Rumah Yasmini memiliki pekarangan yang cukup luas, bagian belakangnya dia tanami pohon pisang dan berbagai sayuran untuk dimakan setiap harinya. Di samping rumah, dia buat kandang untuk memelihara ayam dan telurnya dia pakai untuk konsumsi sendiri.
Di usia rentanya, Yasmini sempat takut jika tidak ada keluarga yang tinggal bersama dan merawatnya, tapi rasa itu sirna saat Anthony memutuskan untuk tinggal bersamanya.
“Ton, nenek sangat senang dengan kedatanganmu. Kalau seperti ini nenek kan bisa pergi dengan tenang,” ungkap Yasmini.
Anthony masih belum mengerti perkataan neneknya, karena pikiran dia terfokus oleh ponsel yang ada di tangannya. Anthony hanya menimpali perkataan Yasmini dengan jawaban pada umumnya.
“Anthony juga senang, Nek. Makasih Nek, sudah mau menampungku,” kata Anthony tersenyum, dia makan dengan terburu-buru karena
Selamat malam kakak, selamat membaca
Vanya berada di ruang manager, dia sangat senang melihat kerja Anthony yang rapi. Catatan peserta seleksi karyawan ditulis secara mendetail, sehingga memudahkan Vanya untuk memilih karyawan baru. “Busyeeett!!! Tulisan tangan Tony rapi sekali, aku saja kalah bagus dengannya,” puji Vanya. “Dia berbakat sekali!! Apa ijazah terakhirnya ya?? Apa dia lulusan mahasiswa?” gumam Vanya penasaran. Vanya tersenyum sendiri membayangkan wajah Anthony, debaran hati Vanya pun kembali muncul. “Astaga Vanya!!! Sudah berhenti memikirkan Anthony!!! Ingat posisimu sebagai suami orang!!” umpat Vanya kepada dirinya sendiri. “Hufstt!!! Suami orang ya!! Kenapa aku jadi kesal mendengarkannya??” gumam Vanya sambil menghela napas. Dia tidak tahu bahwa Anthony tidak keberatan sama sekali dengan statusnya, Vanya pun mengalihkan pikirannya dengan m
Suasana hati Vanya sangat bagus, dia pulang ke rumah sambil mendendangkan sebuah lagu favoritnya. Dia senang hari ini bisa tertawa dengan Anthony. Ketika dia masuk rumah, kebahagiaan Vanya raib begitu saja. Karena dia melihat Purnomo duduk di ruang tamu sedang membaca buku. Hah!!! Kapan Purnomo sampai? Batin Vanya, rasa takut sudah mulai merayapi kakinya. “A...ku pulang!!” sapa Vanya tergagap. Purnomo menurunkan buku yang dia baca, lalu memandang Vanya sekilas dan kemudian dia kembali melakukan aktivitasnya. Vanya memiringkan kepala, setelah itu dia berjalan melewati Purnomo. Sedangkan Anita sedang sibuk menyiapkan makan malam, sehingga tidak mendengar kehadiran Vanya. Vanya masuk kamar, dia masih terpaku dengan sikap Purnomo yang tidak menganggapnya ada. “Kenapa Purnomo?” Vanya men
Vanya memikirkan rasa takutnya semakin dalam, tubuhnya belum kembali fit 100% saat dia jatuh sakit 2 hari yang lalu. Tapi sekarang Vanya mengalami tekanan batin yang membuat daya tahan tubuhnya pun melemah. “Mbak, Mas aku ke kamar dulu!!” pamit Vanya, kepalanya semakin berat. Dia mencoba menggerakkan kakinya yang berat, tapi apa daya penglihatan Vanya kabur dan tiba-tiba saja menjadi gelap. Vanya pingsan tidak sadarkan diri. “Astaga Vanya, kamu kenapa?? Mas cepat pindahkan dia ke kamar!!” seru Anita panik, sambil menahan tubuh Vanya agar tidak jatuh ke lantai. Untungnya Anita duduk di sebelah Vanya, jadi dia bisa menangkap tubuh Vanya waktu pingsan tadi. Purnomo segera mendorong kursinya ke belakang, kemudian dia menghampiri Vanya. Tubuh Purnomo yang tambun dan lebih pendek dari Vanya itu membuat dia kesulitan untuk menge
Hari ini Anthony libur, dia membuat kandang ayam dari bambu. Anthony berencana untuk menernak ayam kampung, dia mulai merintih sebuah bisnis keci-kecilan. Yasmini duduk di sebelahnya, dia mengarahkan Anthony membuat kandang. Dulu suami Yasmini suka membuat kandang sendiri, dia sering melihatnya, jadi tahu langkah-langkahnya. “Lihat kamu membuat kandang, nenek jadi ingat kakekmu, Ton,” ungkap Yasmini. “Nenek merindukannya? Kapan terakhir kali mengunjungi makamnya, Nek?? Sejak datang kesini aku belum sempat mengunjungi makam kakek,” timpal Anthony. Anthony juga merindukan kakeknya, dia ingat waktu kecil pernah diajak ke sawah untuk mencari jamur merang. Jamur merang itu dari tumbuhan padi yang menumpuk lalu membusuk dan tumbuhlah jamur yang aman dikonsumsi. Jamur ini sangat enak dan gurih rasanya, cara masaknya bisa digoreng, dipepes bungkus
