"Wah.. Mulai nih, saya gak rencana ngajak Bapak ribut ya Pak!" Retina mata Diandra membelalak. 'Benar benar gak tau diri nih orang!' Umpat Diandra dalam hati. "Diandra..!" Bu Rina mencegah Diandra untuk berbuat lebih jauh. "Maaf Bu, habisnya Pak Zaid resek banget.""Gak papa Bu, saya udah maafin Diandra kok Bu," ucap Zaid. "Ini Pak diminum!" Diandra meletakkan cangkir yang berisi teh buatannya di depan Zaid. "Silahkan diminum Nak Zaid," Ucap Bu Rina. "Terima kasih Bu," Ucap Zaid. Bu Rina juga mengambil gelas lain yang juga berisi teh buatan Diandra. Diandra juga membuatkan sang Ibu teh. Zaid mengangkat cangkir teh, dan langsung menyeruput teh buatan Diandra itu. "Huk.. Uhuk.." Zaid langsung tersedak karena teh itu. "Nak Zaid, kamu gak papa?" Tanya Bu Rina. "Tehnya rasanya asin banget Bu, uhuk..uhuk..""Minum airnya Pak," Diandra menyodorkan segelas air putih. Zaid langsung menyambar dan meminum air putih itu. D
"Astaghfirullah Diandra.. Kalau ngomong itu apa gak bisa gak mancing emosi saya?" Zaid semakin mendekat ke Diandra. "Ih.. Bapak ngapain sih deket banget sama saya?" Diandra sedikit risih. "Saya makan juga kamu Di," Bisik Zaid di telinga kanan Diandra. "PLAKK!!" Sebuah tamparan tepat mendarat di pipi Zaid. Wajah Zaid langsung merah akibat tamparan keras dari Diandra. Seketika dunia rasanya dunia Zaid berhenti. Seumur hidup dia tidak pernah ditampar oleh siapapun. Zaid pastinya shock dengan reaksi Diandra. "Dian, kamu...?" Zaid menatap lekat mata Diandra. "Kenapa? Bapak mau marah? Siapa yang mancing mancing saya duluan?" Mata Diandra membelalak. "Astaghfirullah, andai saja itu orang lain.. Pasti sudah saya bales.""Ohh.. Bapak ada rencana ngebales saya? Nih. Kalau berani," Diandra menyodorkan wajahnya pada Zaid. "Diandra, saya cuma mau bicara sama kamu. Apa kamu gak bisa sedikit saja calm dan dengarkan saya!""Kan saya udah bilang, angga
Emang aku ini hantu Di? Pake ngucap segala kamu ya," Protes lawan bicara Diandra. "Hahaha..." Tawa Diandra pecah karena respon dari sang lawan bicara yang tidak terduga. "Ditanya malah ketawa sih," ucap Zain. Zain bermaksud ingin menyelesaikan pekerjaannya sebelum berangkat ke luar negeri pagi. Sewaktu memasuki parkiran, Zain melihat motor Diandra di parkiran. Zain langsung menuju ruang kerja Diandra untuk menyapanya. "Iya bener, kamu kayak hantu Zain. Hahaha.." Jawab Diandra. "Dasar! Ngomong sembarangan. Mana ada hantu secakep aku Di. Ngawur kamu.""Hahaha.." Sejenak Diandra lupa tentang obrolannya dengan Zaid tadi. "Kemarin kamu libur kemana? Kok gak bisa dihubungi?" Tanya Zain. "Wah.. Sepertinya semua orang heboh karena aku tidak masuk kerja, ya?""Bukan gitu, biasanya si Bos kan pasti akan mencegah kamu libur. Kali ini si Bos juga tidak mampu menghalangi kamu libur.""Hoh.. Aku menggunakan cuti tahunanku Zain. Sesekali istirahat dari neraka ini boleh la ya," Jelas Diandra.
