Gero, Bara, Fairel, Chen, Joy, Agung, Endrow, Yoro, Loey dan Bagas. Sepuluh orang itu berbaris dengan rapi. Masing-masing pasangannya sudah berbaris di punggung kekar masing-masing pacarnya. Bayu sudah siap sedia untuk memberikan aba-aba. Ayu kali ini ikut pasang mata, melihat dengan kedua matanya sendiri siapa yang akan keluar sebagai pemenang dari sepuluh pasangan itu. Siapa dari mereka yang benar-benar kompak. Karena setelah keluar sebagai pemenang dari perlombaan tersebut, Ayu sudah pastikan bahwa cintanya kepada pasangannya itu akan membara seperti semangatnya ketika berlomba. Hati Ayu terenyuh, hatinya juga sedikit sakit karena ia lebih memilih menjadi panitia daripada berpartisipasi dalam perlombaan langka ini. Ayu juga ingin mengukir kisah bersama Bayu, hanya saja pria itu sangat menyebalkan, membuat dirinya ingin sekali bermusuhan. Untuk kali ini, Ayu lebih mendukung Fairel dan Dona. Entah kenapa, pasangan itu tampak bersinar di mata Ayu. Atau mungkin... karakter mereka
BRUK! "FAIREL!" Dona memekik, ia berjongkok di samping tubuh Fairel. Memindahkan posisi kepala Fairel menjadi di pahanya, kemudian menepuk-nepuk pipi pria itu agar sadar. Mendengar teriakan dari Dona, membuat Gero mempercepat larinya dan menjadi juara kedua dari perlombaan tersebut. Dan yang juara ketiga adalah Loey. Gero langsung berjongkok di hadapan Dona, menarik kedua tangan Fairel agar melingkar di lehernya. "Cepetan bantuin gue. Gue mau gendong Fairel ke ruang panitia." Kedua cewek yang sempat melongo itu lantas mengangguk. Membantu memindahkan Fairel ke punggung Gero. Setelah pegangannya dirasa cukup, Gero berlari menuju ruang panitia, bersama dengan Dona dan Alfina. Dona terus berada di belakang Fairel, ia berjaga-jaga jika sewaktu-waktu tubuh Fairel terjatuh, dan terjengkang ke belakang, Dona siap untuk menahannya. Tetapi bersyukur, Fairel tidak jatuh hingga sampai pria itu diletakkan di kasur yang pernah ditempati Dona tidur. "Fina, ambilin minyak angin. Sama air ju
Setelah menunggu hampir sepuluh menit, akhirnya Dokter Geo sampai. Beliau sedang memeriksa Fairel. Pria itu masih belum sadarkan diri. Wajahnya terlihat makin pucat, untungnya suhu tubuh Fairel masih normal. Di ruang panitia, masih hanya ada Gero dan dirinya. "Ini obat untuk diminumkan kepada Fairel." Geo menyerahkan dua lembar obat yang berbeda kepada Dona. "Kapan dia sadar Dok?" tanya Dona penuh dengan kekhawatiran. "Santai saja. Sebentar lagi juga dia sadar. Fairel hanya kelelahan. Sepertinya pria itu, jalan olahraga. Mangkanya, cepat drop." "Betul tuh," Gero membenarkan dengan heboh. Jika Fairel mendengar, pria itu pasti akan membela diri. Setiap kali Gero mengajak Fairel untuk olahraga, atau sekedar main basket, pria itu pasti selalu punya cara untuk mengelaknya. Entah alasan lukisan, atau kelas pagi. Yah, pokoknya ada sajalah tingkahnya itu yang membuat Gero kesal setengah mati. "Berapa biayanya Dok?" tany
Semua orang tertawa terbahak-bahak setelah perlombaan bucin-bucinan selesai. Dan yang keluar sebagai juara adalah Chen, Heya, dan Tora. Yah, walaupun garing, Chen menjadi juara satu dan memiliki banyak penggemar saat ini. Karena Chen menang, Aura tidak memutuskan Chen, berbeda dengan gadis sebelumnya. . Langkah Dona terhenti ketika mendengar ucapan itu. Matanya berkedip sekali seolah memastikan kalau yang ia dengarkan tidaklah salah. Benar, Dona baru menyadari kenapa Fairel begitu benci dengan obat. Itu karena Fairel sering meminum obat. Setiap dipukuli ayahnya, Fairel meminum obat pereda rasa nyeri agar bisa tidur tenang, atau agar bisa melukis dengan benar. Fairel terlalu kesepian. GEDUBRAK! Suara jatuhnya bahkan begitu menggema ke seluruh ruangan. Tetapi, anehnya Dona tidak merasa nyeri apapun. "Sakit nggak?" Entah kenapa, suara Fairel begitu menggema di telinganya. Nafasnya yang memburu bahkan terasa
