Sejak sarapan pagi, Arley mengurung Alexa di dalam kamar bersama dirinya. Dia tidak mau Alexa diam-diam pergi dari mansion dan melancarkan aksinya untuk mengurus perceraian mereka.Walaupun di dalam kamar yang sama, mereka tidak saling menyapa satu sama lain. Alexa fokus dengan laptopnya, wanita itu mengecek pekerjaan para staff-nya dari sana. Begitu pun Arley.Sampai Alexa mengeluhkan perutnya yang lapar dan kepalanya yang pusing. Wanita itu menyimpan laptopnya di nakas dan menyandarkan tubuhnya di sandaran sofa."Lapar sekali," ujarnya lirih.Arley mengalihkan pandangannya pada Alexa, cepat-cepat dia meminta Mika membawakan makan siang untuk mereka ke kamar."Bersabarlah sebentar lagi makanan datang," kata Arley.Alexa hanya memutar bola mata malas. "Untuk apa kamu mengurungku di sini? Tidak perlu dikasih makan, biarkan saja aku mati kelaparan. Itu lebih baik, daripada diselingkuhi!"Arley menatap Alexa dengan tatapan
Tatapan Alexa sangat memohon pada Arley. Sungguh, dia belum siap memiliki anak dengan sikap dan sifat Arley yang demikian.Jangan berharap Arley akan menuruti keinginan Alexa, lelaki itu melepas paksa pakaian sang istri dan melemparnya ke sembarang arah. Sekali lagi, dia tidak peduli dengan ekspresi sedih yang ditampilkan Alexa saat ini."Apa aku begitu buruk di matamu, sampai kamu menangis seperti ini, saat aku memintanya?" tanya Arley, "katakan, kamu tidak mencintaiku lagi! Maka aku tidak akan menyentuhmu."Arley menatap dalam-dalam mata Alexa. "Tidak bisa mengatakan? Itu tandanya kamu masih mencintaiku dan aku pun sama.""Aku belum siap!""Aku berjanji akan merubah sifatku setelah kamu hamil!" Tidak lama setelah mengatakan hal itu, Arley segera melanjutkan apa yang menjadi niat utamanya.Alexa hanya bisa menangis dan pasrah saat mengetahui Arley tidak menggunakan pengaman. Sepertinya Arley memang sudah siap akan hal itu."Menangislah sepuasmu karena setelah ini, kamu adalah milikku
"Apa istriku ada di dalam?" tanya Arley pada Jeff yang berjaga di depan ruangan Alexa. Lelaki itu tampak setia berdiri di sana.Jeff sedikit membungkukkan badannya pada Arley. "Iya, Tuan. Nona Alexa di dalam."Arley mengangguk dan segera membuka pintu ruangan Alexa, sebelum benar-benar masuk, dia berkata, "Kau boleh pergi istirahat dan makan siang.""Baik, Tuan."Arley mengunci pintu dan segera mendekat pada Alexa yang masih menatap layar laptopnya."Siang, Baby," sapa Arley."Siang," jawab Alexa dingin.Arley menyimpan makanan yang dia bawa ke meja yang berada di dekat sofa, kemudian kembali berdiri di samping sang istri."Ini sudah waktunya makan siang, kamu harus makan. Aku tidak mau kamu sakit, ingat kamu memiliki penyakit GERD. Jangan biarkan dia kambuh," ucap Arley lembut.Lelaki itu menutup laptop Alexa dan membawa wanita itu untuk duduk di sofa."Aku bisa jalan sendiri," ucap Alexa. Arley pun membiarkan Alexa jalan sendiri menuju sofa."Aku bawakan makanan kesukaanmu dan jus b
Sebuah buku diary berada di atas meja nakas yang berada di samping ranjang. Alexa mengedarkan pandangannya mencari sosok Arley. Namun, sepertinya sang suami tengah mandi."Bukankah, buku ini masih berada di tangan Ef?" ucap Alexa dalam hati.Ya, dia sangat mengingat terakhir kali bertemu dengan Ef, buku tersebut masih berada di lelaki itu.Alexa menjatuhkan bokongnya di ranjang. "Apa mungkin Arley dan Ef sudah bertemu?"Wanita itu tidak ingin mengambil pusing, yang terpenting dia selalu berharap Arley dan Ef bisa menjalani hubungan seperti seharusnya.Alexa meraih buku diary itu dan memerhatikan tanpa membuka buku tersebut. "Buku ini bisa menyatukan dua orang yang sebelumnya saling bermusuhan."Sebuah tangan besar dan kekar melingkar di perut Alexa begitu saja, buat wanita itu menoleh ke samping dan tampak sosok suaminya di sana."Apa yang sedang kamu pikirkan?" tanya Arley."Ah, aku akan mandi." Alexa melepaska
