Biji mata Xiever dan Viola rasanya mau meloncat keluar. Mulut mereka berdua menganga seperti ikan kekurangan oksigen.Berbeda dengan Gennifer. Makin lama, makin ada yang tidak beres dengan suaminya. Setelah acara ini usai, dia harus berbicara serius, harus.Gennifer tak hentinya melirik gerak gerik suaminya. Sepertinya malam ini adalah puncak dari semua keanehan yang dia alami setelah suaminya keluar dari penjara.Sementara Jesslyn gugup tak kentara. Dia masih bertanya tanya sendiri, apakah telepon barusan memang benar? Bukan hoaks dan tipuan?Namun, Jesslyn tidak bisa menutupi rasa bahagianya. Meskipun baru tahap interview, setidaknya berita barusan menjadi angin segar baginya selama bertahun tahun belakangan.“Persiapkan dirimu sebaik mungkin, Jesslyn. Pemilik Rockxill tidak suka dengan orang sombong. Oleh karena itu, ketika nanti bertemu dengan Tuan Zavier, kau harus berusaha rendah hati dan tidak terlalu menonjolkan hal yang tidak perlu,” ujar Marvin dengan senyum hangat.“Ehm!” se
“Halo Tuan Marvin Rock, apa kabar?” sapa Ethelyne langsung berdiri pas di dekat Marvin. Dia tidak peduli ada Gennifer di dekatnya.Meskipun gosip antara mereka berdua tidak hangat lagi, semua orang tidak mungin lupa. Dan ketika malam ini Ethelyne Wilmer mendekati Marvin, semua orang lantas terkesima.Suara Calvin tak digubris semua peserta reuni karena mata mereka tertuju pada si pemilik gaun merah. Kekaguman, nafsu, heran, semua bercampur aduk.Marvin tak melihat mata Ethelyne, tapi menjawab sapaannya dengan simpel. “Baik.”Ethelyne mendorong Jesslyn. “Kau pindah ke kursi di sebelahnya, biar aku saja yang berada pas di samping Tuan Rock.”Seperti biasa, Jessyln tak banyak bunyi. Dia beranjak dan menuruti kemauan si Nona konglomerat. Saat ini, Jessyln sangat minder. Dia lebih banyak menunduk dan sibuk main ponsel.Apa yang mau dibanggakan dari seorang Jessyln? Keluarga? Harta? Profesi? Kecuali beberapa prestasi. Semua itu pun jel
Calvin langsung duduk pas di sebelah Xiever. Karena dia merasa orang penting dan diperhitungkan, dia pantas duduk satu meja bersama Nona Wilmer. Dia berusaha mencari perhatian.“Gaun merah yang Anda kenakan sungguh indah, Nona Wilmer. Saya rasa, Anda adalah orang paling cantik dan menawan saat ini,” pujinya.Sedikit pun Ethelyne tidak terkesan dengan pujian murahan itu. Meskipun posisi manager di hotel ini begitu dibanggakan Calvin, bagi Ethelyne tidak ada arti apa apa.Di acara reuni kali ini tujuan utamanya adalah mengambil hati dari seorang Marvin Rock, baik kepentigan asmara maupun kepentingan bisnis.Namun, sepertinya rencana Ethelyne tidak berjalan dengan baik dan hasilnya tidak sesuai dengan ekspektasi.Sungguh mengecewakan.Pujiannya tidak dihargai, Calvin mengalihkan perhatiannya kepada Marvin. “Hei Rocky, apa menu makanan di sini pernah kau nikmati ketika berada di penjara?”Marvin tidak butuh pembelaan dari si
Selama di dalam mobil, Gennifer terus mendesak suaminya agar menjelaskan semuanya tanpa ada yang dirahasiakan. Kali ini Gennifer tidak main main. Dia tidak bisa menahan rasa penasaran yang meledak di hatinya.“Marvin, bicaralah!”Jemari Marvin semakin keras mencengkeram setir. Antara fokus mengemudi dan mencari cara yang tepat, bagaimana cara menjelaskan semuanya dengan baik kepada istrinya. Jika salah omong, semua bisa kacau. Marvin tetap bergeming.Ketika telah sampai di rumah dan sesaat lagi mereka akan beristirahat, barulah Marvin mendekatkan tubuhnya ke Gennifer di atas kasur. Dia melingkari tubuh Gennifer dengan tangannya. Setelah mengumpulkan kalimat yang pas di kepalanya, barulah dia bicara apa adanya.“Di bawah tanah milik keluargaku terpendam batuan Glorisium sebanyak milyaran ton. Jika semua diuangkan, jumlahnya sampai triliunan dollar, sangat banyak.”Gennifer langsung tersandar karena tercengangkan. “Tidak banyak orang yang t
