“Ton, nenek capek sekali. Nenek mau berbaring di kamar dulu,” kata Yasmini.
“Iya Nek,” sahut Anthony.
Mereka selesai dari mengunjungi makam suami Yasmini. Yasmini menangis cukup lama, dia tidak seperti biasa dengan kepribadiannya yang tenang. Anthony sedikit merasa aneh dengan sifat yang ditunjukkan neneknya.
Anthony meneruskan pekerjaannya membuat kandang, dia keluar rumah dan melihat jalan seberang cukup lama .
“Mobil mewah di seberang jalan tadi siapa ya? Rasanya aku seperti sedang diawasi,” gumam Anthony.
“Ahhh!!! Mungkin hanya perasaanku saja!!”
Anthony menepis pikiran buruk yang sempat mengganggunya, lalu dia kembali tenggelam dengan pekerjaannya.
Matahari sudah semakin tinggi, akhirnya Anthony selesai juga membuat kandang. Dia segera masuk rumah untuk mengambil segela
Selamat malam, semoga kalian suka dan terus setia dengan Anthony ya
Di sebuah kamar hotel bintang lima, Purnomo sedang menunggu Mawar yang keluar dari kamar mandi. 10 menit sudah Purnomo menunggu, akhirnya mawar keluar juga dengan mengenakan handuk kimono. “Kemarilah Mawarku!! Aku sudah tidak sabar mencium harum tubuhmu!!!” ungkap Purnomo. Mawar masih malu duduk di tepian ranjang menundukkan kepala, lalu Purnomo menghampirinya. Kemudian dia mengangkat dagu Mawar untuk membuat sejajar dengan matanya. “Kamu manis sekali!! Kulit sawo matang yang kau miliki membuatmu terlihat eksotis,” bual Purnomo. Purnomo mencium bibir Mawar, dia melepas tali kimono yang dikenakan Mawar. Sontak dia menarik handuk itu dan melemparkan handuk ke lantai. Purnomo melepas pakaiannya sendiri dengan terburu-buru, lalu dia membaringkan tubuh Mawar dan dia menikmati aset Mawar yang masih kencang dengan cara mendaratkan ciuman brutalnya. Penyatuan itu dia laku
Mawar tidak pulang semalam, dia memilih untuk tidur di hotel setelah melayani Purnomo. Pagi ini dia ingin seperti orang kaya, sarapan enak di hotel mewah. Setelah dia selesai mandi, dia segera turun ke restoran. “Wahh!!! Semua makanan ini terlihat enak!!” seru Mawar. Mawar sedang berdiri di depan menu prasmanan yang tersedia di hotel. Berbagai hidangan tersaji diatasnya seperti, daging steak, roti croisant, spageti, kepiting lada hitam dan masih banyak lagi. Mawar mengambil 3 steak daging, 2 gelas jus jeruk dan tidak lupa nasi. Dia sangat tidak sabar untuk merasakan makanan tersebut. “Bagaimana cara makannya? Susah sekali daging ini dipotong!!” gumam Mawar. Bodohnya, Mawar tidak mengambil pisau peralatan makan untuk menu daging. Dia hanya mengambil sendok dan garpu. Karena daging sapi yang begitu tebal serta alot memerlukan pisau untuk memotongnya, akhirnya dia memilih untuk menggigitnya saja. Para tamu hotel melihat
Anthony sudah kembali bekerja, setelah kematian neneknya dia hanya izin tidak bekerja selama satu hari dan hari ini dia masuk. “Ton, turut berdukacita ya atas kematian nenekmu. Kemarin aku tahu dari supervisor serta bertanya kepadanya kenapa kamu tidak masuk, dan aku minta maaf jikatidak bisa datang ke rumahmu,” ungkap Jarot. “Iya, nggak papa, Rot,” timpal Anthony tersenyum, dia tengah beristirahat makan siang bersama Jarot. “Ton, kamu dengar tidak? Junet dapat promosi sebagai HRD. Pak Purnomo sendiri yang mengatakannya, sekarang dia sangat sombong sekali,” “Aku heran, orang kayak dia bisa dapat promosi padahal aku lihat dia kerjanya malas-
