“Anda tidak becus!” maki Marvin di ponselnya. “Katanya, Anda mau berinvestasi! Pembohong! Anda malu maluin bisnis bapakmu saja, Demian!” Marvin terkikik.
Di ruang rapat, semua mata tertuju pada Demian. Karena kikuk, dia berkata dengan pelan sekali, “Maafkan kami.”“Kami? Kau sendirian yang salah! Bapakmu dan bisnis keluargamu tidak salah. Jadi, salahkan dirimu sendiri!”“Baiklah, saya yang salah, Tuan Rock.”“Serius, jadi batal inves lima puluh EM nya? Mulutmu besar seperti perempuan, dan keberanianmu cetek seperti banci. Jika kau benar benar laki, buktikan, mana?!”Demian bergidik badannya dan perlahan keringat dingin keluar dari badannya. Belum puas dia mendapat kabar bahwa G10 Enterprise lepas, sekarang dia sangat malu. Wajahnya seperti ingin jatuh ke lantai.“Tapi, untunglah bapakmu baik dan pintar. G10 Enterprise yang akan menginvestasikan dana sebesar itu. Kau sih bodoh, nilai perusahaan seratus, malah inves separuhnya. ApaDi ruang keluarga, Russel melampiaskan kegembiraannya. “Tuan Zavier telah mengutus dua orang Rockxill menemuiku. Kami cukup lama melakukan pembicaraan terkait kerjasama.”Karena sudah merasa berhasil, akhirnya Russel meminta kepada ayahnya untuk segera diangkat menjadi direksi perusahaan.Namun, ayahnya belum menyetujuinya. “Adikmu, Gennifer, tadi pagi ke kantor Rockxill menemui Tuan Zavier secara langsung, karena usaha adikmu lah Rockxill mau mengirimkan suplai minyak yang banyak itu.”Baru tahu, Russel cukup terkejut. “Apakah ayah yang menyuruhnya ke kantor Rockxill? Kenapa info tersebut aku tidak tahu?”“Bukan. Marvin lah yang menyuruhnya untuk pergi ke kantor Rockxill menemui Tuan Zavier. Kemarin siang kau masih di kantor, Russel, jadi tidak tahu obrolan kami.”Maka dari itu, Derick belum bisa menggeser posisi Russel saat ini ke posisi yang lebih tinggi. Sebaliknya, Derick malah memberikan sebuah posisi strategis kepada Gennifer,
Marvin bersorak, “Sayang, selamat atas keberhasilan darimu yang telah menyelamatkan bisnis keluargamu. Sebagai mana perkiraan kita semua, bahwa kau akan berhasil.” Sekelebat Marvin melirik Russel yang masih saja memberengut.Saat ini, Derick dan Elena tak berani berkomentar. Mereka berdua pun menyadari benarnya omongan Marvin. Jika satu kali, mungkin bisa jadi sebuah kebetulan, tetapi ini untuk ke sekian kalinya, dan tidak mungkin bisa disebut sebuah kebetulan lagi.Marvin menatap ayah mertuanya dan berkata, “Bagaimana sulap yang aku mainkan, Ayah? Tapi, aku tidak mengatakannya sulap atau pun sebuah kebetulan, melainkan keyakinan, rasa percaya, kerja keras, bersyukur, dan tentu saja berlapang dada. Iya kan, Kakak ipar?”Derick tentu tidak ingin kebahagiaan pada hari ini lantas terkikis lantaran adu argumen dengan menantunya. Meskipun di hatinya mulai kembali timbul rasa percaya, mulutnya tak mampu mengatakannya.Begitu pun istrinya. Ketika me
Pagi ini di gedung serba guna Kantor Pemerintahan Pusat Chemisland, di Ibukota Gloriston.Lebih dari tiga ratus peserta seminar hadir, mulai dari perwakilan mahasiswa, petinggi kampus, pemerintah sendiri, juga turut dihadiri para pebisnis ternama.Seorang pria yang bekerja di staf kementerian ESDM menyampaikan isi seminar dengan topik “Dampak buruk penggunaan batubara”. Ada beberapa poin penting dalam penyampaian tersebut :Pertama, pembakaran batubara salah satu penyebab pemanasan global. Pembangkit listrik dengan menggunakan batubara melepaskan lebih banyak gas rumah gas kaca seperti CO2 dan N20 dibandingkan pembangkit listrik lainnya.Kedua, penyebab pencemaran udara dan terjadinya hujan asam. Pembakaran tersebut juga menghasilkan SO2 dan NO, jika kedua senyawa berbahaya tersebut bereaksi dengan air dan oksigen, maka akan terbentuk hujan asam.Ketiga, penyebab pencemaran tanah dan sumber air. Zat zat berbahaya dari limbah batu bar
