“Hei!!! Apa yang sedang kamu lakukan?” teriak Jon.
Warga yang diketahui bernama Danang itu menjatuhkan ponsel, lalu dia berdiri serta menjawabnya, “Ponsel saya jatuh, Bang.”
Jon sudah berdiri di samping Danang, lalu dia berkacak pinggang tidak percaya dengan ucapan Danang. Walau dia melihat dengan matanya sendiri ketika tangan Danang memegang ponsel.
“Halah!!! Kamu bohong ya!! Jangan-jangan kamu sedang memasang alat GPS!!” timpal Jon.
“Tidak, Bang,” sahut Danang cepat.
Para warga lain terlihat takut, mereka gelisah jika Danang ketahuan memasang alat GPS, karena mereka semua pasti akan kena imbasnya juga.
Asep yang masih di dalam mobil memperhatikan mereka, dia tertarik dengan pertikaian antara Jon dan Danang sehingga membuatnya turun dari mobil, lalu dia menghampiri dan
Di sebuah kafe mall ternama, Vanya sedang duduk menyendok banana softcake dan beberapa makanan manis lain yang dilengkapi dengan minumannya. “Kamu itu tidak pernah berubah ya, Vanya. Masih saja suka makanan manis, apa gigimu tidak ngilu?” tanya Fully. “Hehe!!! Nggak. Kamu masih ingat saja makanan kesukaanku. Ehh!!! Ngomong-ngomong tumben kamu ngajak ketemuan, Ful,” jawab Vanya. “Iya, sejak menikah aku sudah jarang bertemu dengan teman, apalagi punya baby waktuku habis untuk mengurusinya,” timpal Fully sambil menyedot frapucinonya. “Ehmm!! Tapi nggak papalah demi keluarga kan?” kata Vanya sambil menikmati sepotong banana softcake. Vanya tidak tahu jika Fully sudah tidak tahan untuk bertanya tentang kehidupannya, dia mengajak Vanya bertemu ada maksudnya. Selain untuk menyambung ke
“Sebentar Mas!! Ada telepon dari mama,” Vanya segera menunjukkan layar ponsel ke Purnomo dengan kontak yang bertuliskan ‘Mama’.“Ingat!!! Segera masuk, jangan lama-lama diluar!!!” gertak Purnomo.Vanya mengangguk sambil mengangkat telepon, “Hallo Ma.”Purnomo segera masuk rumah untuk menunggu Vanya. Rumah sangat sepi ketika Mawar pergi bertemu dengan temannya, sedangkan Anita sedang berbelanja kebutuhan satu bulan.Kesempatan itu digunakan Vanya untuk segera kabur dari rumah, urusan Purnomo mengamuk dia pikir belakangan.‘Brummmmm’ suara mesin mobil berderu meninggalkan pekarangan. Belum sampai Purnomo duduk, dia segera berlari mengejar Vanya tapi terlambat. Menyisakan body mobil bagian belakang yang terlihat lalu melaju dengan kecepatan penuh.
Malam itu Anthony melacak mobil jeep hitam yang jika diamati dari layar ponsel posisi mobil jeep tidak jauh dari rumah. “Itu apa, Ton?” tanya Sean. “Ini aku sedang melacak pelaku perusak bisnisku lewat GPS. Eh!! Sean lihat ini, dari tadi siang tidak bergerak sama sekali. Aku heran dimana mereka berada, kenapa aku tidak melihatnya?” tanya Anthony balik. “Wah!!! Iya, mereka di sekitar sini. Mungkin dia sedang memantau pergerakanmu, Ton,” jawab Sean. “Bisa jadi. Kita tes yuk!!! Coba aku pergi dari rumah ya, diikuti apa nggak?” timpal Anthony. “Ayo!!! Kelihatannya seru!!! Aku penasaran rupa pelaku itu!!” sahut Sean. Rumah Anthony tidak ada Bondan maupun Danang karyawan baru Anthony. Aksi malam ini hanya dilakukan oleh Anthony dan Sean. Keseruan terj
Anthony menyusun rencana untuk menangkap pelaku yang dibantu oleh Sean. Dia keluar rumah untuk memancing pengendara jeep hitam itu. “Sean, aku keluar dulu ya!! Jika kamu ingin keluar jangan lupa kunci pintu, lalu taruh kuncinya dibawah keset!!” teriak Anthony sengaja, agar perkataannya di dengar oleh mereka. “Oke siap!!! Pergilah jauh, jangan pulang sebelum subuh!!! Bikin cewekmu sampai basah ya!!!” jawab Sean sambil teriak juga. Haduh Sean!! Ngawur sekali ngomongnya!! Hemmm!! Semoga rencana ini berhasil, batin Anthony. Anthony sudah keluar menggunakan motor yang baru dia beli beberapa hari yang lalu untuk dia buat bisnis persewaan motor. Rumah Anthony di sebelah kirinya ada rumah kosong dengan pagar besi tinggi yang berkarat, belum lagi tanaman rambat yang melilit pagar terlihat lebat dita
