Sebuah buku diary berada di atas meja nakas yang berada di samping ranjang. Alexa mengedarkan pandangannya mencari sosok Arley. Namun, sepertinya sang suami tengah mandi.
"Bukankah, buku ini masih berada di tangan Ef?" ucap Alexa dalam hati.Ya, dia sangat mengingat terakhir kali bertemu dengan Ef, buku tersebut masih berada di lelaki itu.Alexa menjatuhkan bokongnya di ranjang. "Apa mungkin Arley dan Ef sudah bertemu?"Wanita itu tidak ingin mengambil pusing, yang terpenting dia selalu berharap Arley dan Ef bisa menjalani hubungan seperti seharusnya.Alexa meraih buku diary itu dan memerhatikan tanpa membuka buku tersebut. "Buku ini bisa menyatukan dua orang yang sebelumnya saling bermusuhan."Sebuah tangan besar dan kekar melingkar di perut Alexa begitu saja, buat wanita itu menoleh ke samping dan tampak sosok suaminya di sana."Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Arley."Ah, aku akan mandi." Alexa melepaska"Jangan lagi ingin berpisah dariku! Aku akan mendukung perusahaan Daddy, asal kamu tetap disampingku," kata Arley."Aku sudah menduganya, kamu tidak akan mau membantu perusahaan Daddy tanpa maksud," kata Alexa."Tidak, aku tulus menjadi investor di perusahaan Daddy, bahkan mendukung penuh jika Daddy menginginkannya. Namun, aku juga tetap menginginkanmu di sisiku, Baby."Alexa memutar bola mata malas, dia mengedarkan pandangannya mencari sosok yang selalu menemani dia setiap hari sesuai permintaan sang suami."Jeff," panggil Alexa.Lelaki bertubuh tinggi dan memiliki kulit sedikit coklat segera berjalan menuju Alexa."Ya, Nona," sahut Jeff."Panaskan mobil! Kita akan berangkat sebentar lagi," kata Alexa.Arley hanya tersenyum melihat Alexa yang selalu saja bertingkah menggemaskan di matanya."Apa kamu mulai nyaman dengan Jeff untuk menjagamu?" tanya Arley."Lebih tepatnya bukan menjagaku, tapi mata-mata untukmu. Ya Tuhan, kenapa semua jadi berbalik padaku? Hari ini akulah yang dimata-ma
Arley ingin sekali melupakan kemarahan pada istrinya, bagaimana tidak. Alexa dan Jeff baru pulang saat pagi hari.Sebisa mungkin Arley tetap menahan amarahnya dan tidak ingin menimbulkan perdebatan pada istrinya."Cepat mandi dan kita sarapan," pinta Arley dengan suaranya yang datar, membuat Alexa seketika menatap Harley dalam-dalam.Detik berikutnya Arley melangkahkan kakinya lebih dulu untuk menuju meja makan."Kenapa dia tidak marah? Harusnya dia marah saat aku pulang pagi seperti ini!"Di ruang makan, Arley memanggil Jeff untuk menanyakan ke mana saja mereka tadi malam hingga pulang pagi.Jeff hanya menunduk saat melihat raut wajah Arley yang sudah memerah dan mata yang menatap tajam ke arahnya."Kemana saja kalian semalam?" tanya Arley."Kami di apartemen—""Apartemen?" Arley bangkit dari duduknya, "sejak semalam hingga pagi kalian di apartemen?"Tiba-tiba saja Jeff menjadi gugup mengetahui reaksi sang majikan demikian."Saya menunggu Nona Alexa di apartemen yang sedang curhat de
Setelah mengetahui kabar arley dari Mika, Alexa bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan suaminya. Sungguh, dia benar-benar menyesal karena tak mendengarkan lebih dulu apa yang akan disampaikan oleh Jeff sebelumnya.Menangis seorang diri di dalam mobil yang dia kemudikan terasa sangat menyesakan dadanya. Tangannya mencengkeram erat setir, dia marah pada dirinya sendiri."Kamu mengalami kecelakaan pasti karena aku dan dengan tidak tahu dirinya aku tidak peduli denganmu!"Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya Alexa sampai juga di rumah sakit di mana Arley dirawat di sana. Wanita itu bergegas keluar dari mobil dan segera berlari masuk ke dalam lift yang ada di basement untuk mencari ruangan Arley.Tidak membutuhkan waktu lama, Alexa sudah berada di lantai tempat di mana arley dirawat. Namun, ada pemandangan yang tiba-tiba saja membuat tubuhnya terasa lemas dan dadanya semakin sesak.Dia melihat Alvin mengiring sebuah brankar ya