“Saya harap kabar Anda selalu baik, Tuan Rock,” Ethelyne memberikan senyuman hangat dan tidak menghiraukan Raymond.Saat ini, Ethelyne tahu soal Marvin Rock akan membangun bisnis besar. Dan yang pasti, Ethelyne sangat menyadari bahwa Marvin adalah seorang calon konglomerat baru.Ethelyne bukan tipe wanita yang memendam sakit hati. Dia sudah melupakan kekecewaannya tempo lalu. Jika sudah berhadapan dengan uang, dia akan profesional dan kompeten.Ketika berhadapan dengan Marvin Rock, dia tidak akan menampilkan sebuah kesan yang tak bersahabat, apalagi mengeluarkan omongan dan gestur yang bakal menyinggung Marvin.Berbanding terbalik dengan Raymond yang memberikan perlakukan jelek terhadap Marvin, Ethelyne selalu menjaga penampilan dan sikap. Baginya, Marvin harus mendapatkan perlakuan khusus.Masih belum hilang keterkejutannya, Raymond malah melongo. Dia berulang kali mengawasi Marvin dan Ethelyne. Dia pikir, ‘Sulap apa yang dimainkan
“Kau sangat indah dengan gaun putih itu, sayang,” ucap Marvin Rock seraya menyerahkan tas kecil mahal berwarna putih juga.Gennifer Winson melihat dirinya sendiri di cermin. Dia tersenyum malu dan berkata, “Walupun untuk kesekian ribu kali kau bilang seperti itu, aku tetap tidak bosan mendengarnya.”Ketika Gennifer membalik tubuhnya, Marvin langsung mendekapnya erat. Kedua tangan mereka saling menggenggam, meskipun tak bisa menari dan berdansa, Marvin bergoyang sebisanya. Tak lama kemudian, dia pun mencium mesra bibir istrinya.Sementara Marvin begitu necis dengan kemeja hitam dan celana hitam. Melihat ketampanan Marvin, Gennifer kian bergairah, namun Marvin segera menyudahi kegilaan ini sebelum terjadi hal yang begitu menyita waktu.“Kita harus pergi sekarang, sayang. Kita tidak boleh terlambat di acara reuni malam ini yang ... cukup meriah,” tutur Marvin sembari mengelap bibirnya yang jadi merah belepotan karena terkena hantaman bibir lembu
Setelah Calvin dan Xiever berpelukan hangat dan akrab, tidak seperti perlakuannya terhadap Marvin tadi, barulah Calvin mencomel cukup keras di depan pintu masuk, “Xiever, sobatku! Kau harus melihat kondisi fisik teman lama kita dari Keluarga Rock itu!”Belum sempat Xiever menjawab, pacarnya yang mengenakan atasan berwarna pink berlarian kecil hingga betis dan pahanya ke mana mana. “Hai! Hai!” sapa Viola sungguh ceria. Dia langsung merangkul Xiever dari samping.Xiever memperhatikan sosok Marvin dari atas sampai bawah, berkali kali. “Badanmu tidak terlalu kurus setelah berhari hari keluar dari bui.” Xiever berdecak, kagum. “Aku harap, kau membawa perubahan baik meskipun statusmu sebagai mantan napi itu tetap melekat padamu.”Pas baru keluar dari sana, badan Marvin memang agak sedikit kurus, namun karena selama ini dia makan makanan yang bagus dan tak lupa berolahraga, badannya yang memang keren perlahan mulai kembali seperti sedia kala.Marvin
Xiever tergelak sambil mengelus perutnya yang kegelian. Matanya mengerjap-ngerjap, memastikan bahwa saat ini dia tidak sedang bermimpi. “Calvin, aku baru tahu kalau kebanyakan menghirup karbon dioksida dan gas beracun lainnya di dalam penjara, bisa menyebabkan kerusakan pada bagian otak tertentu.”Calvin tersenyum simpul dan menyahut, “Otak kanannya agak rusak. Jadi ketika berpikir imajinatif, dia akan terlampau tinggi khayalannya. Ha-ha.”“Otak kirinya juga agak rusak. Dia memprediksi masa depan tanpa kalkulasi, sehingga tebakannya kadang sulit kita mengerti. Ha-ha-ha.”“Aku sangat kasihan sama istrinya. Kok masih mau sih,” umpat Viola sembari memutar malas hitam matanya. Bibirnya masih saja berkedut jijik.Omongan mereka semua tidak akan pernah Marvin lupakan. Dan tentunya dia juga tidak akan pernah lupa dengan omongannya sendiri.Saat ini, dia masih bersikap ramah dan kalem. Karena tidak ingin membuat keriuhan besar, dia tidak aka