Anthony berhasil menangkis pukulan Asep, dan berkata, “Jangan terlalu percaya diri!! Kalian yang akan aku habisi!!!” Kepalan tangan kanan Anthony diarahkan ke ulu hati Asep, Asep sedikit lengah ketika Anthony mengajaknya berbicara. “Heghh!!! Aduh!!” seru Asep sambil memegangi perutnya. Jon mencoba menyerang Anthony, akan tetapi serangan tersebut berhasil dihalau oleh Sean. “Eits!!! Lawan satu-satu dong!! Jangan main keroyok!!” seru Sean. Anthony lebih unggul daripada Asep, memang lumayan sulit untuk mengimbangi preman sekelas Asep. Tapi keberuntungan berpihak kepada Anthony dan Sean. Mereka berempat adu jotos begitu seru, dengan cepat Asep dan Jon berhasil dibekuk serta diseret ke rumah Anthony sebelum menjadi pusat perhatian banyak orang. “Sekarang apa yang akan kita lakukan kepada mereka, Ton?” tanya Sean yang berdiri di hadapan mereka berdua. “Sean, coba cari ponselnya,” jawab A
Malam masih panjang, sepanjang cerita rumah tangga Purnomo dan segala masalah yang di hadapinya. Sepanjang perjuangan Anthony juga untuk sukses dan segera merebut Vanya. Setelah pertemuan Mawar dengan Vanya serta Anita, di perjalanan pulang Arka marah ketika tahu sudah dibohongi Mawar. “Sorry Mawar!! Mulai sekarang kita putus hubungan saja!! Aku nggak sangka telah berpacaran dengan istri orang,” ungkap Arka kecewa. “Apa yang kamu bilang?” Nada tinggi suara Mawar melebihi ungkapan kekecewaan Arka, dia segera menepikan mobil untuk bisa fokus mendengarkan keluhan Arka. “Kita putus!!! Apa kata-kataku kurang jelas??” bentak Arka. “Tidak bisa!! Jangan pikir aku nggak tahu jika kamu memorotiku selama ini. Dan lagi aku tahu kamu bermain wanita di belakangku, jadi tidak usah munafik d
“Selamat pagi semua, apa kabar?? Apa kalian merindukanku?” sapa Bondan yang baru saja tiba di rumah Anthony.Bondan sudah 3 hari tidak menginap di rumah Anthony, dia sudah merasa akrab dan menganggap Anthony serta Sean seperti keluarga.“Biasa saja,” sahut Sean singkat tanpa menoleh, dia sedang asyik sarapan nasi goreng.“Duduk, Ndan. Sarapan gih!!! Aku tadi buat banyak,” ajak Anthony.“Wah!!! Kelihatannya enak, tapi aku sudah kenyang, Kak. Sebelum kesini tadi dibeliin nasi uduk sama ibu, hehe,” jawab Bondan.“Makasih ya, Bang. Aku siap menampung jatah Bondan, kebetulan dari semalam aku belum makan sama sekali,” jawab Danang yang baru saja sampai.Danang hidup kekurangan, dia hanya bersama nenek da
Mawar sudah turun dari mobil, dia berjalan menuju rumah Purnomo yang menunjukkan pukul 23.00 melebihi waktu yang ditentukan Purnomo. Akan tetapi Mawar tenang, atau berpura-pura tenang untuk menghadapi suaminya. “Mas, aku pulang!!” ucap Mawar. Mawar melihat ruang tamu seperti kapal pecah, dia hanya melihatnya lalu berlalu meninggalkan Purnomo. Wajah Purnomo merah padam menahan amarah, tapi orang yang bikin dia marah tidak merasa bersalah. “Mawar!!!” panggil Purnomo dengan suara dalam. “Iya, Mas,” jawab Mawar santai. Purnomo memegang tekuk Mawar, lalu dia menarik lehernya untuk menunjukan foto Mawar bersama selingkuhannya di ponsel Purnomo yang retak. “Aauwww!!! Sakit tahu, Mas!!! Lepaskan!!” protes Maw
“Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya
Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu
“Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la