Sejak semalam Elea tidak bisa tertidur setelah membaca pesan dari sahabatnya—Alexandra Johnson.'Esok malam Alvin akan menikah dengan Jeniffer. Pernikahan akan dilakukan secara sederhana sesuai permintaan Alvin. Aku berharap kamu bisa tegar menghadapinya.''Mengapa begitu cepat? Bukankah dalam waktu satu pekan?' balas Elea pada chat tersebut.'Alvin sendiri yang memintanya. Aku tidak menanyakan apa alasannya.'Hingga cahaya matahari hampir mengisi seluruh ruangan kamarnya, Elea kembali tersadar dengan kenyataan pahit yang sedang dia jalani.Pandangannya tertuju pada langit-langit kamar dengan pikiran yang entah berada di mana. Tatapannya kosong, seolah wanita itu kehilangan gairah hidupnya."Apa yang harus aku lakukan? Aku tahu di sini kamulah yang tersakiti, tetapi dengan keputusanmu yang tiba-tiba, kamu juga melukaiku. Sedalam itu kah luka yang sudah aku gores, sampai kamu tega menikahi wanita lain
Janji suci telah terucapkan, cincin telah tersemat di jari manis kedua insan, serta doa yang tidak terlupakan. Kini Alvin dan Jennifer telah resmi menjadi sepasang suami istri."Alvin, Jennifer, selamat atas pernikahan kalian," ucap Jeff, "saya berharap kamu menjaga Jennifer dengan baik dan tidak menyakitinya.""Selamat atas pernikahan kalian," ujar Arley."Terima kasih," kata Alvin dan Jennifer.Tidak lupa Alexa pun mengucapkan selamat kepada sepasang suami istri tersebut, meskipun hatinya masih sedih karena sahabatnya terluka atas pernikahan Alvin dan Jennifer. Akan tetapi, tidak adil rasanya jika Alexa tidak ikut berbahagia atas pernikahan asisten dari suaminya itu.Saat satu per satu tamu yang berada di gedung mulai mencari jalan pulang karena telah usai acara pernikahan yang digelar di gedung tersebut. Namun, seorang lelaki berjalan ke arah mereka bersama seorang perempuan."Alvin, selamat atas pernikahan kalian. Semoga sela
"Aku bisa jelaskan semuanya, El," kata Devan.Elea pergi setelah mengetahui kejadian di apartemen Claire, Devan terus mengekor pada wanita itu hingga masuk ke dalam apartemennya."Untuk apa kamu mengusir Claire si pemilik apartemen itu dan untuk apa kamu mengaku sebagai temannya?" tanya Elea masih tidak habis pikir dengan Devan. Dia benar-benar merasa sangat dibohongi oleh Devan.Devan terdiam tak bisa berkutik. Rasanya memang tidak ada alasan untuk dia menutupinya lagi, kakinya melangkah lebih mendekat pada Elea. Tanpa kata, Devan semakin menyudutkan wanita di hadapannya ke dinding."Mau apa kamu, Dev?" Elea ketakutan sembari membawa langkahnya mundur."Kamu ingat, dua orang lelaki beberapa waktu yang lalu saat menemuimu di taman kota?" Devan menata Elea seolah wanita itu adalah mangsanya."Ma-maksudmu …."Devan mencengkeram leher Alea dan semakin menyudutkan pada dinding. "Ingat atau tidak? Fans-mu yang kamu buat mendekam di penjara?"Elea terbatuk-batuk akibat Devan mencekik lehern
Dua puluh tujuh tahun kemudian.Kenric Williams bekerja di perusahan Williams Group. Dia tumbuh dewasa sebagai lelaki yang banyak disenangi wanita, dia pun memiliki rasa peduli yang tinggi.Namun, akhir-akhir ini Ken terlihat gila bekerja, tidak jauh berbeda dengan sosok sang daddy. Hanya saja, Ken memilih menyibukkan dirinya karena merasa bersalah telah mencintai sahabatnya sendiri dan dia ingin melupakan perasaan itu, tetapi sayangnya Ken sudah terlanjur menyatakan cinta dan sering kali bersikap posesif pada wanita itu.Entah sebuah keberuntungan atau kesialan, sahabatnya tersebut juga memiliki rasa yang sama dengannya dan mereka pun menjalin hubungan."Suruh saja dia masuk ke ruanganku," kata Ken di sambungan telepon.Roy, sang asisten baru saja memberi kabar bahwa seseorang yang dia kenal datang ke kantor dan ingin bertemu dengannya.Tidak membutuhkan waktu lama, pintu ruangan sudah diketuk, yang dia yakini adalah orang tersebut."Masuk!" perintah Ken.Pintu terbuka dan memperlihat