Minggu pagi yang cerah.Marvin terus berlari sembari mengawasi pepohonan dan bunga yang berada di sekitar kediaman Keluarga Rock Gloriston. Karena sudah jogging lebih dari tiga puluh menit, napasnya agak tersengal meskipun tubuhnya masih fit.Sementara Gennifer berada di belakang, berjalan tertatih-tatih sembari mengatur napasnya yang berat. “Sayang, istirahat dulu!” pekiknya, lallu terpancang di pinggir jalan seraya menumpuhkan telapak tangan di atas dengkul. Rambutnya ikut turun ke bawah.Marvin berhenti dan membalik badanya, “Kita sudah lama libur olahraga. Apa kau mau badanmu melebar seperti boneka beruang?”Gennifer menyeringai cantik. “Kalau badanku tambun bahkan seperti penderita obesitas, kau tetap mau padaku?”“Aku tidak akan pernah berpaling.” Marvin kembali berlari. Salah satu olahraga kegemaran Marvin adalah jogging, karena paling simpel, tinggal lari saja. Selain itu, masih banyak yang lain, seperti workout, gym, sepak bola,
Marvin yang masih saja berdiri sontak mengoles dagu dan berkata, “Kak Freya, nanti selipkan surat rekomendasi dari Manager Umum Winsoil, Yang terhormat Pak Russel Winston. Kami yakin surat tersebut menjadi pertimbangan utama.”Makin dipuji, batok kepala Russel makin besar. “Nah boleh juga idemu, wahai mantan napi. Aku kira otakmu sudah soak seratus persen, ternyata masih ada gunanya. Baiklah, nanti akan aku buatkan surat tersebut. Tidak mungkin Tuan Zavier tidak memperhitungkannya.”“Pasti. Namamu terlalu besar, Kakak ipar!” angkat Marvin lagi.Gennifer tak tahan. Dia melenggang pergi entah ke mana, namun yang pasti dia mau melepaskan tawa yang sudah meledak di perutnya.Freya yang tidak mengenal sosok Zavier pun cuma bisa manggut-manggut. “Semoga besok aku bisa langsung diterima bekerja. Aku sudah tidak sabar rasanya.”Hal yang ada di dalam benak Russel adalah jika nanti Freya benar benar diterima apalagi sebagai manager, tentu akan memp
“Marvin, adik iparku. Silakan diminum lagi tehnya. Aku masih butuh ide ide lain darimu. Terutama soal konsep acara pernikahanku nanti,” ucap Russel sembari sok berpikir.“Apa kabar temanmu bernama Raymond? Dia harus hadir di acaramu nanti, Kakak ipar. Buktikan bahwa kau tidak butuh dengan pria kaya sombong seperti dia!” sahut Marvin cukup serius, namun hatinya ingin tertawa.Sedikit demi sedikit pintu hati Russel mulai terbuka dan mau menerima cahaya kebenaran itu. Hati yang sempat kotor dan hitam itu pun perlahan mulai memutih dan bersih.Dalam proses berpikir keras dan mendalamnya, akhirnya Russel pun mulai menyadari kekonyolannya selama ini. Dia merasa bodoh mau berada di bawah ketiak Keluarga Harvard, bahkan sampai harus mengorbankan adik kandungnya sendiri.Dan makin lama dia pun makin menyadari bahwa omongan iparnya ini memang banyak benarnya. Raymond merupakan sosok antagonis yang cuma memanfaatkannya saja.Jika Raymond memang baik hati, kenapa Winsoil sampai mengemis dibuatnya?
