Anthony sudah memulai pengenalan ke para penduduk tentang usahanya bank sampah. Di dalam acara kenduri di rumah salah satu warga, dia mencoba mengajak warga untuk mendaur ulang sampah menjadi nilai ekonomi yang tinggi.
Kebetulan orang yang mengadakan acara kenduri itu adalah Pak RT, sehingga membuat Anthony berani meminta izinnya.
“Pak, sehabis acara apakah saya boleh berbicara sebentar kepada para warga?” tanya Anthony.
Terlihat para warga belum datang semua, acara akan dimulai jika semua warga sudah berkumpul bersama.
Selamat malam dan selamat membaca kaka.
Matahari sudah meninggi di rumah Anthony banyak warga yang rela mengantre untuk menukar sampah menjadi uang. “Ton, gimana kardus susu seperti ini bisa tidak ditukar dengan uang?” tanya ibu beranak dua. “Bisa, Bu. Tapi semua harus ditimbang ya,” jawab Anthony. “Wahh!!! Benaran bisa!!! Dirumah ada banyak kardus susu seperti ini, sebentar ya aku ambilkan dulu,” ucap ibu tadi. “Iya, Bu,” jawab Anthony. Ibu tadi sangat senang setelah mendengar jawaban dari Anthony, lalu dia pulang. Lanjut warga berikutnya adalah seorang bapak-bapak setengah tua sudah duduk di depan meja Anthony. “Nak Anthony, bapak punya banyak paku berkarat seperti ini bekas pembangunan rumah 20 tahun yang lalu. Apakah bisa paku ini dijadikan uang?” tanya bapak itu sambil meletakan ember diatas meja 1 ember kecil penuh paku.
“Hallo! Ada berita apa?” tanya Purnomo. “Saya baru saja melihat nyonya Mawar keluar dari rumah Anthony, Pak,” jawab anak buah Purnomo. “Bangsat!!!” umpat Purnomo menjauhkan teleponnya dari mulut, dia terlihat sangat marah mendengar berita yang tidak enak baginya itu. “Cari tahu apa hubungan mereka berdua?? Jika ada hal yang menyimpang, segera laporkan kepadaku,” perintah Purnomo. “Baik, Pak,” jawab anak buah Purnomo menutup percakapan mereka. “Si Kacung itu memang Bangsat!! Bisa-bisanya 2 istri mudaku digoda semua!!” keluh Purnomo sambil mengeringkan tangan. Purnomo sedang ada di kantor, dia keluar dari toilet dan berjalan menyusuri lorong untuk kembali ke ruangannya. Purnomo tidak sengaja berpapasan dengan Avan, pejabat juga di pemerintahan yang terkenal dengan tegasnya dal
“Tenanglah Pak!! Mari kita bicarakan baik-baik!!! Sebenarnya ada masalah apa, Pak?” tanya Anthony mencoba meredam emosi para warga. “Bisnis apa ini?? Semua tempat aku lihat kok sampah!!! Bakar saja!!” seru salah satu dari mereka. “Duduklah dulu, Pak. Kita bicarakan dengan kepala dingin,” ajak Anthony lagi. “Tidak!!! Aku tidak mau duduk di tempat banyak kuman seperti ini!!” seru salah satu warga. Suara ribut ini sampai ke telinga Bondan, lalu dia mendatangi Anthony dan para warga yang berjumlah 5 orang yang sedang emosi. “Kenapa, Kak?” tanya Bondan. “Aku tidak tahu!!! Tiba-tiba saja warga datang dengan kondisi seperti ini!!” jawab Anthony tanpa menoleh ke Bondan. “Ayo Bapak-bapak!!! Kita keluarkan sampah ini dan bakar semua!!” seru pimpi
Lain cerita di restoran Purnomo, Vanya sedang suntuk setelah selesai mengerjakan tugasnya. Siang itu dia berniat untuk keluar ruangan melihat keadaan restoran. “Huh!!! Kenapa jam kerjaku terasa lama sekali!!!” gerutu Vanya. Vanya bangkit dari tempat duduknya menuju pintu, dia sudah berjalan keluar dan melihat sibuknya para staff mengantar makanan ke pelanggan. Ramainya pelanggan membuat Vanya cukup senang, karena pendapatan restoran mulai meningkat setelah dia mengelolanya. Vanya berdiri tidak jauh dari Hall restoran, dia kaget ketika seseorang menabraknya dari belakang yang hampir membuatnya terjatuh. “Maaf Mbak, saya tidak sengaja,” ucap seorang wanita dengan suara terdengar menyesal. Vanya menoleh ke belakang, dia menyipitkan mata untuk memperjelas wajah wanita yang menabra