“Cepat periksa Anthony!! Cari di dalam tasnya juga!!” pinta Polisi Senior.“Siap Pak, laksanakan!” jawab Polisi Junior.Polisi menggeledah tas maupun saku Anthony, tapi dia tidak menemukan bukti itu.“Lapor Pak!! Saya tidak menemukan bukti!!” kata Polisi Junior.“Anda tidak akan menemukannya Pak, karena saya tidak menggunakan uang itu sepeserpun,” sanggah Anthony.“Bohong Pak!! Jangan percaya dia, mungkin saja sudah dia habiskan!!” protes Junet.“Uang itu ada di laci meja ruang manager, Pak. Silahkan periksa saja!!” saran Anthony.Polisi Junior itu menatap Polisi Senior, lalu Polisi Senior mengangguk tanda memberi izin untuk menggeledah ruang manager.Purnomo mengikuti Polisi Junior itu ke ruang manager, dia juga
Ketegangan di ruang istirahat berakhir dengan Junet yang dibawa ke kantor polisi. Para karyawan terkejut melihat kejadian yang berbalik ke Junet, mereka tidak menduga akan hal itu. “Ton, aku balik duluan ya. Ada menu tamu yang belum aku masak,” kata Koki. “Iya, Pak. Sekali lagi terimakasih ya, Pak,” ungkap Anthony. Koki itu tersenyum sambil mengangguk, lalu dia berlalu meninggalkan Jarot. Dia juga tidak lupa untuk mengingatkan Jarot segera kembali. Anthony berjalan keluar ruang istirahat bersama Jarot, tapi dia dihadang oleh karyawan yang menyampaikan pesan. “Ton, kamu diminta untuk datang menemui pak Purnomo di ruang manager,” kata karyawan, lalu dia pergi begitu saja. “Pak Purnomo itu kenapa lagi? Bukannya urusan sudah beres ya?” gerutu Jarot. “Entahlah!! Aku akan cari tahu deng
“Assalamualaikum,” sapa Anthony sambil membuka pintu. Anthony sadar betul tidak akan ada yang menjawab salam yang dia ucapkan, tapi dia tetap melakukannya dan membayangkan nenek tersenyum menyambut kedatangannya. Anthony memasuki rumah sunyinya, lalu dia menyandarkan diri ke kursi yang terbuat dari anyaman rotan. “Hah!!! Capek sekali hari ini!!!” gumam dia sambil menengadahkan kepala melihat genting tua rumah Yasmini. “Sepi sekali!! Aku belum terbiasa dengan keadaan seperti ini!!” Anthony mengeluh, setiap kali masuk ke dalam rumah Dia pasti kembali merasa sunyi, entah apa yang barusan dia alami di luar itu tidak mengubah kenyataannya. Akhirnya suara nyaring dering telepon Anthony yang ketinggalan zaman berhasil memecahkan keheningan malam itu. Anthony segera mengambil ponsel, lalu dia mengangkat panggilan telepon ters
“Apa yang kalian cari??” Jika harta, kalian salah tempat,” kata Anthony dengan sangat jelas.Mereka saling tatap, Anthony masih waspada terhadap gerak-gerik mereka. Karena salah satu dari mereka membawa senjata api.Aku harus tetap tenang untuk bisa mencari kelemahan mereka, batin Anthony.“Jangan hiraukan dia!! Cepat geledah seluruh sudut dirumah ini!!” seru ketua dari orang berpakaian serba hitam itu.Tiga orang dari mereka mengangguk, lalu menyebar ke seluruh ruangan untuk mencari benda berharga. Di rumah Anthony tidak ada televisi, emas, bahkan HP Anthony pun ketinggalan zaman. Yasmini hanya memiliki radio baterai berwarna hitam punya orang dulu-dulu.Anthony melirik ketika salah satu dari mereka masuk ke kamar neneknya. Sekitar 5 menit di dalam kamar Yasmini, tapi mereka tidak menemukan apa-apa.Syukurlah
“Selamat malam semua istriku, kenalkan ini adalah Mawar,” ucap Purnomo dengan senyum khasnya. Hah!!! Istrinya 2?? Gila benar bandot tua itu!! Batin Mawar. Purnomo menggandeng Mawar, lalu menarik kursi untuk ditempati Mawar. Purnomo dan Anita masih berdiri, lalu Anita menghampiri suaminya. Anita menarik lengan Purnomo menjauhi meja makan. Setelah sampai di depan pintu rumah, lalu dia berkata, “Mas, siapa wanita itu?” “Tamu Sayang, kamu duduklah kembali ke meja makan,” pinta Purnomo. “Tamu siapa? Kok aku tidak mengenalnya? Kenapa kalian bisa datang bersama?” Anita masih butuh penjelasan, dia bertanya sampai benar-benar mengerti. Perasaannya sudah tidak karuan, ketika melihat wanita muda seumuran dengan Vanya. Dia juga tidak mau berpikiran terlalu jauh sebelum mendengarnya sendiri.