Jesslyn mendekati Marvin dan menyapa, “Apa kabar? Ada keperluan apa kau di sini, Marvin?”Mendapat sambutan yang cukup mengejutkan, Marvin tidak gelagapan. Dia tersenyum dan membalas, “Kabarku baik. Aku hanya mau bertemu dengan seseorang di Rockxill. Kau, aku sudah bisa menebak, kau bakal jadi sekretaris baru hari ini di Rockxill, Jesslyn.”Jesslyn merapikan kemeja putih dan blazer hitamnya. “Aku cocok pakai rok pendek atau celana panjang seperti ini?” tanyanya dengan mata berbinar.Marvin pun memindai sekujur tubuh putih milik Jesslyn, sekilas tubuhnya mirip dengan bentuk tubuh istrinya, rambut pun sama hitam. Hanya saja, Jesslyn mempenyai bentuk wajah yang cenderung agak bulat dan imut, sementara Gennifer lebih tirus dan teguh.“Menurutku, kau cocok pakai celana panjang seperti ini saja. Katanya, pemilik perusahaan ini lebih suka perempuan yang pakaian cenderung tertutup, dari pada pakaian yang terlalu terbuka. Dan satu lagi, dia tidak suka wani
Hari ini merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi Marvin Rock. Pagi tadi, putra pertamanya telah lahir ke dunia. Marvin memberi nama : Brockley Leofric, persis Pangeran Terbuang. Marvin belum bisa move on dari sosok yang menjadi idolanya semenjak kecil. Pada akhirinya Marvin pun peka. Dalam cerita karangan Pangeran Terbuang, terkait Naga Glory menjadi sangat kaya lantaran menemukan harta karun terpendam, Marvin merasa apa betul itu dirinya? Tapi, Marvin tidak percaya ramalan, dan dia juga tidak percaya bahwa roh seseorang yang telah mati bisa merasuk ke tubuh orang lain. Marvin bukanlah karakter fiksi Naga Glory seolah-olah dia merupakan pria yang telah diramalkan, dan bukan pula karakter asli titisan Pangeran Terbuang. Namun, jika dikatakan sebuah kebetulan, bagaimana bisa semuanya bisa berjalan dengan sangat rapi? Sebuah teka-teki yang masih menyimpan misteri. Marvin memastikan diri bahwa dia merupakan keturunan Pangeran Terbuang sesuai hasil riset Fabrizio beserta pakar seja
“Ayah, maafkan aku karena aku pernah durhaka padamu. Aku merasakan dampak buruk setelah aku tidak berbakti dan berbuat baik padamu.” Werner Rockstone berdiri dari kursi sambil mengangkat tubuh Marvin. Dia menatap heran, “Ayah maafkan kesalahan kau, anakku. Dan ayah juga minta maaf, karena ayah tidak menaruh rasa empati yang lebih kepada mu.” Marvin mengerutkan kening. “Ayah, apa Tuan Arash menghubungi mu?” “Dia berbicara banyak hal denganku selama kau berada dalam perjalanan pulang. Dia sangat berterima kasih karena kau telah membuat anaknya menjadi sembuh dan sehat jiwanya.” “Hurmuz hanya butuh perhatian dan kebijakan dari ayahnya.” Marvin dan Werner berjalan di halaman samping, menjauh dari keramaian. Melihat sikap Marvin terhadap orang lain saja sudah luar biasa, bagaimana sikapnya dengan orang terdekat? “Ayah bangga punya anak seperti mu, Marvin.” Marvin malah membalikkan omongan. “Aku juga bangga pu