“Kak Sean, siang tadi kak Anthony sangat keren sekali!! Dia bisa mengubah lawan menjadi kawan!!” seru Bondan. Sean baru saja selesai mandi dan sekarang bergabung dengan mereka berdua untuk melakukan makan malam. “Lawan? Kawan?? Apa maksudmu, Ndan?” tanya Sean sambil tersenyum mengambil nasi dan beberapa lauk kesukaan dia, dia sudah tidak sabar untuk menyantap masakan Anthony yang begitu lezat dan pastinya dia sudah sangat kelaparan. “Wahh!! Ceritanya seru Kak, nggak cukup semalam untuk membahasnya,” ungkap Bondan berlebihan. Anthony sendiri hanya geleng-geleng mendengarkan Bonda bercerita, dia sendiri sudah menyendokkan nasi ke mulut. “Apain sih, Ton?? Sampai membuat Bondan seperti itu?” tanya Sean mencari jawaban langsung ke Anthony. Sean sudah mulai makan dengan menajamkan telinga untuk
“Hei!!! Apa yang sedang kamu lakukan?” teriak Jon.Warga yang diketahui bernama Danang itu menjatuhkan ponsel, lalu dia berdiri serta menjawabnya, “Ponsel saya jatuh, Bang.”Jon sudah berdiri di samping Danang, lalu dia berkacak pinggang tidak percaya dengan ucapan Danang. Walau dia melihat dengan matanya sendiri ketika tangan Danang memegang ponsel.“Halah!!! Kamu bohong ya!! Jangan-jangan kamu sedang memasang alat GPS!!” timpal Jon.“Tidak, Bang,” sahut Danang cepat.Para warga lain terlihat takut, mereka gelisah jika Danang ketahuan memasang alat GPS, karena mereka semua pasti akan kena imbasnya juga.Asep yang masih di dalam mobil memperhatikan mereka, dia tertarik dengan pertikaian antara Jon dan Danang sehingga membuatnya turun dari mobil, lalu dia menghampiri dan
Di sebuah kafe mall ternama, Vanya sedang duduk menyendok banana softcake dan beberapa makanan manis lain yang dilengkapi dengan minumannya. “Kamu itu tidak pernah berubah ya, Vanya. Masih saja suka makanan manis, apa gigimu tidak ngilu?” tanya Fully. “Hehe!!! Nggak. Kamu masih ingat saja makanan kesukaanku. Ehh!!! Ngomong-ngomong tumben kamu ngajak ketemuan, Ful,” jawab Vanya. “Iya, sejak menikah aku sudah jarang bertemu dengan teman, apalagi punya baby waktuku habis untuk mengurusinya,” timpal Fully sambil menyedot frapucinonya. “Ehmm!! Tapi nggak papalah demi keluarga kan?” kata Vanya sambil menikmati sepotong banana softcake. Vanya tidak tahu jika Fully sudah tidak tahan untuk bertanya tentang kehidupannya, dia mengajak Vanya bertemu ada maksudnya. Selain untuk menyambung ke
“Sebentar Mas!! Ada telepon dari mama,” Vanya segera menunjukkan layar ponsel ke Purnomo dengan kontak yang bertuliskan ‘Mama’.“Ingat!!! Segera masuk, jangan lama-lama diluar!!!” gertak Purnomo.Vanya mengangguk sambil mengangkat telepon, “Hallo Ma.”Purnomo segera masuk rumah untuk menunggu Vanya. Rumah sangat sepi ketika Mawar pergi bertemu dengan temannya, sedangkan Anita sedang berbelanja kebutuhan satu bulan.Kesempatan itu digunakan Vanya untuk segera kabur dari rumah, urusan Purnomo mengamuk dia pikir belakangan.‘Brummmmm’ suara mesin mobil berderu meninggalkan pekarangan. Belum sampai Purnomo duduk, dia segera berlari mengejar Vanya tapi terlambat. Menyisakan body mobil bagian belakang yang terlihat lalu melaju dengan kecepatan penuh.
“Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya
Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu
“Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la