Hahaha.. Kita Nikahnya kan gak beneran kayak orang orang Pak," Jawab Diandra.
"Loh, gak beneran gimana?""Iya Pak, nikahnya kita kan nikah kontrak Pak.""Jangan aneh aneh Pak," Ucap Diandra."Please call Mas, Di.""Iya iya. Saya panggil Mas," Ucap Diandra. Diandra malas bertengkar."Kuy buruan Mas Zaid nyetirnya.""Iya, ini juga udah cepat Dian.Zaid menambah kecepatan mobilnya. Sekitar dua puluh menit mereka sudah sampai di pusat perbelanjaan."Mas mau ikut gak?""Hemm.. Wait wait." Zaid segera menyusul Diandra.Zaid menggandeng lengan Diandra tanpa canggung."Eh.. Eh.. Apa apaan ini Mas?""Hushh jangan protes," ucap Zaid."Astaghfirullah," ucap Diandra.'Kayaknya keputusanku salah Ya Allah.'"Kita beli apa aja Di?" Tanya Zaid."Banyak Mas.""Ya udah, Mas temenin.""Iya boleh," Ucap Diandra.Memasuki swalayan, Diandra langsung Menuju bagian makanan dan keperluan dapur, sedangkan Zaid mengikuti"Mas minta ganti panggilan jadi Mas. Okelah boleh ya. Sekarang mau minta tidur di kamar yang sama. Besok besok gimana lagi Mas?""Ya mungkin lebih dari itu Di," Ucap Zaid. "Maksudnya gimana? Saya gak ngerti Mas.£"Coba kamu bayangin kalau orang tua saya atau Ibu kamu datang kesini Di, terus barang barang kamu ada di kamar lain. Kita bisa dikira gak kayak pasangan suami istri beneran Di. Kamu mau mereka bertanya tanya tentang hubungan kita. Kita juga harus belajar akting biar kelihatan kayak pasangan beneran Di.""Hohh.. Itu saya tau Mas. Tapi ya, entar bisa kita atur, gak berarti setiap hari harus tidur di kamar yang sama.""Terserah kamu mau tidur dimana Di. Saya udah jelasin maksud saya sama kamu," ucap Zaid. Zaid segera beranjak menuju ke kamarnya dan meningggalkan Diandra begitu saja. Melihat perilaku Zaid barusan, Diandra merasa sedikit kecewa dan marah. 'Aku tidak tahu bagaimana aku akan menjalani rumah tangga ini Ya Alllah,' batin Diandra. Diandra tidak tahu dia harus tidur
Dian.. Di.. Dian!!" "Hemm.." Sahut Diandra. "Diandra, ayo bangun! Kita ke rumah sakit sekarang juga!" Ucap Zaid. Diandra membuka matanya dan melihat ke arah Zaid. Wajah Zaid terlihat begitu khawatir. "Ayo bangun! Kamu demam panas banget Di," Jelas Zaid. "Sa..ya.. dingin.. Mas."Tanpa banyak bicara, Zaid memapah Diandra keluar dari rumah. Segera ia melajukan mobilnya menuju rumah sakit. Sekitar 30 menit berkendara, Zaid tiba di rumah sakit. Demam Diandra masih begitu panas. "Kamu duduk disini aja dulu Di, Mas mau daftar dulu.""Hemm.." Ucap Diandra. ***Setelah diperiksa oleh Dokter, Diandra akhirnya menginap di rumah sakit. Demamnya perlahan berangsur turun. Zaid pun tidak memberitahu Ibu Diandra karena takut Beliau khawatir. Sekarang Zaid sedang duduk di samping ranjang Diandra yang sedang tertidur. "Hari yang sangat melelahkan," gumam Zaid. Sepanjang hari ini banyak yang terjadi dan menguras emosinya. 'Saya sampai