Tiga puluh menit tepat Narwan datang, satu menit yang lalu Junet dan Dodit sudah pergi meninggalkan ruang manager. Purnomo sedang berpikir rencana bagus apa yang akan dijalankannya. Narwan mengetok pintu ruang manager, Purnomo melihat jam yang tergantung di dinding tepat 30 menit saat dia selesai berbicara dengan Junet. “Narwan!! Masuk!!” teriak Purnomo dari dalam ruangan. Narwan membuka pintu, dia berjalan mendekati Purnomo sambil menundukkan kepala, lalu dia berkata, “Maaf atas kesalahan saya, Pak.” “Sudahlah! Duduk!! Aku tidak mengira besok yang kamu maksud bukan hari ini. Kesalahanku juga tidak menghubungimu sebelumnya,” jelas Purnomo. “Baik Pak,” sahut Narwan. Untunglah Pak Purnomo mau memaafkanku. Tapi kenapa ya? Biasanya dia lama redanya jika sudah marah, batin Narwan.
“Ton, nenek capek sekali. Nenek mau berbaring di kamar dulu,” kata Yasmini. “Iya Nek,” sahut Anthony. Mereka selesai dari mengunjungi makam suami Yasmini. Yasmini menangis cukup lama, dia tidak seperti biasa dengan kepribadiannya yang tenang. Anthony sedikit merasa aneh dengan sifat yang ditunjukkan neneknya. Anthony meneruskan pekerjaannya membuat kandang, dia keluar rumah dan melihat jalan seberang cukup lama . “Mobil mewah di seberang jalan tadi siapa ya? Rasanya aku seperti sedang diawasi,” gumam Anthony. “Ahhh!!! Mungkin hanya perasaanku saja!!” Anthony menepis pikiran buruk yang sempat mengganggunya, lalu dia kembali tenggelam dengan pekerjaannya. Matahari sudah semakin tinggi, akhirnya Anthony selesai juga membuat kandang. Dia segera masuk rumah untuk mengambil segela
Di sebuah kamar hotel bintang lima, Purnomo sedang menunggu Mawar yang keluar dari kamar mandi. 10 menit sudah Purnomo menunggu, akhirnya mawar keluar juga dengan mengenakan handuk kimono. “Kemarilah Mawarku!! Aku sudah tidak sabar mencium harum tubuhmu!!!” ungkap Purnomo. Mawar masih malu duduk di tepian ranjang menundukkan kepala, lalu Purnomo menghampirinya. Kemudian dia mengangkat dagu Mawar untuk membuat sejajar dengan matanya. “Kamu manis sekali!! Kulit sawo matang yang kau miliki membuatmu terlihat eksotis,” bual Purnomo. Purnomo mencium bibir Mawar, dia melepas tali kimono yang dikenakan Mawar. Sontak dia menarik handuk itu dan melemparkan handuk ke lantai. Purnomo melepas pakaiannya sendiri dengan terburu-buru, lalu dia membaringkan tubuh Mawar dan dia menikmati aset Mawar yang masih kencang dengan cara mendaratkan ciuman brutalnya. Penyatuan itu dia laku
Mawar tidak pulang semalam, dia memilih untuk tidur di hotel setelah melayani Purnomo. Pagi ini dia ingin seperti orang kaya, sarapan enak di hotel mewah. Setelah dia selesai mandi, dia segera turun ke restoran. “Wahh!!! Semua makanan ini terlihat enak!!” seru Mawar. Mawar sedang berdiri di depan menu prasmanan yang tersedia di hotel. Berbagai hidangan tersaji diatasnya seperti, daging steak, roti croisant, spageti, kepiting lada hitam dan masih banyak lagi. Mawar mengambil 3 steak daging, 2 gelas jus jeruk dan tidak lupa nasi. Dia sangat tidak sabar untuk merasakan makanan tersebut. “Bagaimana cara makannya? Susah sekali daging ini dipotong!!” gumam Mawar. Bodohnya, Mawar tidak mengambil pisau peralatan makan untuk menu daging. Dia hanya mengambil sendok dan garpu. Karena daging sapi yang begitu tebal serta alot memerlukan pisau untuk memotongnya, akhirnya dia memilih untuk menggigitnya saja. Para tamu hotel melihat
“Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya
Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu
“Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la