Jesslyn Sinclair saat ini bekerja sebagai penjaga toko baju di salah satu mall di Gloriston. Selepas tamat kuliah, wanita berambut pendek seperti polwan itu kesulitan mendapatkan pekerjaan di perusahaan besar. Jika ditanya apa alasannya, ya jawaban yang tepat adalah nasib yang kurang bagus.Jika ditanya apakah dia bodoh, jelas tidak. Selain punya fisik yang bagus dan suara yang lumayan merdu, Jesslyn murah senyum dan murah hati, namun terhadap orang orang tertentu saja. Bisa jadi bagi sebagian orang akan menganggapnya sombong dan jutek, tapi bukan seperti itu. Meski dalam hal finansial tidak diperhitungkan, Jesslyn tetap punya nilai jual.Namun, kehadirannya malam ini menimbulkan keresahan di hati Gennifer. Dia berdiri dan menyapa, “Jess, apa kabarmu? Terkhir kita bertemu ketika aku mencarikan celana baru buat suamiku di toko tempat kau bekerja.”“Baik dan sehat,” balasnya berusaha akrab. Ada rasa iri dan cemburu di hati Jesslyn terhadap Gennifer seja
Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi Marvin Rock. Pagi tadi, putra pertamanya telah lahir ke dunia. Marvin memberi nama : Brockley Leofric, persis Pangeran Terbuang. Marvin belum bisa move on dari sosok yang menjadi idolanya semenjak kecil. Pada akhirinya Marvin pun peka. Dalam cerita karangan Pangeran Terbuang, terkait Naga Glory menjadi sangat kaya lantaran menemukan harta karun terpendam, Marvin merasa apa betul itu dirinya? Tapi, Marvin tidak percaya ramalan, dan dia juga tidak percaya bahwa roh seseorang yang telah mati bisa merasuk ke tubuh orang lain. Marvin bukanlah karakter fiksi Naga Glory seolah-olah dia merupakan pria yang telah diramalkan, dan bukan pula karakter asli titisan Pangeran Terbuang. Namun, jika dikatakan sebuah kebetulan, bagaimana bisa semuanya bisa berjalan dengan sangat rapi? Sebuah teka-teki yang masih menyimpan misteri. Marvin memastikan diri bahwa dia merupakan keturunan Pangeran Terbuang sesuai hasil riset Fabrizio beserta pakar seja
“Ayah, maafkan aku karena aku pernah durhaka padamu. Aku merasakan dampak buruk setelah aku tidak berbakti dan berbuat baik padamu.” Werner Rockstone berdiri dari kursi sambil mengangkat tubuh Marvin. Dia menatap heran, “Ayah maafkan kesalahan kau, anakku. Dan ayah juga minta maaf, karena ayah tidak menaruh rasa empati yang lebih kepada mu.” Marvin mengerutkan kening. “Ayah, apa Tuan Arash menghubungi mu?” “Dia berbicara banyak hal denganku selama kau berada dalam perjalanan pulang. Dia sangat berterima kasih karena kau telah membuat anaknya menjadi sembuh dan sehat jiwanya.” “Hurmuz hanya butuh perhatian dan kebijakan dari ayahnya.” Marvin dan Werner berjalan di halaman samping, menjauh dari keramaian. Melihat sikap Marvin terhadap orang lain saja sudah luar biasa, bagaimana sikapnya dengan orang terdekat? “Ayah bangga punya anak seperti mu, Marvin.” Marvin malah membalikkan omongan. “Aku juga bangga pu