"Yee.. Namanya juga saya usaha Di. Udah kamu tenang aja, masakan saya pasti enak kok.""Masa sih? Awas kalau engga ya Mas," ucap Diandra. "Kalau gak enak emangnya kenapa?" Tanya Zaid. "Ya mending saya masak sendiri dong kalau gitu," ucap Diandra. "Hahaha.. Kirain kan, mau dibuang gitu. Gak dimakan.""Gak gitu juga dong Mas Zaid. Saya makan walau gak banyak.""Iya udah tenang aja deh! Mas mau lihat bahannya bisa masak apa," ucal Zaid. Beberapa detik berlalu, Zaid berhasil memilih bahan masak yang akan diolahnya menjadi makanan. Zaid mengambil beberapa seafood dan menanak nasi. Ia memilih untuk memasak hidangan lauk. Beberapa rmelah juga sudah dikupas oleh Zaid. 'Sepertinya Mas Zaid pandai memasak. Dilihat dari caranya memotong bahan makanan dan kedekatannya,' pikir Diandra. Tidak tahan hanya melihat, Diandra akhirnya mengomentari cara Zaid memasak. "Kamu belajar masak dari mana Mas? Kelihatannya ahli banget?" Tanya Diandra. "Otodidak Di. Kan saya dulu lama di luar negeri. Saya
"Entahlah Mas. Saya gak tahu harus bicara apa! Sepertinya menjadi istri kamu sudah ditakdirkan dalam hidup Saya. Namun, saya gak pernah kepikiran kalau saya akan menjadi anak yang gagal di depan mata Ibu saya," ucap Diandra. "Maksudnya?" Tanya Zaid. "Apa yang telah terjadi telah menyatukan kita sebagai sepasang suami-istri, ini sudah takdir dari Tuhan. Tapi menjadi Putri yang membuat Ibu saya malu, gak pernah terpikirkan sama saya. Rasanya saya telah gagal menjadi anak yang baik buat Ibu saya.""Kamu salah Di. Justru sebaliknya, Ibu kamu mengatakan kamu adalah Putri terbaiknya. Ibu berpesan sama saya untuk menjaga dan ngebahagiain kamu. Ibu kamu bangga bisa melihat kamu seperti sekarang. Tapi karena kesalahannya, kamu tiba-tiba menjadi sangat malang.""Ibu saya ngomong gitu sama Mas?" Tanya Diandra. "Iya," Sahut Zaid. "Ibu.." Mata Diandra berkaca-kaca. 'Ibu gak salah apa apa Bu. Ini semua karena Diandra yang gak bisa jaga diri.'"Kamu nangis lagi Di?" Tanya Zaid. "Enggalah. Ngapa
"Selama Ibu libur, Pak Zaid juga menghilang Bu. Berita berita yang isinya gosip tentang Pak Zaid semuanya juga hilang.""Gosip yang mana Sequ?" Tanya Diandra. "Gosip Pak Zaid tidur dengan karyawan misterius di kantor kita ini juga Bu," Jawab Sequ. "Astaghfirullah, gosipnya jahat sekali," ucap Diandra. "Iya Bu, syukurlah sekarang berita gosipnya udah gak ada. Mungkin udah dibanned sama Pak Zaid. Tapi saya heran kok bisa ada gosip kayak gitu ya Bu? Tanya Sequ. "Mungkin orang yang suka sama Pak Zaid, Sequ. Saya kurang tau juga," Jawab Diandra. "Tapi ini aneh banget sih Bu. Saya tahu saingan bisnis Pak Zaid pasti banyak, tapi Pak Zaid yang dinginnya udah kayak es batu hitu digosipkan tidur dengan seorang karyawan wanitanya, it not logic. Kapan coba Pak Zaid ngedeketin karyawan wanita di kantor kita?""Entahlah Bi, Saya juga gak tahu. Orang nyebelinnya kelewatan kayak gitu, siapa yang mau coba! Hahaha..""Hahahah.." Tawa Bianca dan Sequ. 'Untunglah mereka bisa tertawa mendengar ucapan
