Mawar sudah turun dari mobil, dia berjalan menuju rumah Purnomo yang menunjukkan pukul 23.00 melebihi waktu yang ditentukan Purnomo. Akan tetapi Mawar tenang, atau berpura-pura tenang untuk menghadapi suaminya.
“Mas, aku pulang!!” ucap Mawar.
Mawar melihat ruang tamu seperti kapal pecah, dia hanya melihatnya lalu berlalu meninggalkan Purnomo.
Wajah Purnomo merah padam menahan amarah, tapi orang yang bikin dia marah tidak merasa bersalah.
“Mawar!!!” panggil Purnomo dengan suara dalam.
“Iya, Mas,” jawab Mawar santai.
Purnomo memegang tekuk Mawar, lalu dia menarik lehernya untuk menunjukan foto Mawar bersama selingkuhannya di ponsel Purnomo yang retak.
“Aauwww!!! Sakit tahu, Mas!!! Lepaskan!!” protes Maw
Selamat malam kakak, selamat membaca.
Malam itu Anthony mendapatkan ide cemerlang, dia berjalan ke gudang untuk menemui Jon dan Asep.Pinti gudang terbuka, sebuah sepatu melesat begitu cepat hampir mengenai Anthony. Asep melemparkan sepatu dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya terikat rantai besi yang sangat kuat tertancap di lantai jauh dari jangkauannya, begitu pula dengan Jon.Anthony sengaja hanya mengikat tangan dan kaki kiri mereka, agar mereka bisa makan. Jika pun ada keadaan darurat seperti ingin buang air kecil, Anthony sudah menyiapkan botol untuk mereka.“Kau mau mencoba membunuhku dengan sepatu itu?” bentak Anthony.Jon ketakutan sampai menundukkan kepala, tidak dengan Asep. Dia tampak memalingkan muka berpura-pura tidak mendengar perkataan Anthony.“Sebelum bisa membunuhku!! Aku pastikan kalian terbunuh lebih dulu!!! Tinggal pilih, mau mati di tanganku atau di tangan Purnomo?” tant
Purnomo sedang berada di tempat kerjanya, dia sedang berbincang dengan rekan yang sama-sama pejabat yaitu Cahyo. “Pak Pur, jangan lupa dukungannya nanti di proyek pemilihan pemasok beras beri suara untuk bisnis adikku,” kata peringat dari Cahyo sambil mendorong amplop coklat penuh dengan uang. Purnomo melirik amplop tersebut, lalu dia menariknya perlahan serta melihat sekilas isi di dalamnya. Kemudian dia meletakkan ke dalam laci. “Beres pak Cahyo, pendukungku kan banyak jadi mereka semua akan aku suruh pilih bisnis adikmu,” terang Purnomo sambil tersenyum. “Baiklah, aku segera kembali ke ruangan kerjaku. Sampai bertemu lagi di pesta perayaannya ya, Pak,” ucap Cahyo sambil berdiri dari kursinya, lalu dia berjalan keluar. “Siap Pak, saya sangat menantik
[Pulang kerja ketemuan yuks!!] [Boleh, kemana?] [Kemana saja, asalkan berdua denganmu!!] Vanya tidak berhenti tersenyum dengan mata tidak beralih dari layar ponsel, karena dia sedang berkirim pesan dengan Anthony. “Hah!!! Aku jadi deg-degan bertemu dengannya. Sejak kapan perasaanku tidak karuan begini ya?” gumam Vanya yang bersandar di kursi direktur sambil mengingat-ingat kenangan bersama Anthony. Sejak bertemu lagi dengan Anthony di mall, Vanya jadi rajin bertukar pesan. Sekedar menanyakan keberadaan, ataupun mengucapkan selamat malam kadang juga curhat masalah kelakuan Mawar. Sehingga hubungan mereka semakin dekat satu sama lain. Sekarang pukul 14.30, sedangkan Vanya keluar dari restoran pukul 16.00 masih ada waktu satu jam setengah untuk bertemu, ta
Vanya segera mengambil helm yang disodorkan Anthony, lalu dia memakainya sambil naik ke jok belakang. Jarak yang begitu dekat itu membuat Vanya mencium bau parfum segar dan maskulin milik Anthony. Enak sekali parfum, Anthony. Batin Vanya tanpa sadar dia tersenyum. Anthony sendiri jantungnya berdebar hebat, dia tidak menyangka bisa duduk satu motor dengan Vanya. Tinggal beberapa jengkal saja mungkin mereka bisa bersentuhan. Jantungku berdebar kencang sekali!!! Semoga Vanya tidak mendengarnya, batin Anthony. Anthony sudah melaju dengan motornya selama 20 menit, dia berhenti ketika melihat rambu lampu merah menyala. Vanya masih tersenyum, dia melihat punggung Anthony yang terlihat bidang ingin rasanya menyandarkan diri. Tapi dia tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya. “Kamu mau kemana? Mau makan kue nggak?” tanya Anthony setengah teriak, dia mengimbangi suara deru kendaraan di sekitarnya.
