“Hentikan!” Aldous Morgan masuk ke ruangan dengan tergesa gesa. “Jangan sentuh pria ini!” Dia langsung menyingkiran lima orang penjaga. “Minggir kalian semua!” Lalu, Aldous mengatur napasnya. Dia masih tersengal sengal berkejeran dengan waktu. “Hampir saja. Kalau pria ini mati, kalian berenam akan juga mati!”
Melihat kedatangan Aldous yang sangat tidak disangka sangka, Franky terperanjat kaget, dan dia menjadi sangat kaget tatkala melihat pembelaan dari kakaknya. Dia menatap heran dan berkata lirih, “Aku tidak mengerti, Kak.”Setelah menghembuskan napas lega, Aldous lalu berkata, “Bagi Keluarga Morgan, nyawa pria ini lebih berharga dari pada nyawa seratus orang di luar sana. Cepat kalian semua minta maaf!”Franky membeliak biji matanya. “Kak, tolong jelaskan dulu pada kami! Kenapa pria ini begitu kau hormati?”Aldous menjawab dengan sangat sopan, “Dia adalah Marvin Rock dari Gloriston. Jika orang sekelas Tuan Warren Harvard saja ketar ketir, bagaiMarvin Rock membawa empat koper yang berisi uang total 80 juta dollar, dikurangi sedikit.Di dalam mobil, Dhea yang sudah mengganti kostum kerjanya dari yang terbuka menjadi tertutup, sontak masih belum bisa menghilangkan rasa terkejutnya. “Tuan Marvin, mau Tuan apakan uang sebanyak ini?”Marvin Rock melajukan mobilnya menuju RSU Gloriston. Sembari mengemudi, dia membalas, “Aku tidak akan memakan uang haram ini. Aku akan sumbangkan semuanya buat pembangunan jalan, jembatan, dan kepentingan umum lainnya.Dhea menelan ludahnya terang-terangan. “Hm? Tuan tidak mengambil sepeser pun uang ini?” Dhea tidak bisa untuk tidak kaget. “Delapan puluh juta dollar?”Ketika itu juga langsung bertebaran berbagai macam imajinasi liar di dalam kepala mungil wanita itu. Jika Marvin tidak peduli dengan uang sebanyak itu, jadi berapa jumlah duit yang ada di rekeningnya? Berapa jumlah aset dan properti miliknya?Dhea tak lepas dari tadi memandangi empat koper
“Aku Dr. Arshavin. Silakan apa yang ingin kau keluhkan.”Marvin kembali duduk. “Aku tidak begitu paham peraturan di rumah sakit ini. Namun, kita saat ini bicara tentang etika dan kemanusiaan. Anak wanita ini sangat sekarat, jika tidak dioperasi, anaknya bisa mati. Dia bilang anaknya sudah dua puluh hari hanya dirawat biasa.”Arshavin sekilas melirik wanita itu. “Ya, aku tahu, nama anaknya Chyndy. Karena biayanya terlalu besar dan Bu Dhea juga tidak punya asuransi dan kartu berobat, maka pihak rumah sakit hanya bisa memberikan keringanan dengan rawat biasa.”“Administrasi yang kalian bicarakan?” sentak Marvin emosi. “Jika pasien membayar ke rumah sakit milik negara ini sebesar satu juta dollar, apa gaji yang kalian terima bakal bertambah? Dan jika pasien membayar sepuluh sen, apakah gajian kalian bakal berkurang?”Arshavin masih tenang. “Kami paham maksud Tuan. Begini, kami hanya mematuhi peraturan yang dibuat oleh pihak rumah sakit dan aturan ini
Sang direktur rumah sakit pun akhirnya harus turun karena desakan dari banyak petugas. Dia didampingi oleh kepala security.Selama menjabat sebagai direktur selama empat tahun terakhir, baru kali ini Lambert bicara langsung. “Siapa namamu, Tuan?”“Marvin Rock!” Dia pun berdiri dan menghadapkan wajahnya ke arah direktur. “Anda harus bertanggung jawab atas nyawa yang hilang itu!” sentak Marvin to the point.Lambert terbelalak. “Marvin Rock?” sahutnya tak percaya. “Kami tidak tahu bahwa Bu Dhea merupakan keluarga Anda, Tuan Rock.”Karena merupakan orang besar, Lambert tahu kabar soal Marvin di berita berbagai media. Nama Marvin Rock cukup harum akhir akhir ini, namun bagi sebagian orang saja.“Dhea bukan keluarga dan kerabat saya, Tuan. Lagi pula, apa hubungannya jika bahkan saya suaminya Dhea? Apa lantas pihak rumah sakit akan segera mengembalikan nyawa anak itu?” Marvin menggertakkan gerahamnya saking emosinya.Lambert yang tidak
Sementara itu di malam yang sama, Gennifer sedang berbelanja pakaian di sebuah toko, sendirian. Tadi siang dia melihat di online beberapa pakaian pria yang cocok buat suaminya, namun karena malas belanja online, dia langsung ke tokonya.Karena sekarang sudah pukul dua puluh dan jalanan lumayan sepi, Gennifer buru buru langsung pulang, jika ketahuan oleh Marvin dia sengaja keluar jam seperti ini, dia pasti kena marah.Namun, pada saat dalam perjalanan pulang, mobil yang dikendarainya dihadang oleh dua mobil asing. Mereka berkali-kali mengklakson agar Gennifer segera menepi.“Minggir, atau akan kami serempet!” ancam pria bertopeng.Gennifer fokus mengawas depan. Dia injak pedal gasnya dan melesat kabur.Dua sopir itu cukup sangat lihai. Dengan mudahnya mereka kembali menyusul Gennifer.Saat ini, jalanan yang cukup jauh dari pusat kota ini lengang.Akhir akhir ini memang marak terjadi peristiwa begal dan pencurian.Saat dua mobil itu terus memepetnya, Gennifer makin bergidik ketakutan. Ti
