Uncle, denger gosipnya dari mana Uncle? Hot banget, saya gak pernah tahu ada gosip seperti itu." Zaid sudah terbiasa mendengarkan gosip gosip dari Uncle, tapi yang satu ini sangat aneh."Banyak yang membicarakan loh Zaid. Katanya CEO itu punya wajah tampan dan karismatik. Uncle sangat penasaran dengan pemuda itu. Penasaran apa gosip itu benar atau engga.""Iya iya. Nanti bakal ketahuan benar atau engga gosipnya Uncle. Oh iya gimana menurut Uncle?" Zaid menanyakan penampilannya. "Seperti biasa, sangat gagah dan pas banget di kamu, Zaid."Mendengar pujian dari Uncle, Zaid tersenyum. "Mas, gimana yang ini?" Diandra muncul dari ruang fitting. Zaid melihat ke arah Diandra dan mengagumi kecantikan Diandra yang alami. "Apapun yang dipakai oleh Diandra sangat bagus, Uncle tidak salah mengusulkan untuk mencoba gaun ini.""Jadi gimana Mas?"Diandra belum juga mendapat jawaban. "Mas Zaid!" Panggil Diandra lagi. "I.. I..ya.""Iya apanya?""Kita sewa yang ini aja Di. Bagus di kamu, bajunya."
"Mas, Mas Zaid! Kok lama banget sih Mas. Ribet banget deh, Diandra udah selesai dari tadi. Sekarang malah Mas Zaid yang belum selesai juga!" Teriak Diandra di depan pintu kamar mandi. Zaid sudah tiga kali bolak balik toilet karena sakit perut. "Sabar Di! Bentar!""Dari tadi ngomongnya gitu terus Mas. Kalau kamu sakit perut, kita tunda aja ke rumah Mamanya, ya?""Tunggu bentar Di! Mas masih mules. Bentar lagi hilang kok mulesnya.""Iya, bentar doang lagi kan Mas?" "Iya"Setelah mendengar ucapan Zaid, Diandra segera menunggu di luar rumah. Ia berusaha bersabar, lagian tidak mungkin membatalkan janji temu dengan dengan Mama mertuanya itu. Sedikit terlambat tidak masalah dari pada tidak jadi datang. Lima menit menunggu akhirnya Zaid menghampiri Diandra. Wajahnya sangat pucat dan terlihat sangat tidak sehat. "Kamu beneran gak papa Mas?" Tanya Diandra. "Gak papa Di. Cuman mules aja.""Oh iya iya Mas. Diandra aja yang bawa mobilnya ya Mas.
"Suntik aja Dok. Takut gak takut, tetap suntik. Kondisi Mas Zaid udah mengkhawatirkan banget!""Baiklah Bu. Kalau gitu disuntik ya Pak!"Mau tidak mau, Zaid manut saja. Semuanya juga demi kebaikan dirinya. Setelah urusan di rumah sakit selesai, Diandra dan Zaid segera menuju rumah Mama Zaid. "Mas, gimana? Udah enakan belum?" Tanya Diandra. "Hemm.. Udah lebih baik Di.""Yakin?" "Iya.""Oke, bentar lagi kita sampai ya Mas.""Iya iya. Selow Diandra. Santai," Jawab Zaid."Belok kiri!""Iya iya. Diandra inget kok jalan ke rumah Mas Zaid. Berkesan banget, gak akan lupa Diandra tu Mas. ""Kok bisa?""Biasalah, waktu itukan gak sengaja ikut Mas Zaid ke rumah Mas Zaid. Eh taunya sampai di rumah Mas Zaid rame banget, ada acara keluarga. Dan disana juga Diandra pertama kali ketemu Maya. Dia udah keliatan gak suka aja sama Diandra, Mas!""Gitu ya?""Hemm.. Pake ditanyain lagi gak tuh!""Iya maaf Di. Kita udah sampai nih. Rumah yang di depan itu, Di.""Oke, kita sampai." Diandra menyetir mobil
"Mas, Diandra jadi susah napas." "Masa sih Di?""Iya beneran. Mas modus ya mau meluk meluk Diandra?""Astaghfirullah, siapa yang dikatain modus? Kamu tadi yang meluk Mas duluan," Protes Zaid. "Hahaha iya sih. Ya udah meluknya jangan kenceng kenceng. Diandra juga meluk Mas karena Mas kedinginan. Gak ada maksud apa apa loh.""Iya Mas tahu kok. Sekarang jadi hangat dan nyaman. Nyaman banget Di.""Emang gitu?" Tanya Diandra. "Iya, istri itu tempat ternyaman bagi suaminya kalau kata orang orang Di.""Ohh" Diandra hanya mengatakan satu kata. Ia sudah sangat mengantuk dan menutup kedua matanya. "Diandra, kamu udah tidur ya?" Tanya Zaid. Diandra belum sepenuhnya tertidur, tapi ia sudah tidak mau menjawab pertanyaan Zaid. Zaid pasti akan terus terusan mengajaknya mengobrol karena Zaid pasti tidaknl bisa tidur, sedangkan dirinya sudah harus beristirahat. "Diandra," Panggil Zaid lagi. Zaid memeluk Diandra dari arah yang berlawanan. Wajah