Setibanya di Gloriston, Marvin dan Gennifer langsung menuju rumah rumah baru mereka yang sangat megah dan baru beberapa waktu lalu rampung, di distrik Rockley. Rumah yang layak dikatakan sebuah istana kecil, setiap orang pasti ingin bisa memilikinya. Untuk merayakan kesembuhan Gennifer, maka diadakan acara makan besar antara dua keluarga besar, Keluarga Rock dan Keluarga Winston. Semua kerabat terdekat hadir dalam acara di malam hari ini. Tak kurang dari lima puluh orang pun hadir. Russel Winston memeluk Marvin dengan sangat erat dan hangat. “Saudara iparku, apa kau tahu sekarang Winsoil sudah sejajar dengan Harvard Oil? Kita tidak hanya butuh dengan mereka, bahkan kita bisa menyamai mereka.” Marvin senyum. “Bahkan kita akan melampaui mereka, Kakak ipar!” Impian besar Marvin sejak dulu adalah melepaskan ketergantungan dari pengaruh Harvard. Dan sekarang, Marvin telah melampaui impiannya tersebut, sebab Rock Electra dan Winsoil tidak hanya lepa
Selama Gennifer mendapatkan perawatan dan pengobatan di tempat pengobatan tabib Arash, Marvin cukup sering bercengkerama dengan Hurmuz. Ternyata, orang gila atau ODGJ, tidak boleh diacuhkan atau tidak patut untuk tidak dipedulikan, dengan kata lain mereka juga butuh perhatian. Ketika Marvin mengajaknya bicara, rupanya Hurmuz dapat merespons dengan cukup baik jika orang yang berbicara dengannya mau memberikan empati besar, jadi bukan sekadar perhatian semata, namun empati. Marvin berusaha melakukannya terhadap Hurmuz. Di Desa Abayaneh, tidak banyak orang yang paham tentang sejarah kerajaan dan militer zaman dulu. Alasannya karena mereka tidak berminat untuk tahu akan hal tersebut, semantara Hurmuz butuh teman mengobrol dan teman yang satu frekuesnsi dengan dia. Setiap hari Marvin pasti menceritakan sejarah kerajaan tempo dulu bersama Hurmuz, tentang raja-raja, peperangan besar, dan banyak hal. Hurmuz sangat senang ketika Marvin mau mendengarkan ceritanya
Harven menyelesaikan rapat karena Aleya tak kunjung mau berbicara. Dia segera menyuruh tiga rekannya untuk bekerja seperti biasa, sementara dia dan Aleya melanjutkan pembicaraan di ruangan CEO, tertutup. Setelah dipaksa secara terus-menerus, barulah Aleya mau bicara. “Aku tidak bisa mengatakan tidak karena semua yang dikatakan oleh mereka bertiga terbukti benar.” “Aleya, sabtu malam minggu itu aku melihat kau dengan mata kepalaku sendiri. Kau berduaan dengan Raymond. Minggu pagi, aku bersama Scott membuntutimu di hotel. Setelah itu, aku pergi ke rumah Fany, di sana aku menyaksikan apa saja yang telah dia bongkar. Aku mengumpulkan mereka hanya untuk menjadi saksi penguat. Aku sendiri adalah saksi utamanya.” “Maafkan aku, Tuan.” “Berapa Raymond membayar kau, Aleya?” Alasan kenapa Aleya mau menerima tugas berat dan berbahaya ini adalah karena ayahnya merupakan seorang buruh di One Tesla, pembangkit listrik milik Harvard. Sebenarnya, aya
Harven stop di depan salah satu tempat makan yang cukup jauh dari pusat kota Gloriston. Tapi mereka tetap berada di dalam mobil. Sengaja tidak turun karena hanya untuk memastikan siapa wanita di sana. “Aleya bersama Raymond?” gumam Harven lalu tersenyum getir. Tiga orang lainnya tak berkomentar. Sejurus kemudian, Harven menelepon Aleya. “Sedang di mana?” tanya Harven. “Di rumah. Sengaja tidak keluar karena jalanan pasti macet, kan ada pertandingan.” Mata Harven tak henti mengawasi Aleya dari kejauhan. “Ya, aku dan teman-teman baru saja selesai menonton pertandingan. Baguslah kalau kau berada di rumah. Jalanan kota memang macet. Tapi ada jalur lain yang tidak macet. Di sini tidak macet.” “Ya hati-hati di jalan.” KLIK! Harven bukan cemburu, tapi curiga. Apa hubungan antara Aleya dan Raymond Harvard? Malam ini dan minggu besok, empat pria itu sibuk dengan berbagai macam tugas.
