Share

LIMA PULUH DUA

Karena suaminya tiba-tiba mendapat telepon dari sekretarisnya, bahwa ada rapat penting dengan kliennya, mereka harus membatalkan niatnya untuk ke rumah sakit. Sebelum turun ke gedung apartemen Ruby menegaskan untuk menenangkan kekesalan suaminya. “Aku bisa membeli alat tes kehamilan. Kalau masih belum percaya, masih ada hari esok ke rumah sakit, kan?”

Attar mengangguk, tapi rasa kesalnya masih belum luruh dari hatinya. “Take care, ya, Sayang,” sebelum istrinya keluar mobil, diciumnya dahi istrinya.

Heran. Suaminya tak pernah bosan menciumnya di mana saja. Apakah itu reaksi dari pengantin baru? Selalu memberi perhatian yang berlebihan? Tak apalah, daripada ia dicueki oleh suaminya.

Ruby segera membeli alat tes itu di apotek. Begitu mendapatkan alat “penentu” hidupnya itu, ia langsung melakukan tes dengan urinnya. Ya Allah… semoga saja dua garis merah muncul di kertas kecil yang berada di tangannya.

POSITI

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status