Dona melingkarkan tangannya di leher Fairel, gadis itu mundur beberapa senti, membuat Bara yang berdiri di belakangnya tersenyum mengejek karena melihat aksi tadi. "Gimana kalau kita ciumannya dengan gaya dewasa?" tanya Dona dengan suara yang cukup lantang. Bisa di dengar oleh Bara dan Fairel sekaligus. Fairel menelan salivanya, ia sebenarnya hanya bercanda dan berniat untuk ngetes gadis itu saja. Fairel hanya ingin tahu, apakah Dona akan memilih ego atau hatinya. Ego Dona pasti akan bersuara untuk mencium Fairel, dan membuat Bara panas. Sedangkan hatinya akan berkata, untuk tidak mencium Fairel dan bersikap biasa-biasa saja, seolah Dona sudah bisa melepaskan Bara tanpa perlu adegan panas. Tetapi, Dona memilih egonya. "Dengan saling melumat bibir masing-masing, mengabsen setiap gigi kita, dan merasakan rasa manisnya. Gimana?" tanya Dona dengan ekspresinya yang serius. Bara merasa panas, ke pergi dan menghampiri Fera di stand me
CEKREK! CEKREK! CEKREK!Dion dan Cesla tidak menyadari kalau kegiatan mereka difoto oleh seseorang.Dion yang terlalu terbuai oleh keromantisan hanya terus memandangi wajah Cesla dengan lekat."Mas, kok kamu nggak beliin cincin buat kamu juga? Aku juga pengen pake cincin yang sama kayak kamu, loh Mas." Cesla menarik kedua tangannya untuk menumpu dagu."Aku udah pakai cincin. Biar kamu aja yang pakai, itu hadiah istimewa loh, apa kamu nggak merasa hadiah itu istimewa?" tanya Dion dengan mimik yang dibuat sedih.Ia tidak bisa memakai cincin pasangan bersama Cesla. Aliya bisa marah. Ya, walaupun istrinya itu lebih memilih memendam amarahnya dan mengurung diri, Dion tidak enak dipandang mencurigakan oleh kedua anaknya.Dion sebisa mungkin untuk bermain bersih. Ia tidak boleh meninggalkan jejak apapun tentang hubungannya dengan mereka semua.Dan Gow, mengetahui kalau Dion selingkuh. Pria itu bahkan yang memberikan list perempuan cantik unt
"Semangat... semangat... semangat!" Semua orang bersorak, menyemangati sepuluh peserta pertama yang sedang berlomba. Dona tampak bersemangat, dia terus menyuap lebih banyak mie ke dalam mulutnya. Fairel bahkan speechless melihat hal itu. Dona yang tidak suka kue ketika di ruang panitia, tampak lebih berbeda jika sudah berhadapan dengan mie pedas. Fairel bahkan dibuat ngiler ketika terus memperhatikan Dona yang sedang makan. Perutnya berbunyi nyaring, membuat Gero tertawa terbahak-bahak. Sialnya, kenapa Gero mendengar suara perutnya? Apakah sekencang itu? "Ikutan lomba gih Rel. Perlombaannya masih terbuka buat lo seorang." Gero masih tertawa terbahak-bahak. Hidungnya kembang kempis menahan lelucon. "Gue nggak suka pedes." Gero menoyor kepala Fairel,"Gaya lo, Rel. Kalau cowok nggak suka pedes. Nggak jantan." "Emangnya ayam?" ledek Fairel tepat menghunus hari Gero. "Sialan lo," umpat Gero kesal setengah mati. G
"Nih, nasi buat kalian berdua. Jangan lupa dimakan." Gero memberikan dua kotak makanan ke Fairel. Masih ada satu dus lagi kotak makanan yang belum empat dibagikan. Gero langsung berpamitan untuk membagikan kotak nasi ini ke karpet sebelah. Fairel menyodorkan satu kotak ke Dona. Ini adalah makanan terakhir untuk kami sebelum memulai acara band. Perlombaan mukbang sudah selesai. Khusus untuk perlombaan tersebut, pemenang akan diumumkan nanti bersamaan dengan acara band. Panitia ingin memberikan kejutan khusus untuk perlombaan mukbang. Fairel membuka kotak makanan milik Dona. Nasi dan ayam bakar menyapa matanya untuk pertama kali. Fairel begitu menyukai ayam bakar, ia tidak tahan untuk segera memakannya. "Makan Na." Dona mengangguk, ia pergi untuk cuci tangan. Berbeda dengan Fairel, tangannya yang sudah bersih itu langsung menyuapkan makanan ke dalam mulutnya. Fairel tidak bisa menunggu lama lagi, karena sudah dua jam pria itu menahan ras