"Jangan lagi ingin berpisah dariku! Aku akan mendukung perusahaan Daddy, asal kamu tetap disampingku," kata Arley."Aku sudah menduganya, kamu tidak akan mau membantu perusahaan Daddy tanpa maksud," kata Alexa."Tidak, aku tulus menjadi investor di perusahaan Daddy, bahkan mendukung penuh jika Daddy menginginkannya. Namun, aku juga tetap menginginkanmu di sisiku, Baby."Alexa memutar bola mata malas, dia mengedarkan pandangannya mencari sosok yang selalu menemani dia setiap hari sesuai permintaan sang suami."Jeff," panggil Alexa.Lelaki bertubuh tinggi dan memiliki kulit sedikit coklat segera berjalan menuju Alexa."Ya, Nona," sahut Jeff."Panaskan mobil! Kita akan berangkat sebentar lagi," kata Alexa.Arley hanya tersenyum melihat Alexa yang selalu saja bertingkah menggemaskan di matanya."Apa kamu mulai nyaman dengan Jeff untuk menjagamu?" tanya Arley."Lebih tepatnya bukan menjagaku, tapi mata-mata untukmu. Ya Tuhan, kenapa semua jadi berbalik padaku? Hari ini akulah yang dimata-ma
Arley ingin sekali melupakan kemarahan pada istrinya, bagaimana tidak. Alexa dan Jeff baru pulang saat pagi hari.Sebisa mungkin Arley tetap menahan amarahnya dan tidak ingin menimbulkan perdebatan pada istrinya."Cepat mandi dan kita sarapan," pinta Arley dengan suaranya yang datar, membuat Alexa seketika menatap Harley dalam-dalam.Detik berikutnya Arley melangkahkan kakinya lebih dulu untuk menuju meja makan."Kenapa dia tidak marah? Harusnya dia marah saat aku pulang pagi seperti ini!"Di ruang makan, Arley memanggil Jeff untuk menanyakan ke mana saja mereka tadi malam hingga pulang pagi.Jeff hanya menunduk saat melihat raut wajah Arley yang sudah memerah dan mata yang menatap tajam ke arahnya."Kemana saja kalian semalam?" tanya Arley."Kami di apartemen—""Apartemen?" Arley bangkit dari duduknya, "sejak semalam hingga pagi kalian di apartemen?"Tiba-tiba saja Jeff menjadi gugup mengetahui reaksi sang majikan demikian."Saya menunggu Nona Alexa di apartemen yang sedang curhat de
Setelah mengetahui kabar arley dari Mika, Alexa bergegas ke rumah sakit untuk melihat keadaan suaminya. Sungguh, dia benar-benar menyesal karena tak mendengarkan lebih dulu apa yang akan disampaikan oleh Jeff sebelumnya.Menangis seorang diri di dalam mobil yang dia kemudikan terasa sangat menyesakan dadanya. Tangannya mencengkeram erat setir, dia marah pada dirinya sendiri."Kamu mengalami kecelakaan pasti karena aku dan dengan tidak tahu dirinya aku tidak peduli denganmu!"Setelah beberapa menit di perjalanan, akhirnya Alexa sampai juga di rumah sakit di mana Arley dirawat di sana. Wanita itu bergegas keluar dari mobil dan segera berlari masuk ke dalam lift yang ada di basement untuk mencari ruangan Arley.Tidak membutuhkan waktu lama, Alexa sudah berada di lantai tempat di mana arley dirawat. Namun, ada pemandangan yang tiba-tiba saja membuat tubuhnya terasa lemas dan dadanya semakin sesak.Dia melihat Alvin mengiring sebuah brankar ya
Alexa mengangguk pelan menahan kekecewaannya saat arley mengatakan dia menyesal telah memiliki istri dan tidak mengingat dirinya."Istriku bukan wanita yang pandai menangis," ucap Arley. Dahi Alexa mengernyit, mungkinkah ada wanita lain yang diingat Arley sebagai istrinya?"Maksudmu?" Alexa berusaha menuruni brankar, tetapi lagi-lagi Arley menahannya."Istriku itu keras kepala, dia mendengarkan ucapanku. Hobinya pergi ke club dan pulang pagi," ujar Arley.Mata Alexa melebar, dia langsung memeluk Arley. "Kamu mengingatku? Jangan menghukumku seperti ini!"Arley berusaha menahan sakit di tubuhnya akibat kecelakaan dan kini Alexa memeluknya begitu erat."Maafkan aku, tolong jangan seperti ini lagi. Kamu benar-benar membuatku khawatir, aku pikir kamu sudah meninggal." Alexa menangis di dada Arley.Arley tidak hilang ingatan, dia hanya ingin melihat reaksi Alexa. Sejak wanita itu masuk ke dalam ruangan dan berbicara padanya, Arley sudah mendengar apa yang dibicarakan Alexa tanpa wanita itu