“Ya ampun!! Kasihan sekali orang tua mempelai wanita,” kata ibu Bondan seperti mewakili sebagian besar pertanyaan tamu yang lain.“Kita tidak tahu duduk perkaranya, Buk. Jangan berkomentar dulu, kita lihat saja,” timpal Bondan.Suasana tegang itu masih berlangsung, penghulu yang ada disana juga masih menyaksikan sampai lupa tujuannya datang di acara Anthony hari ini.Airmata Vanya mengalir deras, memalingkan muka tidak kuat untuk melihat kedua orang tuanya. Hatinya masih keras sampai tangannya disentuh oleh Dylano dengan tinggi hampir menyamainya.“Kak Vanya apa kabar? Dylano merindukan kakak,” ungkap Dylano yang menggenggam tangan Vanya.Anthony melepas rangkulannya, dia membantu Sonya
Hari bahagia Vanya dan Anthony tiba, mereka menggelar acara resepsi di outdoor sebuah danau yang suasananya mirip puncak. Semua sudah sibuk dengan tugas masing-masing, memanglah tidak banyak tamu yang mereka undang. Hanya kalangan teman Anthony seperti Danang bersama keluarganya, Bondan, Asep, Jon juga begitu.Tidak terkecuali dengan Junet dan kepala koki, semua nampak bahagia menunggu acara pernikahan itu dimulai.Bukit ditumbuhi berbagai pohon yang diantaranya pinus terlihat segar, lantai beralaskan rumput didekor sedemikian cantik khas ala pengantin. Tidak luput kursi pengantin lengkap dengan meja untuk melakukan akad nikah.“Wahhh!!! Lihat Anthony sudah datang!!” seru Junet berdecak kagum, dia melihat ketampanan Anthony keluar dengan balutan setelan jas hitam dengan dasi kupu
“Kak, kemana kak Sean?? Kenapa selama 3 hari aku tidak melihatnya?” tanya Bondan, dia sedang menyerahkan laporan keuangan kepada Anthony.Anthony masih belum menjawab, dia mengamati hasil laporan tersebut yang profitnya 3 kali lipat dari bulan-bulan sebelumnya.“Ini benar laporan bulan ini, Ndan?” tanya Anthony mengalihkan pembicaraan tentang Sean.Malam itu Anthony tidak berhasil menemukan Sean, ketika dia berhenti di pangkalan ojek sudah tidak melihat siapa-siapa lagi. Anthony juga berusaha menghubungi nomor ponsel Sean, bahkan pergi ke tempat kerjanya, akan tetapi dia juga tidak menemukannya.“Benar Kak, aku sudah menelitinya sampai 3 kali, ternyata ada peningkatan saat kita setor kardus dan dupleks, sedangkan di gud
Seminggu setalah pesta kecil malam itu, Anita mendapatkan sebagian harta milik Purnomo yang terbukti aman dari penggelapan pajak, berupa rumah dan tanah, kecuali semua bisnis dan rekening bank untuk transaksi korupsi.“Ibu Anita, anda yang masih berstatus menjadi istri sah pak Purnomo, semua harta yang bersih ini jatuh ke tangan anda, silahkan tandatangani diatas surat kuasa ini,” kata pengacara keluarga Purnomo.Anita tersenyum sambil menerima surat yang disodorkan pengacara, dia tenang karena masih beruntung mendapatkan sedikit harta untuk mengurus kedua orang
“Pengacara senior Jocelyn menunjukan eksistensinya, dia kembali melaporkan tersangka dengan kasus berlapis yang dilakukan oleh seorang pejabat pemerintahan terjerat banyak kasus berat diantaranya penggelapan pajak, kasus korupsi, kekerasan dengan istri-istrinya yaitu Purnomo harus rela dicopot dari jabatannya dan menjalankan sidang untuk menunggu vonis hukumannya.”“Kami berhasil mewawancarai singkat saksi kasus korupsi yang sedang menjerat Purnomo. Simak wawancara eksklusif kami,” kata pembawa berita.“Selamat malam bapak Avan, terimakasih sudah bersedia diliput di acara televisi kami. Menurut keterangan dari penyidik anda adalah orang yang dengan kesukarelaan mengajukan diri sebagai saksi, apakah anda mengetahui perbuatan Purnomo secara langsung?” tanya pembawa berita.&nbs
