Arley ingin sekali melupakan kemarahan pada istrinya, bagaimana tidak. Alexa dan Jeff baru pulang saat pagi hari.Sebisa mungkin Arley tetap menahan amarahnya dan tidak ingin menimbulkan perdebatan pada istrinya."Cepat mandi dan kita sarapan," pinta Arley dengan suaranya yang datar, membuat Alexa seketika menatap Harley dalam-dalam.Detik berikutnya Arley melangkahkan kakinya lebih dulu untuk menuju meja makan."Kenapa dia tidak marah? Harusnya dia marah saat aku pulang pagi seperti ini!"Di ruang makan, Arley memanggil Jeff untuk menanyakan ke mana saja mereka tadi malam hingga pulang pagi.Jeff hanya menunduk saat melihat raut wajah Arley yang sudah memerah dan mata yang menatap tajam ke arahnya."Kemana saja kalian semalam?" tanya Arley."Kami di apartemen—""Apartemen?" Arley bangkit dari duduknya, "sejak semalam hingga pagi kalian di apartemen?"Tiba-tiba saja Jeff menjadi gugup mengetahui reaksi sang majikan demikian."Saya menunggu Nona Alexa di apartemen yang sedang curhat de
Setelah mengetahui kabar arley dari Mika, Alexa bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan suaminya. Sungguh, dia benar-benar menyesal karena tak mendengarkan lebih dulu apa yang akan disampaikan oleh Jeff sebelumnya.Menangis seorang diri di dalam mobil yang dia kemudikan terasa sangat menyesakan dadanya. Tangannya mencengkeram erat setir, dia marah pada dirinya sendiri."Kamu mengalami kecelakaan pasti karena aku dan dengan tidak tahu dirinya aku tidak peduli denganmu!"Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya Alexa sampai juga di rumah sakit di mana Arley dirawat di sana. Wanita itu bergegas keluar dari mobil dan segera berlari masuk ke dalam lift yang ada di basement untuk mencari ruangan Arley.Tidak membutuhkan waktu lama, Alexa sudah berada di lantai tempat di mana arley dirawat. Namun, ada pemandangan yang tiba-tiba saja membuat tubuhnya terasa lemas dan dadanya semakin sesak.Dia melihat Alvin mengiring sebuah brankar ya
Alexa mengangguk pelan menahan kekecewaannya saat arley mengatakan dia menyesal telah memiliki istri dan tidak mengingat dirinya."Istriku bukan wanita yang pandai menangis," ucap Arley. Dahi Alexa mengernyit, mungkinkah ada wanita lain yang diingat Arley sebagai istrinya?"Maksudmu?" Alexa berusaha menuruni brankar, tetapi lagi-lagi Arley menahannya."Istriku itu keras kepala, dia mendengarkan ucapanku. Hobinya pergi ke club dan pulang pagi," ujar Arley.Mata Alexa melebar, dia langsung memeluk Arley. "Kamu mengingatku? Jangan menghukumku seperti ini!"Arley berusaha menahan sakit di tubuhnya akibat kecelakaan dan kini Alexa memeluknya begitu erat."Maafkan aku, tolong jangan seperti ini lagi. Kamu benar-benar membuatku khawatir, aku pikir kamu sudah meninggal." Alexa menangis di dada Arley.Arley tidak hilang ingatan, dia hanya ingin melihat reaksi Alexa. Sejak wanita itu masuk ke dalam ruangan dan berbicara padanya, Arley sudah mendengar apa yang dibicarakan Alexa tanpa wanita itu
"Kenapa lama sekali membuka pintunya?" tanya Daisy. Kedatangannya bersama sang suami untuk melihat keadaan menantu mereka."Maaf, Mom, Dad. Tadi aku masih bersihkan tubuh Arley," jawab Alexa.Wanita itu tidak sepenuhnya berbohong, meskipun setelah membersihkan tubuh suaminya, Arley sempat menggodanya sebentar.Daisy mengangguk, sepasang suami istri itu berjalan lebih dekat pada brankar. Mereka turut prihatin melihat keadaan sang menantu, ditambah mendengar dari Alexa bahwa salah satu kaki Arley patah."Bagaimana keadanmu sekarang, Ar?" tanya Steve."Aku sedikit lebih baik. Terima kasih, Mom dan Dad mau datang ke sini," ujar Arley.Steve mengangguk dan Daisy menyimpan buah juga kue di atas meja nakas."Maaf kami baru datang menjenguk. Tadinya semalam kami mau datang, tetapi kami pikir kamu butuh istirahat, makanya kami memilih datang pagi ini," kata Daisy."Tidak apa-apa, Mom, Dad. Terima kasih, kalian sudah mau datang menjenguk suamiku, Arley pasti sangat senang," ucap Alexa.Daisy te