Setibanya di Gloriston, Marvin dan Gennifer langsung menuju rumah rumah baru mereka yang sangat megah dan baru beberapa waktu lalu rampung, di distrik Rockley. Rumah yang layak dikatakan sebuah istana kecil, setiap orang pasti ingin bisa memilikinya. Untuk merayakan kesembuhan Gennifer, maka diadakan acara makan besar antara dua keluarga besar, Keluarga Rock dan Keluarga Winston. Semua kerabat terdekat hadir dalam acara di malam hari ini. Tak kurang dari lima puluh orang pun hadir. Russel Winston memeluk Marvin dengan sangat erat dan hangat. “Saudara iparku, apa kau tahu sekarang Winsoil sudah sejajar dengan Harvard Oil? Kita tidak hanya butuh dengan mereka, bahkan kita bisa menyamai mereka.” Marvin senyum. “Bahkan kita akan melampaui mereka, Kakak ipar!” Impian besar Marvin sejak dulu adalah melepaskan ketergantungan dari pengaruh Harvard. Dan sekarang, Marvin telah melampaui impiannya tersebut, sebab Rock Electra dan Winsoil tidak hanya lepa
Selama Gennifer mendapatkan perawatan dan pengobatan di tempat pengobatan tabib Arash, Marvin cukup sering bercengkerama dengan Hurmuz. Ternyata, orang gila atau ODGJ, tidak boleh diacuhkan atau tidak patut untuk tidak dipedulikan, dengan kata lain mereka juga butuh perhatian. Ketika Marvin mengajaknya bicara, rupanya Hurmuz dapat merespons dengan cukup baik jika orang yang berbicara dengannya mau memberikan empati besar, jadi bukan sekadar perhatian semata, namun empati. Marvin berusaha melakukannya terhadap Hurmuz. Di Desa Abayaneh, tidak banyak orang yang paham tentang sejarah kerajaan dan militer zaman dulu. Alasannya karena mereka tidak berminat untuk tahu akan hal tersebut, semantara Hurmuz butuh teman mengobrol dan teman yang satu frekuesnsi dengan dia. Setiap hari Marvin pasti menceritakan sejarah kerajaan tempo dulu bersama Hurmuz, tentang raja-raja, peperangan besar, dan banyak hal. Hurmuz sangat senang ketika Marvin mau mendengarkan ceritanya
Harven menyelesaikan rapat karena Aleya tak kunjung mau berbicara. Dia segera menyuruh tiga rekannya untuk bekerja seperti biasa, sementara dia dan Aleya melanjutkan pembicaraan di ruangan CEO, tertutup. Setelah dipaksa secara terus-menerus, barulah Aleya mau bicara. “Aku tidak bisa mengatakan tidak karena semua yang dikatakan oleh mereka bertiga terbukti benar.” “Aleya, sabtu malam minggu itu aku melihat kau dengan mata kepalaku sendiri. Kau berduaan dengan Raymond. Minggu pagi, aku bersama Scott membuntutimu di hotel. Setelah itu, aku pergi ke rumah Fany, di sana aku menyaksikan apa saja yang telah dia bongkar. Aku mengumpulkan mereka hanya untuk menjadi saksi penguat. Aku sendiri adalah saksi utamanya.” “Maafkan aku, Tuan.” “Berapa Raymond membayar kau, Aleya?” Alasan kenapa Aleya mau menerima tugas berat dan berbahaya ini adalah karena ayahnya merupakan seorang buruh di One Tesla, pembangkit listrik milik Harvard. Sebenarnya, aya
Harven stop di depan salah satu tempat makan yang cukup jauh dari pusat kota Gloriston. Tapi mereka tetap berada di dalam mobil. Sengaja tidak turun karena hanya untuk memastikan siapa wanita di sana. “Aleya bersama Raymond?” gumam Harven lalu tersenyum getir. Tiga orang lainnya tak berkomentar. Sejurus kemudian, Harven menelepon Aleya. “Sedang di mana?” tanya Harven. “Di rumah. Sengaja tidak keluar karena jalanan pasti macet, kan ada pertandingan.” Mata Harven tak henti mengawasi Aleya dari kejauhan. “Ya, aku dan teman-teman baru saja selesai menonton pertandingan. Baguslah kalau kau berada di rumah. Jalanan kota memang macet. Tapi ada jalur lain yang tidak macet. Di sini tidak macet.” “Ya hati-hati di jalan.” KLIK! Harven bukan cemburu, tapi curiga. Apa hubungan antara Aleya dan Raymond Harvard? Malam ini dan minggu besok, empat pria itu sibuk dengan berbagai macam tugas.