Arka tahu ketika Mawar digotong masuk kamar yang sama dengannya, dia tidak bisa mengumpat lantaran mulutnya tersumpal serta tertutup lapban.Asep tertawa melihat penderitaan Arka, dia sudah sangat menantikan penderitaan di wajah lain, yaitu wajah Purnomo.Sebuah pisau tajam di lemparkan Anthony tepat di belakang tangan Arka yang terikat, lalu dia berbicara, “Akhiri sandiwaramu dan akui bahwa anak dalam kandungan Mawar itu adalah anakmu!!”“Aku beri kau kesempatan untuk melepaskan ikatan dengan pisau itu!! Jika kau bisa keluar dari sini, aku biarkan kau bisa hidup bahagia bersama Mawar,” ungkap Anthony.“Ugh!!! Ugh!!” Hanya suara itu yang keluar dari mulut Arka, dia tidak berdaya dan membiarkan Anthony beserta anak buahnya pergi
Rencana berikutnya adalah menculik Mawar, di dalam perjalanan menuju rumah Purnomo Anthony tidak menjawab serius pertanyaan Vanya, alhasil Vanya cemberut saja sambil menyilangkan kedua tangannya.“Bagaimana semalam?? Apakah tidurmu nyenyak?” tanya Anthony sambil melirik Vanya, lalu dia kembali memandang jalan.Anthony kembali menoleh untuk melihat Vanya, karena dia tidak kunjung berbicara. Anthony gemas setiap melihat tingkah laku Vanya, pengennya dia peluk dan ciumi.“Sayang, jangan cemberut gitu!! Nanti kamu tambah cantik loh!!” bual Anthony sambil membelai pipi Vanya.Vanya tampak menahan senyum, lalu dia kembali cemberut lagi untuk meneruskan sandiwaranya. Anthony semakin kuatir ketika rayuan tidak mempan membuat suasana
“Siapa kalian?” teriak Arka yang berjalan mundur masuk rumah sewa.Arka panik luar biasa dimana tidak ada yang bisa dilakukan, dia sudah melawan 2 orang berwajah seram itu, akan tetapi dia kalah. Mau minta tolong juga tidak ada orang, karena rumah sewanya berada di pinggir sungai besar pengairan kota yang kebetulan tetangga kanan kirinya adalah karyawan dengan jam lembur tinggi.“Berlutut!!! Dan jangan melawan jika kamu tidak pengen lecet!!” perintah seorang pria.Arka yang ketakutan ini segera berlutut berharap dia tidak kena pukul, tindakan yang naif itu membuatnya pingsan ketika salah seorang memukul tengkuknya. Dia jatuh tergeletak di lantai dingin begitu saja.&ldqu
Purnomo kembali dari mencari makan siang, suasana yang dia tangkap sanggatlah ganjil. Semua staff memandanginya sambil berbisik bahkan terdengar kata-kata pedas yang terucap.“Itu ya pejabat yang suka pencitraan itu!!! Ahh!!! Pantas saja kariernya cemerlang, lah semua pakai duit!!”“Ssstt!!! Kecilkan suaramu!!” timpal staff pembantu wanita.Purnomo menoleh ke arah 2 staff wanita dengan tersenyum, akan tetapi dia tidak mendapatkan balasan yang diharapkan, bahkan 2 staff itu segera kabur menjauhi Purnomo.Ketika Purnomo berjalan semakin dalam masuk kantor, dia bertemu pejabat yang lain dan sering ngobrol ringan bersama seperti layaknya teman.“Hai!! Pak Herman!! Bagaimana makan siangnya?? Apakah tadi makan soto babat langganan?” tanya Purnomo dibuat seriang mungkin kepada pejabat divisi la