Malam ini Anthony bisa tidur dengan nyenyak, dia tidak berhenti tersenyum di perjalanan pulang. Sean juga tidak berhenti bertanya, akhirnya dia menebak-nebak kejadian yang menimpa Anthony dan dia sangat tepat mengiranya.
Begitu pula dengan Vanya, dia sangat senang bisa melihat Anthony yang mempunyai mata hijaunya. Dia selalu membuat Anita mengernyitkan dahi ketika diajak bicara jawabannya selalu tidak sesuai, karena pikirannya sedang jauh dari raganya.
“Vany, malam ini kita tidur dimana? Apa kita menginap di hotel kayak waktu itu?” tanya Anita.
“Echh!! Ke restoran, Mbak,” jawab Vanya.
“Hah!! Restoran? Kita akan tidur disana?” tanya Anita bingung.
“Ngapain Mbak tidur di restoran?? Kan ada hotel,” timpal Vanya.
“Aduh Ampun deh!! Ni anak kepalanya kejedot kali y
Selamat malam, selamat membaca
Atmosfer malam ini beraneka ragam, dimana perasaan senang, kecewa, marah, ragu dan yang terakhir adalah gairah menyelimuti rumah tangga Purnomo yang memiliki 3 istri itu memiliki hati yang berlawanan rasa. Mawar pulang ke rumah mewahnya, dia sedang dimabuk asmara. Bagaimana tidak kekasihnya itu lebih muda, kuat dan tampan daripada Purnomo. Seorang pria berpenampilan modis berdiri di dalam teras rumah Mawar. Dia tersenyum lebar ketika melihat mobil Mawar masuk ke halamannya. Dengan sigap, pria itu menghampiri Mawar untuk membukakan pintu untuknya. Mawar merasa sangat senang dengan perhatian yang diberikan oleh pacarnya. “Terimakasih Arka. Apa kamu sudah lama menunggu?” tanya Mawar sambil berjalan beriringan dengan Arka. “Aku tidak mau jawab, kenapa kamu tidak memanggilku dengan sebutan ‘Sayang’?” timpal Arka sambil melengos.
Purnomo bangun kesiangan untuk pergi bekerja, akan tetapi dia masih santai saja tidak peduli. Perutnya sangat lapar, di meja makan tidak tersedia makanan sama sekali karena Anita yang biasanya memasak untuknya tidak ada di rumah. “Apa yang ada di kulkas ya?” gumam Purnomo. Purnomo berjalan menuju kulkas yang bahan makanannya habis, isinya hanya ada telur yang membuatnya alergi dan beberapa lembar roti. Dia mengambil roti, lalu dia makan begitu saja tanpa selai. “Bleh!! Makanan apa ini!! Nggak ada rasanya!!” gerutu Purnomo sambil membuang roti ke dalam keranjang sampah. “Anita!!! Pulanglah!! Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?” rengek Purnomo tanpa ada orang yang menanggapi. Anita sendiri makan dengan kenyang di sebuah restoran bersama Vanya, walaupun dia bisa makan tidak dipungkiri jika pikirannya masih meng
Siapa pria itu?? Apakah dia pacarnya? Apa pacarnya tidak tahu bahwa wanita itu sudah bersuami? Batin Anthony. Anthony tenggelam dalam pikirannya, dia tidak sadar ketika Mawar menghampiri dan kini sudah di hadapannya. “Hei!!! Mas!!” panggil Mawar. Anthony melihat ke sumber suara, dia tambah kaget ketika Mawar sedang memanggil di depan matanya. “Iya Mbak, ada apa?” tanya Anthony. Kenapa wanita ini memanggilku?? Apa mungkin dia mengenalku, tapi tidak mungkin, batin Anthony. “Tolong motornya digeser ya!! Aku tidak bisa membuka pintu mobil ni!!” protes Mawar. “Ohh kirain apa!!! Sebentar Mbak!!” timpal Anthony sambil menggeser motor, dia memang belum membetulkan posisinya karena terperangah ketika melihat Mawar bersama pria lain. Mawar segera masuk ke dalam mobil