Gennifer makin bergidik ketakutan. Tidak pernah dia merasa terancam seperti ini. Masih dilihatnya kiri kanan. Nyaris sepi. Dan tidak bakalan ada yang mau menolongnya.Distrik Chernys berada di ujung Kota Gloriston dan berbatasan dengan dua wilayah lain. Jika tidak punya kepentingan buruk, orang tidak mau ke sini.Merasa dalam bahaya, Gennifer makin tak berkutik. Sepertinya malam ini akan menjadi malam terburuk sepanjang hidupnya. Jika mereka minta uang sepuluh ribu dollar pun, dia akan kasih, asalkan mereka tidak macam macam.Namun, Dion Morgan termasuk bujang yang hobi seks. Karena termasuk tipe pria pemilih, dia akan menyeleksi terbelih dahulu, dan jika wanita tersebut menarik menurutnya, wanita itu tidak akan pernah bisa pulang sebelum goa-nya dihantam berkali-kali dengan senjata miliknya.Dion punya bentuk tubuh yang bagus dan atletis. Sebagai pimpinan tertinggi departemen premanisme Dion punya banyak kuasa dalam banyak hal, termasuk dalam memilah dan memilih calon wanita yang baka
Marvin Rock memasukkan ponselnya setelah titik lokasi istrinya memang pas berada di hotel ini. Tidak mungkin istrinya pergi ke tempat macam ini malam malam begini. Dia pikir, pasti ada yang tidak beres.Pada saat tadi Gennifer menghubunginya, Marvin Rock masih berada di restoran bersama dua orang lainnya, dan tidak sadar bahwa istrinya menelepon. Ketika dalam perjalanan pulang, dia mengecek ponsel dan cukup banyak ada panggilan masuk dari istrinya.Ketika dia menelepon balik, Gennifer malah yang tidak mengangkat teleponnya, karena pada saat itu ponsel Gennifer sudah berada di tangan anak buah Dion. Marvin Rock cuma punya info lokasi keberadaan Gennifer.Pria bertopi mencegat Marvin Rock. “Siapa kau? Hotel ini sedang ditutup. Tidak boleh masuk.”“Kau sangat asing. Pergilah dari sini dan carilah hotel lain.”Marvin mengedarkan pandangan ke sekitar. Baru tadi siang dia lewat sini. Lalu dia mengawasi enam orang preman di depannya dan berkata tegas, “Di atas meja itu tas istriku! Di mana di
Baru saja mau menikmati indahnya tubuh Gennifer di kamar hotel yang sunyi, Dion merasa terganggu. Lantas dia pun keluar dan mengunci pintu kamar tersebut, kemudian turun menyaksikan apa yang sedang terjadi.“Hentikan!” jerit Dion sambil berkacak pinggang. “Kau sudah buat keributan di daerah kekuasaanku.”Marvin Rock menegakkan bahu. Cukup lama dia mengawasi wajah Dion. Wajah itu agak mirip dengan seseorang, rambutnya saja yang sangat berbeda. Marvin Rock tersenyum dan berkata dingin, “Kau ya? Keluarkan istriku! Jika kau sudah melakukan tindakan haram pada istriku, bukan hanya kau yang terancam, tapi keluargamu juga.”Bola mata Dion tergelohok lebar dan hampir keluar. “Apa? Apa kau sudah gila bicara seperti itu?” sentaknya dengan ekspresi yang amat terkejut.Seandainya Dion tahu, tadi siang Marvin Rock sudah membuat heran saudaranya bernama Franky dan Wesley. Namun, Marvin Rock tidak perlu menjelaskannya.Marvin Rock tersenyum tipis. “Kau rupanya. Suruh enam anak buahmu ini untuk segera
Marvin Rock memasukkan tangannya ke saku celana dan berkata dengan sangat kalem, “Mereka menculik istriku, merampoknya, dan hampir memperkosanya.”“Apa?” Aldous sangat syok. Urat di wajahnya mencuat dan darahnya menguap saking panasnya. Aldous sontak mencangking leher adiknya dengan kedua tangannya, menariknya ke atas, hingga berdiri. Dipelototinya sangat tajam. “Apa kau sudah gila berurusan dengan Tuan Rock?”Gedebak! Gedebuk!Tidak hanya mimisan, wajah Dion habis babak belur dihajar Aldous dengan sangat garang. Setelah Dion terkapar tak berdaya, dia lantas menyuruh enam orang tadi untuk berdiri rapi, kemudian menghajar mereka satu per satu.Gedebak! Gedebuk!“Aaahhrr!”“Ampuuun, Bos!”“Maafkan kami!”“Adduuhh!!”Napas Aldous terengah-engah dibuatnya. Matanya masih melotot tajam ke arah mereka bertujuh. “Untung Tuan Rock tidak kenapa-kenapa! Jika ada apa-apa dengan dia, aku habisi kalian semua!” bentaknya penuh emosi. Dengusan napas kasarnya sangat mengertikan. Sekilas, wajahnya mirip