“Selamat pagi semua, apa kabar?? Apa kalian merindukanku?” sapa Bondan yang baru saja tiba di rumah Anthony.
Bondan sudah 3 hari tidak menginap di rumah Anthony, dia sudah merasa akrab dan menganggap Anthony serta Sean seperti keluarga.
“Biasa saja,” sahut Sean singkat tanpa menoleh, dia sedang asyik sarapan nasi goreng.
“Duduk, Ndan. Sarapan gih!!! Aku tadi buat banyak,” ajak Anthony.
“Wah!!! Kelihatannya enak, tapi aku sudah kenyang, Kak. Sebelum kesini tadi dibeliin nasi uduk sama ibu, hehe,” jawab Bondan.
“Makasih ya, Bang. Aku siap menampung jatah Bondan, kebetulan dari semalam aku belum makan sama sekali,” jawab Danang yang baru saja sampai.
Danang hidup kekurangan, dia hanya bersama nenek da
Mawar sudah turun dari mobil, dia berjalan menuju rumah Purnomo yang menunjukkan pukul 23.00 melebihi waktu yang ditentukan Purnomo. Akan tetapi Mawar tenang, atau berpura-pura tenang untuk menghadapi suaminya. “Mas, aku pulang!!” ucap Mawar. Mawar melihat ruang tamu seperti kapal pecah, dia hanya melihatnya lalu berlalu meninggalkan Purnomo. Wajah Purnomo merah padam menahan amarah, tapi orang yang bikin dia marah tidak merasa bersalah. “Mawar!!!” panggil Purnomo dengan suara dalam. “Iya, Mas,” jawab Mawar santai. Purnomo memegang tekuk Mawar, lalu dia menarik lehernya untuk menunjukan foto Mawar bersama selingkuhannya di ponsel Purnomo yang retak. “Aauwww!!! Sakit tahu, Mas!!! Lepaskan!!” protes Maw
Malam itu Anthony mendapatkan ide cemerlang, dia berjalan ke gudang untuk menemui Jon dan Asep.Pinti gudang terbuka, sebuah sepatu melesat begitu cepat hampir mengenai Anthony. Asep melemparkan sepatu dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kirinya terikat rantai besi yang sangat kuat tertancap di lantai jauh dari jangkauannya, begitu pula dengan Jon.Anthony sengaja hanya mengikat tangan dan kaki kiri mereka, agar mereka bisa makan. Jika pun ada keadaan darurat seperti ingin buang air kecil, Anthony sudah menyiapkan botol untuk mereka.“Kau mau mencoba membunuhku dengan sepatu itu?” bentak Anthony.Jon ketakutan sampai menundukkan kepala, tidak dengan Asep. Dia tampak memalingkan muka berpura-pura tidak mendengar perkataan Anthony.“Sebelum bisa membunuhku!! Aku pastikan kalian terbunuh lebih dulu!!! Tinggal pilih, mau mati di tanganku atau di tangan Purnomo?” tant
Purnomo sedang berada di tempat kerjanya, dia sedang berbincang dengan rekan yang sama-sama pejabat yaitu Cahyo. “Pak Pur, jangan lupa dukungannya nanti di proyek pemilihan pemasok beras beri suara untuk bisnis adikku,” kata peringat dari Cahyo sambil mendorong amplop coklat penuh dengan uang. Purnomo melirik amplop tersebut, lalu dia menariknya perlahan serta melihat sekilas isi di dalamnya. Kemudian dia meletakkan ke dalam laci. “Beres pak Cahyo, pendukungku kan banyak jadi mereka semua akan aku suruh pilih bisnis adikmu,” terang Purnomo sambil tersenyum. “Baiklah, aku segera kembali ke ruangan kerjaku. Sampai bertemu lagi di pesta perayaannya ya, Pak,” ucap Cahyo sambil berdiri dari kursinya, lalu dia berjalan keluar. “Siap Pak, saya sangat menantik