Alexa mengangguk pelan menahan kekecewaannya saat arley mengatakan dia menyesal telah memiliki istri dan tidak mengingat dirinya."Istriku bukan wanita yang pandai menangis," ucap Arley. Dahi Alexa mengernyit, mungkinkah ada wanita lain yang diingat Arley sebagai istrinya?"Maksudmu?" Alexa berusaha menuruni brankar, tetapi lagi-lagi Arley menahannya."Istriku itu keras kepala, dia mendengarkan ucapanku. Hobinya pergi ke club dan pulang pagi," ujar Arley.Mata Alexa melebar, dia langsung memeluk Arley. "Kamu mengingatku? Jangan menghukumku seperti ini!"Arley berusaha menahan sakit di tubuhnya akibat kecelakaan dan kini Alexa memeluknya begitu erat."Maafkan aku, tolong jangan seperti ini lagi. Kamu benar-benar membuatku khawatir, aku pikir kamu sudah meninggal." Alexa menangis di dada Arley.Arley tidak hilang ingatan, dia hanya ingin melihat reaksi Alexa. Sejak wanita itu masuk ke dalam ruangan dan berbicara padanya, Arley sudah mendengar apa yang dibicarakan Alexa tanpa wanita itu
"Kenapa lama sekali membuka pintunya?" tanya Daisy. Kedatangannya bersama sang suami untuk melihat keadaan menantu mereka."Maaf, Mom, Dad. Tadi aku masih bersihkan tubuh Arley," jawab Alexa.Wanita itu tidak sepenuhnya berbohong, meskipun setelah membersihkan tubuh suaminya, Arley sempat menggodanya sebentar.Daisy mengangguk, sepasang suami istri itu berjalan lebih dekat pada brankar. Mereka turut prihatin melihat keadaan sang menantu, ditambah mendengar dari Alexa bahwa salah satu kaki Arley patah."Bagaimana keadanmu sekarang, Ar?" tanya Steve."Aku sedikit lebih baik. Terima kasih, Mom dan Dad mau datang ke sini," ujar Arley.Steve mengangguk dan Daisy menyimpan buah juga kue di atas meja nakas."Maaf kami baru datang menjenguk. Tadinya semalam kami mau datang, tetapi kami pikir kamu butuh istirahat, makanya kami memilih datang pagi ini," kata Daisy."Tidak apa-apa, Mom, Dad. Terima kasih, kalian sudah mau datang menjenguk suamiku, Arley pasti sangat senang," ucap Alexa.Daisy te
"Aku dengar dari Alexa, kamu mendiamkannya. Emm maksudku, kamu bersikap dingin padanya. Ada apa?" tanya Elea."Tidak apa-apa, aku hanya sedikit teringat saat Nona Alexa tidak mau tahu kabar suaminya, sedangkan saat itu Tuan Arley kecelakaan," kata Alvin."Jika Tuan Arley tahu, wah dia pasti sangat marah, istrinya tidak diperlakukan baik oleh asistennya sendiri," kata Elea.Alvin yang tengah menyetir, segera menoleh pada Elea. "Benar juga apa katamu, mungkin aku bisa dipecat. Sebenarnya aku tidak membenci, tetapi aku sedikit merasa sakit ketika Nona Alexa tidak peduli dengan Tuan Arley.""Ya, aku paham. Betapa setianya seorang Alvin pada atasannya," kata Elea."Dengan atasan saja aku setia, apalagi pada kekasih," ujar Alvin mengulas senyum."Ah, air laut memang asin sendiri, Al." Elea terkekeh pelan.****Matahari pagi memeluk kedua insan yang tengah duduk di taman. Kondisi Arley membuat kedekatan mereka semakin