"Aku … aku belum punya juga, Vio," jawab Feira.Rasanya sulit dipercaya, Ken bisa bersikap pecundang pada kedua wanita itu. Saat Feira jauh darinya, Ken fokus menjaga Violet, wanita itu terlalu banyak mendapatkan gangguan dari lelaki di sekitarnya, sehingga Ken benar-benar menjaga wanita itu."Mereka berdua pasti akan sangat terluka jika mengetahui semuanya … terlebih Feira," ucap Ken dalam hati.******Violet baru saja sampai di Love My Outfit Group, dia pernah ditawarkan untuk bekerja di perusahaan Williams Group, tetapi Violet lebih memilih bekerja di Love My Outfit Group karena rasa senangnya terhadap fashion.Violet adalah anak dari pasangan Alvin dan Jennifer, usianya baru menginjak dua puluh empat tahun. Kedekatan orang tuanya membuat, Violet dan Ken turut dekat."Ingat ya, Ken. Pagi ini aku berangkat denganmu. Itu artinya aku tidak membawa mobil dan jangan lupa untuk menjemputku sore nanti," ujar Violet."Iya Sayang. Semangat kerjanya, sore nanti aku akan menjemputmu. Setelah
Keesokan harinya, Ken mendatangi kantor milik sang mommy, di mana Violet bekerja di sana. Beberapa staff yang satu ruangan dengan Violet segera berhamburan keluar, setelah Ken memintanya.Di ruangan itu, hanya menyisakan Ken dan Violet."Vio … aku ingin menjelaskan semuanya. Aku tahu ini sangat menyakitkan untuk kamu, tapi …."Violet melihat ke arah Ken yang berdiri di samping meja kerjanya. "Kenapa, Ken? Kenapa harus aku yang menjadi orang ketiga itu?"Violet tidak habis pikir, Ken bisa memacari kedua sahabatnya sendiri. Dia sadar, tidak ada seorang pun bisa menahan perasaan, tetapi setidaknya Ken bisa menahan ucapannya agar tidak mengungkapkan cinta padanya dan dia sendiri tidak menaruh harapan yang lebih pada lelaki itu."Aku minta maaf," ucap Ken."Semua sudah terlanjur, Ken. Mari kita akhiri hubungan ini, aku tidak ingin menyakiti Feira. Aku akan menyimpan kisah kita rapat-rapat dan … mungkin saja aku tidak bisa dekat denganmu seperti dulu lagi," tutur Violet.Ada rasa tidak teri
Jennifer melihat keadaan putrinya yang belum juga keluar dari kamar, sedangkan putrinya harus datang ke kantor untuk bekerja seperti biasa di Love My Outfit Group."Vio, sudah jam berapa ini, Nak?" Jeniffer membuka pintu dan masuk ke dalam kamar Violet.Selimut tebal terlihat masih menutup tubuh putrinya, ia segera mendekat pada ranjang."Vio … bangun! Kamu harus ke kantor," kata Jennifer."Ken …." Suara Violet terdengar sangat lirih di telinga Jennifer.Jennifer heran dengan putrinya yang memanggil nama Ken, ia pun segera menyibak selimut dan membangunkan kembali Violet."Vio, ini Mommy," ujar Jennifer."Tega kamu … Ken."Tangan Jennifer menyentuh kening Violet, ia terkejut saat suhu tubuh putrinya sangat panas."Vio … bangun, Sayang." Jennifer menepuk-nepuk pipi Violet agar segera terjaga."Mom?" Violet tampak kebingungan dengan kehadiran sang mommy di sana, tetapi tubuhnya terasa sangat lemas, sehingga ia kembali memejamkan matanya."Mom, kepala Vio pusing. Sepertinya Vio tidak masu
Ken yang sedang menenangkan Violet terkejut dengan kehadiran Feira di sana. Ia segera menjauh dari Violet dan menghampiri sang kekasih yang mematung di ambang pintu."Fei, kamu di sini?""Ken jawab pertanyaanku, sedang apa kalian?" tanya Feira dengan wajah yang datar."Sayang, kami tidak melakukan apa-apa. Aku hanya berusaha menenangkan Vio … dia akan menerima perjodohan yang direncanakan orang tuanya," ujar Ken.Feira menatap ragu pada Ken, yang ia tahu memang Violet sudah mengatakannya saat di Mansion Williams."Apa jawabanmu bisa aku percaya?" tanya Feira."Tentu," jawab Ken sungguh-sungguh.Feira menatap ke arah Violet yang masih duduk di ranjang. Namun, ia memutuskan untuk meninggalkan Violet dan Ken di sana.Melihat Feira, pergi Ken segera menyusul wanita itu. Langkah sang kekasih semakin cepat, Ken pun mempercepat langkahnya dan mencekal pergelangan tangan Feira agar wanita itu berhenti."Fei … jangan salah paham. Aku dan Vio tidak melakukan apa pun," kata Ken."Kenapa kamu har