"Sebelum Ibu mengatakan hal yang kurang baik tentang saya dan keluarga saya, saya ingin menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi Bu. Saya gak akan menyusahkan Pak Zaid kok, Bu." Zaid segera mengenggam tangan Diandra. "Biar Zaid yang jelasin Ma," ucap Zaid. "Apa yang sebenarnya terjadi Zaid?" Tanya Bu Tata. "Begini Ma," Zaid mulai menjelaskan perkara yang dimaksud olehnya. Segera Zaid berjalan ke arah pintu dan mengunci pintu itu agar tidak ada yang menganggu obrolan mereka nanti. "Mama jangan emosi atau memotong pembicaraan Zaid nanti ya Ma. Zaid mau cerita panjang dsei awal sampai berita itu akhirnya terpublish.""Oke, Mama juga penasaran apa yang sebenarnya terjadi sayang."Bu Tata duduk berhadapan dengan Zaid, sementara itu Diandra duduk dengan jarak yang lebih jauh dari sebelumnya dengan Bu Tata. Zaid mulai bicara, dan Diandra menjadi pendengar dan pemantau pembicaraan anak dan Ibu itu. Terjadi tanya jawab di sela sela pembicaraan keduan
"Itu loh Bu, Mama Pak Zaid tadi nyapa kami. Wajahnya kelihatan bahagia banget Bu, apa ada berita baik, Bu?" Tanya Fifi. 'Apa maksud mereka ya?' Pikir Diandra. Diandra ingat ekspresi wajahnya Bu Tata saat meninggalkan ruangan Zaid tadi. "Maksudnya gimana ya Fi?" Tanya Diandra. "Mama Pak Zaid kelihatan seneng dan lebih ceria Bu setelah keluar daru ruangan Pak Zaidz dari lads sebelumnya" Jelas Fifi. "Astaghfirullah," Gumam Diandra. "Ada apa Bu?" Tanya Bianca. Bianca sudsh penasaran la yang terjadi di dalam ruangan Zaid. Ia sekarang justru lebih tertarik dan khawatir terjadi sesuatu yang kurang baik sama Diandra. Wajah Diandra kelihatan lebih pucat dari pada pagi tadi."Enggak papa Bi. Cuma agak kurang enak badan aja.""Gak terjadi apa apa di dalam tadikan Bu?""Engga kok. Mamanya Pak Zaid cuma berkunjung biasa aja. Beliau mau dibantu untuk memilih beberapa keperluan dalam rangka memperingati ulang tahun2 Pak Zaid," Jelas Diandra. "Hohh.. Karena
Zaid merasa sulit bernafas karena Diandra memeluknya sangat erat, Zaid segera bergerak untuk melepaskan pelukan Diandra. Pelan pelan Zaid mengangkat lengan Diandra dari tubuhnya. Baru Zaid mengangkat lengan Diandra, kini giliran kakinya pula yang mendekap erat Zaid. "Astaghfirullah.. Lasak banget Kamu, Diandra.""Dian, Diandra!" Zaid coba membangunkan istrinya itu. Beberapa kali Zaid mencoba, tapi tidak ada reaksi dari Diandra. Zaid yang sedikit kesal menyerang balik Diandra. Kali ini Zaid yang memeluk erat Diandra. Mereka saling berpelukan. "Eughh.." Diandra merasakan ada yang memeluknya tapi ia masih bisa tertidur pulas tanpa hambatan apapun. 'Gimana ini?' Batin Zaid. Zaid jadi mati kutu dan sangat kikuk. Maksud hati ingin membuat sang istri merasakan kesulitan yang ia rasakan, tapi malah ia semakin tersiksa. Zaid segera melepaskan pelukannya dari Diandra. Zaid juga mencari cara agar dirinya bisa terbebas dari dekapan yang agak sedikit sesak dari Diandra. Namun beberapa kali