"Apa Anda sudah terlambat datang bulan?" tanya dokter wanita tersebut.Alexa berpikir sejenak, mengingat-ingat kembali apa yang dipertanyakan dokter yang sedang memeriksanya."Memangnya apa hubungannya dengan sakit istriku, dok?" tanya Arley."Harusnya dua Minggu lalu, tapi sampai sekarang belum, dok," ujar Alexa.Sherly tersenyum. "Begini, Tuan. Gejala yang dirasakan istri Anda, hampir mirip dengan wanita yang tengah hamil dan sekarang Nona Alexa pun telat datang bulan."Seketika Arley terdiam, hal itu membuat Alexa bingung, padahal seharusnya sang suami merasa senang jika memang benar dia hamil.Alexa sendiri tidak mengerti, apakah dia harus senang karena bisa mewujudkan keinginan Arley dan mungkin bisa jadi penyemangat untuk suaminya, atau dia bersedih karena di tengah ketidaksiapannya dia malah mengandung benih Arley.Alexa menepis perasaannya, dia yakin suaminya telah berubah, dia juga berjanji tidak akan meminta ce
Hari-hari berlalu, usia kehamilan Alexa saat ini sudah menginjak 8 Minggu. Semakin wanita itu menjalani hari-harinya dengan kehadiran calon bayi tersebut, semakin Alexa merasakan bahagia."Kenapa tidak sejak lama saja, aku menyetujui keinginan Arley agar aku hamil? Aku tidak menyangka akan membahagiakan seperti ini," gumam Alexa.Arley baru saja keluar dari walk in closet, tentu saja dia ikut tersenyum saat menyaksikan istrinya tampak bahagia sembari mengusap perutnya yang masih datar.Alexa menoleh pada Arley yang berdeham. Dia selalu mempraktekkan apa yang diminta sang mommy. Dia harus selalu mengekspresikan kebahagiaannya agar Arley dapat merasakan sisi positif dan ikut mengeluarkan aura positifnya juga.Alexa berharap agar Arley dapat kembali percaya diri seperti semula. Walaupun saat ini Arley tidak bisa berjalan, hal itu sama sekali tidak mengurangi nilai Arley di mata Alexa.Lelaki itu tetaplah orang yang dicintainya."Bab
"Ken aku belum pernah melakukannya," ucap Feira menghentikan aksi lelaki yang sudah menjadi suaminya, saat akan mencumbunya lebih dalam lagi.Baru bibir Ken yang menyentuh lehernya saja, Feira benar-benar merasakan sesuatu yang berbeda, yang belum pernah ia rasakan. Entah bagaimana jika Ken melakukan hal yang lebih dari itu. Mungkin Feira akan terbang dibuatnya."Apa kamu pikir aku sudah pernah melakukan ini sebelumnya?" Ken menaikan satu alisnya.Feira menggeleng. "Bukan itu maksudku."Ken mengusap pipi Feira. Terlihat sekali bahwa wanita itu itu sangat tegang. "Lalu? Kamu belum siap, tidak masalah aku akan menunggu sampai kamu siap.""Kamu yakin akan menunggu sampai aku siap?" tanya Feira kembali. Sebenarnya ada rasa tidak rela jika harus menunggu nanti.Ken mengangguk dengan sangat yakin. "Ya, apa waktu 2 menit lagi cukup? Atau aku mandi sebentar, setelah itu kita—"Feira mencium bibir Ken, membuat lelaki itu menghentikan ucapannya. Tidak begitu lama, Feira melepaskan ciuman terseb
Tiba di hari, di mana Ken dan Feira melangsungkan pernikahan di sebuah gedung. Acara pesta pernikahan itu digelar sangat mewah. Semua sudah rencana Arley, Alexa, Jeremy dan Rihanna.Tentu saja itu rencana para orang tua, mereka sama-sama merasa hanya memiliki satu orang anak. Oleh sebab itu, mereka memutuskan untuk membuat acara yang mewah dan mengundang banyak kolega mereka. Terlepas dari masa lalu mereka, kini masing-masing dari mereka mencoba menjadi orang tua yang baik untuk anak dan menantu mereka.Ken dan Feira yang kini sudah resmi menjadi sepasang suami istri, mereka tampak tidak ragu dan malu memperlihatkan kemesraan mereka di hadapan banyak orang. Gaun pengantin terlihat elegan dikenakan Feira, serasi dengan jas yang dikenakan Ken membuat tampilan lelaki itu semakin gagah. Semua tamu pun tampak lebih fokus kepada Ken dan Feira, sesuai keinginan Ken."Ken, cubit aku sekarang," pinta Feira.Ken menoleh pada Feira dan mengernyit. "Kenapa aku harus mencubitmu? Kita baru saja men