"Jatuh cintalah pada Mas, suamimu ini Diandra!" Zaid mengatakannya sangat serius. "Hah?" Diandra terperangah. "Jatuh cintalah pada Mas!" Zaid mengulang ucapannya. "Gimana caranya? Apa mungkin bisa?" Diandra bingung. "Jatuh cintalah dengan cara apapun!""Hahaha.. Kok kamu serius banget Mas. Diandra jadi gagal paham Mas.""Mas jatuh cinta sama kamu, makan jatuh cintalah pada Mas. Mari kita hidup dan membangun rumah tangga seperti pasangan lainnya.""Wush!! ngawur ya Mas? Ini bukan drama romantis seperti di film film. Kisah dan hubungan kita sangat rumit Mas.""Kita buat mudah dong Diandra.""Mana bisa!""Engga bisa gimana?""Ya engga aja Mas. Diandra jatih cinta sama kamu gitu maksudnya?" Tanya DiandraZaid mengangguk. "Gimana caranya? Karena apa Diandra jatuh sama kamu, Mas?""Karena pesona Mas, kebaikan, dan lain lainnya dong Di. Karena sikap dan kharismatik Mas." Zaid sangat percaya diri apa yang dimilikinya akan membuat Diandra jatuh cinta. "Cinta itu datangnya dari hari yang
"Kamu ngapain aja? Kan kamu tiba sejam lebih cepat?""Gak ada, cuman ngobrol aja.""Ngobrol sampe sejam lebih gitu?""Hem.." "Serius?""Iya loh Mas. Kamu kok tiba tiba kayak detektif?"Diandra dan Zaid seolah mengabaikan kehadiran Farid diantara mereka. "Mas nanya doang kok. Ngapain aja, lama loh itu sejam!""Kan Mmas Farid itu temen kecil Diandra dulu Mas. Kami ngobrolin masa lalu dan ini itulah. Kenapa kamu kepo banget Mas?""Gimana gak kepo, kamu keliatan akrab banget gitu. Mas aja jadi salah paham ngeliat keakraban kalian tadi.""Oh.. Cemburu toh?""Enggak. Ngapain juga cemburu? Cemburu sama kamu juga gak mungkin lah." Zaid tidak senang mendengar Diandra mengatakan dirinya cemburu. "Yakin?" Goda Diandra. "Yakinlah, ngapain juga Mas cemburu sama kamu. Pak Farid itu juga gak perlu dicemburuin. Senior Mas itu kok. Mas juga kenal, orangnya gak aneh aneh.""Oh ya udah," Jawab Diandra santai. ***Setelah rapat Diandra dan Zaid mengobrol masih di ruangan rapat. Mereka membahas hal h
Di, kamu serius gak ada hubungan apa apa sama Mas Farid?" Pertanyaan itu keluar lagi dari mulut Zaid. "Uhukk.. Uhukk.." "Kenapa Di? Minum dulu!" Zaid memberikan segelas air. Diandra meminumnya sambil terus melirik ke arah Zaid. "Hahh" "Gimana, udah enakan?" Tanya Zaid. "Mas, kamu kenapa nanyain Mas Farid terus sih?" Tanya Diandra. Diandra sedikit terganggu dengan perilaku Zaid. "Kan kamu udah dari kecil kenal, emang gak pernah ada rasa saling suka gitu?""Kalau pernah emang kenapa Mas?""Ohhh.." Sahut panjang Zaid. Zaid mengangguk-angguk. Seolah mendapatkan jawaban atas pertanyaan sejak tadi. "Oh apa Mas? Kamu udah berhasil mendengar apa yang pengen kamu dengar ya?""Iya," Jawab singkat Zaid. "Kamu cemburu ya Mas?" Tanya Diandra. Zaid mengangguk. "Cemburu ya, berarti Mas suka sama Diandra?""Udah dibilang emang iya. Suka, tertarik, sayang.""Hahah.. Jangan bercanda ah Mas! Kelihatan natural banget tuh ngomong
Drett.. Drett... Drett.." Ada telepon masuk di ponsel Diandra. "Mas.. Bantu saya ke rumah Sakit X. Saya harus segera tiba disana," Ucap Diandra lirih. "Mba memang harus ke rumah sakit. Kami akan bantu Mba. Kita ke rumah sakit terdekat aja Mba.""Kita harus ke rumah sakit itu Mas. Ibu saya sedang tidak sadarkan diri, saya harus segera tiba disana.""Oh iya iya Mba. Ayo kami bantu."Salah satu Pemuda itu menumpangi Diandra ke rumah sakit. Pemuda itu tidak bertanya apapun dan mengebut. Kondisi Diandra cukup memperihatinkan. Sekitar 10 menit, mereka udah sampai di tujuan. "Mba.. Mba... Ini kenapa?" Tanya seorang Perawat begitu Diandra tiba disana. "Pasien atas nama Bu Rina ada dimana, Sus?" Diandra mendekat ke Perawat itu. "Dokter Dokter!" Teriak Perawat itu. Keriwehan di UGD bertambah dengan kehadiran Diandra. Mendengar suara Perawat yang panik, Rinal langsung melihat ke sumber suara. Sudah lebih 15 menit Rinal mencoba menghubungi Diandra