Bunga-bunga cinta terjadi diantara Vanya dan Anthony, Anthony mencoba mencairkan suasana yang sangat canggung setelah mereka berciuman tadi.“Vanya, kamu suka nonton film tidak?” tanya Anthony.Vanya tidak sengaja melihat bibir Anthony ketika dia mengajaknya berbicara, pikirannya gagal fokus yang menyebabkan dia berpikir yang bukan-bukan.Ya ampun!!! Apa bibir seksi itu yang menciumku!!!Tidak.. tidak!! Hentikan Vanya!!! Kamu harus bisa mengendalikan diri, batin Vanya. Tanpa sadar dia menggeleng-gelengkan kepala berharap pikiran jorok itu pergi dari benaknya.“Ohh!! Maaf aku nggak tahu kalau kamu nggak suka nonton film,” timpal Anthony yang salah paham, dia tidak tahu jika bukan itu maksud Vanya.“Ehh nggak, bukan itu m
“Bangsat!!! Kenapa si Kacung itu tidak pernah kapok!!” umpat Purnomo yang sudah berada di dalam mobil. Purnomo terus mengumpat Anthony yang selalu saja mengganggu rumah tangganya, dia semakin marah ketika dirinya selalu saja kalah melawan Anthony. Kemudi mobil itu menjadi sasaran kemarahan Purnomo. Dia sedang perjalanan menuju mall tempat Vanya dan Anthony bermesraan, gara-gara aduan Mawar Purnomo pun rela meminta izin pulang terlebih dahulu di tengah rapat yang berlangsung. “Aku harus membawa bala bantuan, agar bisa mengalahkan Anthony,” gumam Purnomo. Sedangkan di Mall, Mawar sangat tidak sabar menantikan pertunjukkan mahal sekelas opera. Bagi Mawar melihat saingannya kalah adalah hal yang sangat sayang dilewatkan. “Mesra-mesraan
“Hahaa!!! Mampus kalian!!” seru Mawar sambil berjalan di balik punggung Purnomo.Sedangkan para lelaki berbaju hitam itu sudah mengeroyok Anthony, mereka semua sedang mengelilingi Anthony agar tidak bisa kabur.“Tangkap laki-laki itu!!” teriak Purnomo“Hentikan!!!” teriak Vanya.Para pengunjung mall terlihat tidak berani mendekat, mereka memilih untuk menghindari dan tidak ikut campur masalah Purnomo.Teriakan Vanya tidak dihiraukan oleh anak buah Purnomo, mereka sudah menyerang Anthony secara bersamaan.Anthony menangkis setiap pukulan salah satu dari mereka, dia berhasil menjatuhkan anak buah Purnomo satu persatu dengan cara meninju dan memukulinya hampir setengah anak buah Purnomo suda
Di rumah Anthony semua temanya lagi pada berkumpul. Kebetulan semuanya lagi ada waktu kosong yang sama, jika sudah seperti itu rumah Anthony pasti akan dijadikan basecamp. Sean dan Danang duduk melongo di ruang tamu, mereka berdua baru pertama kali berjumpa langsung dengan Vanya. Menurut mereka berdua, Vanya sangat cantik sekali seperti aktris bintang film di TV. “Sudah!!! Jangan dipandangi terus, Bu Vanya sudah ada pemiliknya!” seru Bondan, dia geleng-geleng melihat kelakuan Sean dan Danang. ‘Ehmm’ Sean berdeham, dia menutupi rasa kampungannya yang tidak terkendali. “Siapa yang memandang Vanya?? Aku cuma itu, Ehmm lihat motor di luar!! Ya memastikan saja masih ada apa tidak gitu,” kelit Sean sambil tertawa garing. Vanya memang duduk mem
“Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya
Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu
“Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la