Saat ini Ken hanya bisa memantau hubungan Violet, ia memang khawatir dengan sahabatnya. Namun, ia lebih khawatir lagi jika sampai kembali menaruh hati pada Violet. Selagi Violet mengatakan jika dirinya baik-baik saja, maka Ken tidak akan turun tangan untuk mencampuri hubungan sahabatnya dengan sang tunangan.Hari-hari berlalu, Violet tidak pernah lagi bercerita mengenai Deon. Ken berharap, Deon sudah bisa bersikap lebih baik pada sahabatnya, Violet. Saat ini pun, Ken hanya fokus pada pernikahannya yang sudah tinggal menghitung hari.Malam ini, Ken bersama dengan Feira di kediaman Davis. Ken diundang makan malam oleh Jeremy. Sebenarnya Jeremy juga mengundang Arley dan Alexa, tetapi mereka memiliki kesibukan lain dan terpaksa tidak memenuhi undangan dari Jeremy."Fei, di mana daddy-mu?"Feira mengangkat bahunya. "Katanya keluar sebentar, tetapi aku tidak tahu Pak Tua itu ke mana. Atau mungkin sedang ada tamu ya?""Begitu ya. Kita tunggu saja, kamu belum lapar 'kan?" tanya Ken.Feira ters
"Vio, kamu di sini?" tanya Feira saat melihat yang datang adalah Violet sahabatnya.Violet gugup saat melihat kehadiran Feira di sana, ia pikir Ken hanya sendiri. Ia menatap Ken, berharap lelaki itu mau membantunya mencari jawaban yang tepat agar Feira tidak cemburu. Kedatangan Violet sendiri memang untuk bertemu dengan Ken."Vio, apa kamu ke sini untuk bertemu dengan daddy-mu?" tanya Ken.Violet tersenyum. "Iya, Ken. Aku baru saja dari ruangan Daddy, saat melewati ruanganmu tiba-tiba saja aku ingin masuk dan mengganggumu bekerja, tetapi sepertinya kedatanganku tidak tepat. Kalau begitu aku pulang saja.""Eh, kenapa pulang? Aku sudah selesai, kalau kamu mau bertemu dengan Ken, silakan. Aku mau pulang, Vio," ucap Feira."Ken, aku pulang ya," kata Feira pada Ken."Jangan lupa memberiku kabar setelah sampai ya, Sayang." Ken mengusap kepala sang kekasih.Feira tersenyum pada keduanya, kemudian meninggalkan Ken dan Violet di sana.Ken dan Violet saling mantap setelah kepergian Feira. Ken m
"Aku akan mengatur waktu yang pas untuk memberi tahu Fei mengenai mommy-nya," ucap Jeremy.Arley tampak sangat penasaran. "Memangnya siapa wanita yang kau nikahi?""Kau ingat asistenku Rihanna?" Jeremy menatap Arley."Iya, apa kau mencintainya?" tanya Arley.Jeremy menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak mencintainya, hanya saja saat itu daddy Rihanna sakit keras dan membutuhkan biaya yang cukup besar, dari sanalah kami membuat kesepakatan. Aku akan menikahinya dan memberikan sejumlah uang yang dia butuhkan, dengan syarat setelah dia melahirkan anak dariku … aku akan menceraikannya dan membawa anak kami.""Aku tidak ingin mencintai siapa pun dan aku hanya ingin hidup bersama anakku," ungkap Jeremy."Apa Rihanna menyetujui begitu saja saat Feira kaubawa?" tanya Arley."Apakah sekarang kau sudah menjadi seorang wartawan berita? Banyak sekali pertanyaanmu!"Arley duduk di kursi taman. Saat ini mereka memang sedan