GOAL! 1 – 3. Di menit ke delapan puluh, sang pelatih terus memutar otak agar timnya keluar dari lubang jarum kekalahan, namun upaya keras dari sang pelatih tak menuai hasil baik. Kata-kata kotor dan botol plastik pun mengarah ke dua bench pemain. Kesal sama tim sendiri dan muak melihat kemenangan tim lawan. Satu per satu penonton mulai meninggalkan stadion karena mereka yakin bahwa tim kesayangan mereka tidak bakal menang. Sungguh, hasil buruk dan mengecewakan. GOAL! 1 – 4. Ketika peluit panjang ditiupkan, saat itu pula kericuhan besar terjadi di dalam stadion maupun di luar stadion. Para penonton tidak terima atas hasil buruk pada pertandingan hari ini. Mereka mengamuk kepada tim sendiri dan juga kepada tim musuh. Jika pihak keamanan tidak sigap, pasti bakal ada korban jiwa dan banyak fasilitas stadion yang rusak. Harven mengawas ke atas, ‘Tiga bajingan itu sudah melarikan diri rupanya’. Ketik
Ini adalah pertandingan pembuka di musim yang baru dan kebetulan bermain di kandang, dan sangat kebetulan pula bertemu Iron United, musuh terberat yang selalu membayangi. Iron United menjadi tim tersukses selama lima tahun belakangan. Mereka memborong lima gelar juara liga secara beruntun dan total mereka tela mengoleksi sebanyak lima belas kali juara di Chemisland League One. Membaca data yang ada sekarang, di mana Gloriston FC sedang terpuruk dan juga Iron United sedang naik daun, dan meskipun bermain di kandang, Gloriston FC tidak dijagokan menang pada pertadingan kali ini. Banyak pengamat yang memberikan prediksi bahwa Iron United bakal menguasai permainan dan memenangkan laga walaupun dengan hasil yang tidak mencolok, menang tipis. Scott murka. “Sial!” umpatnya menyeringai. “Tiga pemain top kita dijual musim ini. Ketika ada mereka saja, klub tidak bisa juara, apalagi mereka tidak ada. Mereka merupakan pemain kunci, dua gelandang dan satu striker.”
Akhir pekan pun tiba. Sabtu sore, Harven menjemput satu per satu temannya dengan menggunakan Audi mewah berwarna hitam. Unik memang, seorang bos besar perusahaan mendatangi tempat tinggal anak buahnya dan melakukan penjemputan. Sebab biasanya, mana ada bos seperti Harven? Di dalam perjalanan, masih saja Harven, Jack, dan Fany memuntahkan sejumlah olokan dan tertawaan. Jack merangkul Scott lekat dan akrab sembari berkata, “Scott, aku kepinginnya pertandingan diundur sampai pekan depan karena aku masih belum puas mengolok kau. Hahaha.” Fany yang berada di samping Harven tak bisa untuk tidak tertawa. “Scott, selama empat hari belakangan aku tidak pernah melihat kau senyum dan ketawa. Apa kau sedang dalam masa haid?” Harven melihat spion dalam dan memfokuskan pandangannya ke wajah Scott. “Astaga! Scott, aku harap kau tidak punya dendam pribadi. Jangan gara-gara kalah taruhan kau lantas membenci aku. Hahaha.” Meledaklah tawa di