Feira datang ke Mansion Williams. Walaupun ia dilarang keras bertemu dengan Ken, tetapi Feira tidak mendapatkan pengawasan yang ketat. Ia masih sama seperti biasanya, bebas."Mungkin, aku akan menunggu Ken kembali dari kantor. Aku tidak akan mengabari kedatanganku karena itu akan mengganggu pekerjaannya," gumam Feira.Feira yakin jika ia beri tahu kekasihnya bahwa ia sudah berada di Mansion Williams, hal itu akan membuat Ken meninggalkan pekerjaan hanya untuk menemuinya Kedatangannya langsung disambut hangat oleh Alexa. Ia sangat beruntung, meskipun sang daddy membenci keluarga Williams, tetapi ia masih mendapatkan perlakuan baik dari keluarga itu. Beruntung Ken juga tidak membenci daddy-nya, meskipun selalu diperlakukan tidak baik."Fei, kamu datang? Tadi Ken nunggu kabar dari kamu, tapi kamu tidak bisa dihubungi juga. Bagaimana kabarmu?" tanya Alexa. Terlihat raut wajah wanita itu sedikit panik."Fei baik, Mom."Alexa mengajak Feira untuk duduk di sofa ruang tamu. Ia juga meminta M
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas