Kegelapan di rumah Anthony sangat mencekam, anehnya di rumah warga dan lampu penerangan jalan tidak padam. Vanya sangat takut ketika terdengar suara sepatu yang mendekatinya.
Gerakan tiba-tiba dari pemilik sepatu itu membekap mulut Vanya, serta membekuk tangannya ke belakang yang menyebabkan Vanya berteriak.
“Aaaarghhh!!! Lepaskan aku!!!”
Teriakan Vanya bersamaan dengan lampu di rumah Anthony menyala, dia sangat ketakutan ketika melihat Anthony sudah terikat tangannya dengan mulut yang sudah di lapban.
Anthony mengatakan sesuatu, akan tetapi perkataannya tidak bisa di dengar hanya mengeluarkan suara ’Ugh!!Ugh’.
Bangsat!!! Siapa mereka?? Cepat sekali gerakannya sampai aku tidak menyadarinya, batin Anthony.
Gedung terbengkalai itu di perbatasan kota yang sangat sepi sekali, apalagi suasana malam seperti ini, sudah bisa dipastikan tidak ada satu orang pun yang lewat. Penerangan dari lampu mobil yang sengaja dinyalakan agar Purnomo bisa melihat wajah kesakitan Anthony. “Bawa sini tongkatnya!!” pinta Purnomo yang berdiri di depan Anthony bersama 3 anak buahnya, salah satunya mengambil tongkat di dalam mobil yang sudah disiapkan sebelumnya. Pimpinan dari anak buah Purnomo adalah pria yang memakai topi koboi. Wajah Pria bertopi itu sangat misterius, dari awal menangkap Anthony dia tidak menunjukkan wajahnya sama sekali. “Hahaa!!! Senang bisa melihatmu dalam keadaan terikat, ini semua tidak akan terjadi jika kau mau mendengarkanku untuk menjauhi Vanya,” ung
Suara sirene mobil polisi menggema di seluruh gedung yang terbengkalai itu, mereka sangat kaget ketika ada polisi datang ke tempat sangat terpencil di malam hari. “Wahh!!! Bos ada polisi!!! Siapa yang memanggilnya?” seru salah satu anak buah Purnomo. “Aku tidak tahu!!! Sekarang kita pergi dulu dari sini!!!” “Bawa si Bos Besar masuk ke dalam mobil!!!” perintah Jati, dia melihat Purnomo masih tidak bergerak dari tempatnya, sehingga dia tidak ada cara lain selain mengangkat Purnomo yang kesakitan itu. Tiga anak buah Purnomo itu segera mengikuti perintah Jati, sedangkan Jati masih berhadapan dengan Anthony yang masih memasang kuda-kuda. “Kau beruntung kali ini, Tuan Muda!!! Ingatlah di pertemuan berikutnya tidak akan aku biarkan kamu lolos!!
Di tengah rasa panik, takut dan semua kecemasan bercampur aduk, tidak sengaja Vanya menemukan stik golf yang berada di kolong ranjangnya.“Kapan aku menaruh stik golf ini?” gumam Vanya, lalu dia menggelengkan kepalanya kuat-kuat.“Itu tidak penting!! Sekarang aku harus keluar dari sini!!” seru Vanya.Vanya pun berlari menuju pintu, di sisa kekuatan yang dia punya. Vanya mengayunkan dengan kuat stik golf itu memukul pintu.‘Brakk!!! Brakk!!’ Bunyi yang dihasilkan dari pukulan Vanya berulang kali, dia berhasil melubangi pintu tersebut.Vanya memasukkan tangan ke lubang tersebut untuk menggapai kunci yang masih tertancap di tempatnya, dia bersusah payah untuk memutar kunci tersebut hingga peluhnya bercucuran membasahi
Malam panjang penuh tragedi itu sulit untuk dilupakan, meskipun Anthony mencoba merebahkan diri di ranjang favoritnya, dia tidak bisa memejamkan mata barang sebentar. Suara ayam berkokok menandakan pergantian hari sudah dimulai, Antony yang bosan itu segera bangkit dari tidurnya untuk mencari tahu keberadaan Vanya. “Kenapa perasaanku tidak tenang?? Apa mungkin Purnomo tega menyiksa Vanya?” gumam Anthony, dia keluar kamar dan terlihat semua orang tertidur pulas menggelar tikar di lantai. Anthony berjalan perlahan, dia takut jika sampai membangunkan yang lain. Jaket dan helm sudah dia pakai sebelumnya di dalam kamar, tinggal berjalan menuju motor dan keluar. “Bang, mau kemana subuh-subuh begini?” tanya Asep yang sudah saja berdiri sambil menggosok
Anthony berlari ke belakang rumah Purnomo, dia sampai berhati-hati dalam melangkah untuk tidak menimbulkan suara.“Keluarlah kamu, penyusup!! Jangan main petak umpet seperti ini!!” ancam Jati, suaranya terdengar sangat dekat dari tempat Anthony dan Asep bersembunyi.“Bagaimana ini, Bang?” tanya Asep tanpa suara, dia hanya menggerakkan bibirnya agar bisa terbaca oleh Anthony.Anthony hanya meletakkan jari telunjuk di depan bibirnya yang seksi, dia berpikir cepat untuk mencari tempat persembunyian lagi.Di belakang rumah Purnomo itu terdapat gudang yang pintunya tertutup selebihnya hanya halaman kosong untuk menaruh alat pel dan alat kebersihan lainnya.Anthony menunjuk pintu, dia berjalan lebih dulu dan masuk ke dalam yang di ikuti Asep. Suara sepatu bergerak mendekati
Mawar duduk di sebelah Purnomo, dia sudah pulang dari perumahan miliknya, seperti biasa dengan alasan bertemu teman yang Mawar gunakan agar bisa bercumbu dengan Arka.“Mbak Anita kemana, Mas? Rumah sepi amat!!” tanya Mawar sambil merasakan hawa sunyi di atmosfer rumah.“Anita sedang pulang ke rumah orang tuanya, penyakit ayahnya kambuh,” jawab Purnomo yang mencoba menggerakkan tubuhnya menghadap ke Mawar dengan susah payah.Mawar memperhatikan cara bergerak Purnomo seperti ada salah satu tulang yang hilang, sehingga terlihat kaku.“Mas Purnomo kenapa?? Apa habis jatuh? Kapan?? Kok aku tidak dikabari?? Sekarang bagaimana, apanya yang sakit?” tanya Mawar yang lebih perhatian dari sebelumnya. 
Mobil sedan hitam itu terlantar di jalan tembus pinggir hutan, pengemudinya yang tidak lain adalah Vanya. Vanya tidak berani keluar dari mobil di saat hari sudah jauh melewati tengah malam, karena dia kehabisan bahan bakar akhirnya dia terpaksa memutuskan untuk tidur di dalam mobil.“Buka pintunya!!! Vanya!!” teriak Jati yang sudah ada di lokasi.Vanya memalingkan muka, dia mendengar suara ketukkan kaca mobil berulang kali dan akhirnya dia terbangun, tapi masih dalam keadaan mata yang terpejam.“Sepertinya ada orang yang memanggilku,” gumam Vanya.“Vanya!! Cepat keluar!!” teriakan Jati disertai suara ketukkan yang lebih keras dari sebelumnya.Vanya segera terduduk dari posisinya, dia sangat kaget keti
Jalan tembus hutan itu jarang ada orang yang lewat, selain terkenal banyak hewan buas yang menyeberang kalau malam terkenal angker juga.“Lepaskan nona Vanya!!!” teriak Asep menghalangi mobil yang mesinnya berderu.“Minggir!!! Jika tidak aku akan menabrakmu!!” ancam anak buah Jati.Vanya sedang di kursi penumpang dalam keadaan terikat, dia terus berusaha untuk melepaskan ikatannya.Loh!! Kok longgar?? Pasti karena dia terburu-buru mengikatnya!! Bagus ini kesempatanku!! Batin Vanya.Deru mesin mobil terdengar begitu keras, anak buahnya sengaja menambah gas untuk menakuti Asep.“Aku sudah memperingatkanmu!! Sekarang nikmatilah ciuman dengan bamper mobil!! Hahahaa!!” gu