GOAL! 1 – 3. Di menit ke delapan puluh, sang pelatih terus memutar otak agar timnya keluar dari lubang jarum kekalahan, namun upaya keras dari sang pelatih tak menuai hasil baik. Kata-kata kotor dan botol plastik pun mengarah ke dua bench pemain. Kesal sama tim sendiri dan muak melihat kemenangan tim lawan. Satu per satu penonton mulai meninggalkan stadion karena mereka yakin bahwa tim kesayangan mereka tidak bakal menang. Sungguh, hasil buruk dan mengecewakan. GOAL! 1 – 4. Ketika peluit panjang ditiupkan, saat itu pula kericuhan besar terjadi di dalam stadion maupun di luar stadion. Para penonton tidak terima atas hasil buruk pada pertandingan hari ini. Mereka mengamuk kepada tim sendiri dan juga kepada tim musuh. Jika pihak keamanan tidak sigap, pasti bakal ada korban jiwa dan banyak fasilitas stadion yang rusak. Harven mengawas ke atas, ‘Tiga bajingan itu sudah melarikan diri rupanya’. Ketik
Ini adalah pertandingan pembuka di musim yang baru dan kebetulan bermain di kandang, dan sangat kebetulan pula bertemu Iron United, musuh terberat yang selalu membayangi. Iron United menjadi tim tersukses selama lima tahun belakangan. Mereka memborong lima gelar juara liga secara beruntun dan total mereka tela mengoleksi sebanyak lima belas kali juara di Chemisland League One. Membaca data yang ada sekarang, di mana Gloriston FC sedang terpuruk dan juga Iron United sedang naik daun, dan meskipun bermain di kandang, Gloriston FC tidak dijagokan menang pada pertadingan kali ini. Banyak pengamat yang memberikan prediksi bahwa Iron United bakal menguasai permainan dan memenangkan laga walaupun dengan hasil yang tidak mencolok, menang tipis. Scott murka. “Sial!” umpatnya menyeringai. “Tiga pemain top kita dijual musim ini. Ketika ada mereka saja, klub tidak bisa juara, apalagi mereka tidak ada. Mereka merupakan pemain kunci, dua gelandang dan satu striker.”
Akhir pekan pun tiba. Sabtu sore, Harven menjemput satu per satu temannya dengan menggunakan Audi mewah berwarna hitam. Unik memang, seorang bos besar perusahaan mendatangi tempat tinggal anak buahnya dan melakukan penjemputan. Sebab biasanya, mana ada bos seperti Harven? Di dalam perjalanan, masih saja Harven, Jack, dan Fany memuntahkan sejumlah olokan dan tertawaan. Jack merangkul Scott lekat dan akrab sembari berkata, “Scott, aku kepinginnya pertandingan diundur sampai pekan depan karena aku masih belum puas mengolok kau. Hahaha.” Fany yang berada di samping Harven tak bisa untuk tidak tertawa. “Scott, selama empat hari belakangan aku tidak pernah melihat kau senyum dan ketawa. Apa kau sedang dalam masa haid?” Harven melihat spion dalam dan memfokuskan pandangannya ke wajah Scott. “Astaga! Scott, aku harap kau tidak punya dendam pribadi. Jangan gara-gara kalah taruhan kau lantas membenci aku. Hahaha.” Meledaklah tawa di