan.Karena sebelum Amanda pergi ke Singapore, Syafira dalam keadaan sehat, segar bugar. Dan Amanda yakin Syafira tidak mengidap penyakit kronis apa pun sebelumnya. Lalu kenapa Syafira bisa meninggal mendadak di dalam kamar mandi?Anehnya, Pak RT yang mengabarkan berita kematian Syafira lewat telepon, juga tidak menjelaskan sebab musabab kematian sahabatnya itu.Jangan-jangan Syafira terpeleset jatuh di kamar mandi lalu meninggal? Ya ampun, sungguh malang nasibmu, Syafira. Hiks! Hiks!Amanda nampak begitu terpukul dengan kepergian Syafira, dia tidak bisa tidur dan menangis terus menerus selama berada di Singapore, karena kehilangan teman berbagi suka dan duka yang sudah seperti saudara sendiri.Begitu menginjakkan kakinya di Surabaya, Amanda langsung pergi ke ruang otopsi mayat di rumah sakit pemerintah. Berniat meng