[Pulang kerja ketemuan yuks!!] [Boleh, kemana?] [Kemana saja, asalkan berdua denganmu!!] Vanya tidak berhenti tersenyum dengan mata tidak beralih dari layar ponsel, karena dia sedang berkirim pesan dengan Anthony. “Hah!!! Aku jadi deg-degan bertemu dengannya. Sejak kapan perasaanku tidak karuan begini ya?” gumam Vanya yang bersandar di kursi direktur sambil mengingat-ingat kenangan bersama Anthony. Sejak bertemu lagi dengan Anthony di mall, Vanya jadi rajin bertukar pesan. Sekedar menanyakan keberadaan, ataupun mengucapkan selamat malam kadang juga curhat masalah kelakuan Mawar. Sehingga hubungan mereka semakin dekat satu sama lain. Sekarang pukul 14.30, sedangkan Vanya keluar dari restoran pukul 16.00 masih ada waktu satu jam setengah untuk bertemu, ta
Vanya segera mengambil helm yang disodorkan Anthony, lalu dia memakainya sambil naik ke jok belakang. Jarak yang begitu dekat itu membuat Vanya mencium bau parfum segar dan maskulin milik Anthony. Enak sekali parfum, Anthony. Batin Vanya tanpa sadar dia tersenyum. Anthony sendiri jantungnya berdebar hebat, dia tidak menyangka bisa duduk satu motor dengan Vanya. Tinggal beberapa jengkal saja mungkin mereka bisa bersentuhan. Jantungku berdebar kencang sekali!!! Semoga Vanya tidak mendengarnya, batin Anthony. Anthony sudah melaju dengan motornya selama 20 menit, dia berhenti ketika melihat rambu lampu merah menyala. Vanya masih tersenyum, dia melihat punggung Anthony yang terlihat bidang ingin rasanya menyandarkan diri. Tapi dia tidak mempunyai keberanian untuk melakukannya. “Kamu mau kemana? Mau makan kue nggak?” tanya Anthony setengah teriak, dia mengimbangi suara deru kendaraan di sekitarnya.
Bunga-bunga cinta terjadi diantara Vanya dan Anthony, Anthony mencoba mencairkan suasana yang sangat canggung setelah mereka berciuman tadi.“Vanya, kamu suka nonton film tidak?” tanya Anthony.Vanya tidak sengaja melihat bibir Anthony ketika dia mengajaknya berbicara, pikirannya gagal fokus yang menyebabkan dia berpikir yang bukan-bukan.Ya ampun!!! Apa bibir seksi itu yang menciumku!!!Tidak.. tidak!! Hentikan Vanya!!! Kamu harus bisa mengendalikan diri, batin Vanya. Tanpa sadar dia menggeleng-gelengkan kepala berharap pikiran jorok itu pergi dari benaknya.“Ohh!! Maaf aku nggak tahu kalau kamu nggak suka nonton film,” timpal Anthony yang salah paham, dia tidak tahu jika bukan itu maksud Vanya.“Ehh nggak, bukan itu m
“Bangsat!!! Kenapa si Kacung itu tidak pernah kapok!!” umpat Purnomo yang sudah berada di dalam mobil. Purnomo terus mengumpat Anthony yang selalu saja mengganggu rumah tangganya, dia semakin marah ketika dirinya selalu saja kalah melawan Anthony. Kemudi mobil itu menjadi sasaran kemarahan Purnomo. Dia sedang perjalanan menuju mall tempat Vanya dan Anthony bermesraan, gara-gara aduan Mawar Purnomo pun rela meminta izin pulang terlebih dahulu di tengah rapat yang berlangsung. “Aku harus membawa bala bantuan, agar bisa mengalahkan Anthony,” gumam Purnomo. Sedangkan di Mall, Mawar sangat tidak sabar menantikan pertunjukkan mahal sekelas opera. Bagi Mawar melihat saingannya kalah adalah hal yang sangat sayang dilewatkan. “Mesra-mesraan
“Hahaa!!! Mampus kalian!!” seru Mawar sambil berjalan di balik punggung Purnomo.Sedangkan para lelaki berbaju hitam itu sudah mengeroyok Anthony, mereka semua sedang mengelilingi Anthony agar tidak bisa kabur.“Tangkap laki-laki itu!!” teriak Purnomo“Hentikan!!!” teriak Vanya.Para pengunjung mall terlihat tidak berani mendekat, mereka memilih untuk menghindari dan tidak ikut campur masalah Purnomo.Teriakan Vanya tidak dihiraukan oleh anak buah Purnomo, mereka sudah menyerang Anthony secara bersamaan.Anthony menangkis setiap pukulan salah satu dari mereka, dia berhasil menjatuhkan anak buah Purnomo satu persatu dengan cara meninju dan memukulinya hampir setengah anak buah Purnomo suda