Di kediaman Williams, terdapat banyak tamu. Mansion itu terlihat sedang memiliki acara. Ken pun berpenampilan sangat rapi dengan tuxedo, ia tampak gagah dan tidak diragukan lagi, wajahnya mewarisi ketampanan sang daddy.Ken sendiri sedang menemui beberapa tamu. Sesekali menyapa tamu lain yang baru saja datang. Setelahnya tatapan Ken tertuju pada seorang wanita yang berjalan ke arahnya, tak lain adalah kekasihnya.Feira tampak memperhatikan ruangan mansion tersebut, ia mengedarkan pandangannya pada ruangan yang dihias meriah dan sangat mewah.Kini Feira sudah berdiri di hadapan kekasihnya. Ia masih tidak mengerti dengan apa yang sedang terjadi di sana."Pertunangan Kenric Williams?" Feira membaca di dalam hati, sebuah tulisan yang cukup besar di sana."Ken." Mata Feira sudah berkaca saat tatapannya terpaut dengan Ken.Tidak jauh dari mereka, seorang wanita mengenakan gaun mewah khas sebuah pesta tengah berjalan ke arah mereka. "Ka
Pagi ini, Jeremy mengunjungi suatu tempat yang jarang sekali ia datangi. Bagaimana tidak jarang, hatinya selalu saja merasa sakit dan kembali terpuruk ketika mengunjungi tempat tersebut. Pemakaman Dayana, berada di sanalah ia saat ini."Dua puluh tahun lebih, kita berpisah. Namun, bayanganmu masih saja seolah nyata di hatiku, Day."Jeremy menatap kosong pada makam Dayana. "Mungkin sudah saatnya aku melanjutkan kembali hidupku. Ada putriku yang berusaha keras memperjuangkan cintanya, hanya karena traumaku.""Aku tidak ingin menyesal karena merenggut kebahagiaan putriku. Aku datang ke sini, ingin meminta izin melepaskan perasaan ini. Putriku harus bahagia," ujar Jeremy.Cukup lama Jeremy berada di sana, ia benar-benar ingin memberikan perpisahan terbaik, meskipun Dayana akan terus hidup di hatinya. Ia harus memperhatikan kenyataan di sekitarnya. Sudah seharusnya ia menata hidupnya kembali bersama putrinya."Aku pulang, Dayana. Kamu akan melihat kehidupanku yang baru dan berbahagialah un
"Daddy, sebagai sahabat Tuan Jeremy, tentu Daddy tahu kan mengenai hal apa saja yang disukai Tuan Jeremy," ujar Ken pada sang Daddy."Memangnya, kenapa?" tanya Arley pada Ken yang duduk di seberang meja kerjanya.Sembari mengusap dagunya Ken menjawab, "Aku ingin mencoba dekat dengan daddy-nya Fei. Semoga saja dengan cara itu daddy-nya Fei bisa merubah pendiriannya dan menyetujui hubungan kami."Arley mengangguk. Ya, ia merasa setuju dengan yang diucapkan putranya. Ia sendiri tahu bahwa Jeremy adalah orang yang baik."Saat dulu kami sering menonton, lari adalah olahraga kami dan … Jeremy sangat menyukai pizza. Kamu tahu, dia sanggup menghabisi pizza dalam jumlah yang banyak, bahkan dia tidak pernah bosan jika harus memakannya setiap hari," ungkap Arley. Lelaki itu menyunggingkan senyumnya, mengingat kembali masa-masa saat bersama sahabatnya itu."Daddy pasti sangat merindukan hal-hal yang dulu pernah terjadi di antara kalian.""Tentu, kami sangat dekat. Demi bisa melihat Daddy bahagia,
Saat jam makan siang hampir tiba, Arley mendatangi Jeremy di kantornya. Kedatangannya ke sana tentu saja memiliki maksud, ia ingin kembali membicarakan masalah yang sudah puluhan tahun membuat hubungannya dengan Jeremy merenggang. Arley bukannya tidak pernah meminta maaf, hanya saja selama ini Jeremy selalu saja menghindari Arley.Namun, kini karena masalah tersebut sudah berimbas pada anak-anak mereka. Tentu Arley harus melakukan sesuatu yang bisa membuat hati Jeremy terbuka. Sebagai orang tua, melihat Ken dan Feira seolah kesusahan menembus dinding yang begitu kokoh, hati Arley merasa iba."Selamat siang." Arley membuka pintu ruangan Jeremy.Jeremy menatap ke arah pintu, yang kini memperlihatkan sosok seorang lelaki paruh baya dengan tubuh yang terlihat masih sangat gagah mengenakan setelan jas. "Kau.""Aku ingin bicarakan sesuatu. Untuk itu izinkan aku masuk dan mengatakan hal ini padamu," ujar Arley masih berdiri di ambang pintu."Mas