"Aku dengar dari Alexa, kamu mendiamkannya. Emm maksudku, kamu bersikap dingin padanya. Ada apa?" tanya Elea."Tidak apa-apa, aku hanya sedikit teringat saat Nona Alexa tidak mau tahu kabar suaminya, sedangkan saat itu Tuan Arley kecelakaan," kata Alvin."Jika Tuan Arley tahu, wah dia pasti sangat marah, istrinya tidak diperlakukan baik oleh asistennya sendiri," kata Elea.Alvin yang tengah menyetir, segera menoleh pada Elea. "Benar juga apa katamu, mungkin aku bisa dipecat. Sebenarnya aku tidak membenci, tetapi aku sedikit merasa sakit ketika Nona Alexa tidak peduli dengan Tuan Arley.""Ya, aku paham. Betapa setianya seorang Alvin pada atasannya," kata Elea."Dengan atasan saja aku setia, apalagi pada kekasih," ujar Alvin mengulas senyum."Ah, air laut memang asin sendiri, Al." Elea terkekeh pelan.****Matahari pagi memeluk kedua insan yang tengah duduk di taman. Kondisi Arley membuat kedekatan mereka semakin
"Apa Anda sudah terlambat datang bulan?" tanya dokter wanita tersebut.Alexa berpikir sejenak, mengingat-ingat kembali apa yang dipertanyakan dokter yang sedang memeriksanya."Memangnya apa hubungannya dengan sakit istriku, dok?" tanya Arley."Harusnya dua Minggu lalu, tapi sampai sekarang belum, dok," ujar Alexa.Sherly tersenyum. "Begini, Tuan. Gejala yang dirasakan istri Anda, hampir mirip dengan wanita yang tengah hamil dan sekarang Nona Alexa pun telat datang bulan."Seketika Arley terdiam, hal itu membuat Alexa bingung, padahal seharusnya sang suami merasa senang jika memang benar dia hamil.Alexa sendiri tidak mengerti, apakah dia harus senang karena bisa mewujudkan keinginan Arley dan mungkin bisa jadi penyemangat untuk suaminya, atau dia bersedih karena di tengah ketidaksiapannya dia malah mengandung benih Arley.Alexa menepis perasaannya, dia yakin suaminya telah berubah, dia juga berjanji tidak akan meminta ce
Hari-hari berlalu, usia kehamilan Alexa saat ini sudah menginjak 8 Minggu. Semakin wanita itu menjalani hari-harinya dengan kehadiran calon bayi tersebut, semakin Alexa merasakan bahagia."Kenapa tidak sejak lama saja, aku menyetujui keinginan Arley agar aku hamil? Aku tidak menyangka akan membahagiakan seperti ini," gumam Alexa.Arley baru saja keluar dari walk in closet, tentu saja dia ikut tersenyum saat menyaksikan istrinya tampak bahagia sembari mengusap perutnya yang masih datar.Alexa menoleh pada Arley yang berdeham. Dia selalu mempraktekkan apa yang diminta sang mommy. Dia harus selalu mengekspresikan kebahagiaannya agar Arley dapat merasakan sisi positif dan ikut mengeluarkan aura positifnya juga.Alexa berharap agar Arley dapat kembali percaya diri seperti semula. Walaupun saat ini Arley tidak bisa berjalan, hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai Arley di mata Alexa.Lelaki itu tetaplah orang yang dicintainya."Bab
Sepagi ini, Arley tidak terlihat di dalam kamar, di dalam ruang kerjanya pun tidak terlihat keberadaan lelaki itu."Apa aku melakukan kesalahan lagi?" batin Alexa bertanya-tanya. Dia takut jika lelaki itu sedang marah padanya, sementara dia tidak mengetahui apa kesalahannya.Alexa berinisiatif untuk mencari suaminya di lantai dasar, dia juga tidak yakin jika Arley sudah berangkat ke kantor karena ini masih terlalu pagi.Wanita itu sampai melupakan mandinya, hanya membasuh wajah saja yang dia lakukan, demi mencari suaminya dan khawatir akan lelaki itu.Melihat pintu mansion terbuka membuat perhatiannya teralihkan, Alexa pun segera menuju pintu, berharap sang suami berada di sana."Ery, kenapa pintunya dibuka?" tanya Alexa pada penjaga."Maaf, Nona saya lupa menutupnya," jawab Ery yang berdiri tegap di depan mansion."Apa Arley di luar? Atau sudah berangkat ke kantor?" tanya Alexa.Ery menggeleng. "Tidak. Tuan Arley belum keluar pagi ini."Alexa menghembus napas pelan. "Ya sudah, jangan