Suami siri Mawar yaitu Purnomo sedang pusing, hari ini dia tidak bekerja dan hanya diam saja di rumah tanpa ada daya untuk melakukan apa-apa. Purnomo sudah menelepon Mawar berkali-kali, akan tetapi tidak ada jawaban darinya. Di juga menelepon Anita, tapi ponselnya mati. Mau telepon Vanya, nomornya yang baru saja tidak tahu. “Sial!!! Sial!! Padahal istriku 3, kenapa nasibku hari ini mengenaskan sekali!!!” gerutu Purnomo. Purnomo meratapi nasibnya di atas ranjang dengan pintu terbuka, dia tidak sadar dengan kedatangan Anita yang baru saja memasuki rumah. Tuh kan!! Apa kataku?? Mas Purnomo apa bisa menjalani hari tanpaku?? Jadi hari ini dia memilih tidak masuk kerja?? Batin Anita. Anita hanya bisa menggelengkan kepala, dia tidak habis pikir kenapa harus mencari istri lagi jika ada wanita seperti dirinya yang mau bertahan dengan
Vanya sudah puas makan soto, rasa yang diharapkan sesuai dengan lidahnya. Setelah selesai makan malam dia langsung pulang lagi ke hotel. Sudah saja Vanya di dalam mobil, dia mengendarainya dengan pelan untuk kembali menuju hotel dimana tempatnya menginap. “Apa kabar mbak Anita ya?? Kenapa mbak belum menghubungiku?? Ahh!!! Mungkin sedang sibuk,” Vanya menepis pikiran buruk yang hampir bersarang di benaknya. Vanya mengalihkan pikirannya dengan menyalakan radio yang terpasang di mobil, musik bergenre jaz yang pertama kali mengudara. Musik yang sangat disukai Sonya, pikiran Vanya pun kembali mengingat semua kenangan bersama mami papinya. Vanya menghela napas berat, dia sangat membenci kedua orang tuanya. Tapi setelah mendengar cerita dari Neni, dia sedikit merasa sedih. “Haduh!!!! Hentikan Vanya!!! Ingat kamu sudah bukan keluarga Kencana
“Pulang sekarang!!! Atau aku seret kamu dengan kedua tanganku sendiri!!!” ancam Purnomo. “Aku tidak mau, kenapa kamu merebut kebebasanku?” protes Vanya. “Bicarakan saja nanti!!! Aku tunggu sampai 2 jam lagi, jika tidak kau akan tahu akibatnya. Jangan pikir aku tidak tahu hotel yang kau tinggali!!” gertak Purnomo menjadi kata penutup sambungan telepon tersebut. “Bandot Tua keparat!!!” umpat Vanya. Dengan sangat terpaksa Vanya kembali ke rumah itu, hal paling dia bosan adalah ketika berhasil kabur dari rumah itu pasti dia akan kembali lagi. Malam itu dia keluar dari hotel, dia tidak bisa berhenti menggerutu di perjalanan pulang. Sampai akhirnya dia sudah muak dan memutuskan untuk menggugat cerai Purnomo apapun yang terjadi. “Iya!!! Aku harus mengakhiri semua in
Anthony sudah memulai pengenalan ke para penduduk tentang usahanya bank sampah. Di dalam acara kenduri di rumah salah satu warga, dia mencoba mengajak warga untuk mendaur ulang sampah menjadi nilai ekonomi yang tinggi. Kebetulan orang yang mengadakan acara kenduri itu adalah Pak RT, sehingga membuat Anthony berani meminta izinnya. “Pak, sehabis acara apakah saya boleh berbicara sebentar kepada para warga?” tanya Anthony. Terlihat para warga belum datang semua, acara akan dimulai jika semua warga sudah berkumpul bersama.
Matahari sudah meninggi di rumah Anthony banyak warga yang rela mengantre untuk menukar sampah menjadi uang. “Ton, gimana kardus susu seperti ini bisa tidak ditukar dengan uang?” tanya ibu beranak dua. “Bisa, Bu. Tapi semua harus ditimbang ya,” jawab Anthony. “Wahh!!! Benaran bisa!!! Dirumah ada banyak kardus susu seperti ini, sebentar ya aku ambilkan dulu,” ucap ibu tadi. “Iya, Bu,” jawab Anthony. Ibu tadi sangat senang setelah mendengar jawaban dari Anthony, lalu dia pulang. Lanjut warga berikutnya adalah seorang bapak-bapak setengah tua sudah duduk di depan meja Anthony. “Nak Anthony, bapak punya banyak paku berkarat seperti ini bekas pembangunan rumah 20 tahun yang lalu. Apakah bisa paku ini dijadikan uang?” tanya bapak itu sambil meletakan ember diatas meja 1 ember kecil penuh paku.