"Hassyu.. Hassyu.." Diandra bersin bersin. "Seperti kamu kena flu sih, Di.""Ah... Enggak Zain. Mungkin karena kedinginan aja ini mah.""Hassyu.. Hassyu.." Bersin bersin Diandra makin parah. "Bu Dian... " Suara seorang wanita terdengar menggelegar dan berhasil mengejutkan keduanya. "Bianca.." Gumam Diandra. Bianca berlari ke arahnya dan memeluk Diandra. "Bu Dian.. Apa Ibu baik baik saja?" Bianca mendekap erat Diandra. "Hmm.. Saya baik baik saja," Diandra mencoba melepas pelukan Bianca. Bianca memeluknya terlalu erat dan membuat Diandra kesulitan bernafas. "Syukurlah, kami pikir telah terjadi sesuatu Bu.""Hassyu.. Hassyu.. " Diandra kembali bersin bersin. "Sepertinya kamu kena flu Di, aku beli obat untuk kamu dulu ya," Inisiatif Zain. "Aku selalu merepotkan kamu Zain, maafkan aku ya," Diandra merasa tidak enak. "Hmm.. Tidak perlu sungkan Di, kayak sama siapa aja.""Hemm.. Makasih banyak ya," ucap Diandra. Bianca menjadi pemerhati diantara mereka berdua. "Aku pergi dulu ya
"Ada apa Jo? Apa terjadi...?" Diandra tidak menyelesaikan kata katanya. Jojo langsung mengangguk tanda kata iya. "Apa itu?" Tanya Diandra. "Kita lansung ke lokasi aja, Bu!" Ajak Diandra. Segera Jojo dan Diandra menuju tempat yang dimaksud Jojo. Sekitar 40 menit berkendara, Jojo dan Diandra tiba di tempat yang dituju. "Astaghfirullah, apa yang terjadi disini?" ucap Diandra. "Apa yang terjadi Jo?" Tanya Diandra. "Angin pusing beliung Bu, semuanya jadi kacau!" Jelas Jojo. "Astaghfirullah, kenapa harus terjadi sekarang?" Keluh Diandra. Mereka sedang berada di lokasi syuting, tepatnya di salah satu venue outdoor. Mereka akan syuting salah satu brand disana. Persiapan yang telah disiapkanpun kacau balau, sedangkan mereka harus syuting pagi sekali esok hari. "Apa yang harus kita lakukan Bu, kita tidak akan punya waktu untuk memperbaikinya sampai besok.""Saya akan menelpon tim yang bisa membantu kita," ucap Diandra. "Tapi propertinya Bu... " ucap Jojo. "Saya memikirkan ide lain
"Ayo masuk Di!" Ajak Daniel. Diandra masih berdiam di posisi ia berdiri. 'Apa gak papa aku masuk ke dalam ya?' Batin Diandra. "Hemm.. Ini juga mau masuk," Jawab Diandra. Entah mengapa langkah kaki Diandra terasa berat. "Yauda ayuk!" Ajak Daniel lagi. Daniel dan Zain tinggal di rumah yang berbeda dan sebenarnya Diandra sudah sering ke rumah Daniel dahulu sekali. Tapi malam ini kecanggungan itu pasti ada. Diandra memantapkan diri untuk masuk ke dalam rumah. Diandra berjalan di belakang Daniel. Diandra melihat lihat isi rumah itu selama mengekori Daniel menuju dapur di rumahnya. "Tap.. Tap..""Tap.. Tap.." Langkah kaki keduanya beriringan. Setibanya Daniel di dapur, langkah kaki Daniel berhenti tiba-tiba dan mengejutkan Diandra. "Brukk!!" Diandra menabrak tubuh Daniel yang hampir sama posturnya seperti tubuh Zaid. Tinggi dan tegap, dengan paras rupawan. Warna kulit sedikit lebih gelap dari kuning langsat dengan rambut lurus "Aduhh..
Dani yang bakal anterin Dikara, Bu. Sebentar lagi pasti sampe rumah kok Bu," Ucap Daniel. "Sebentar lagi? Lambemu itu kalau ngomong ya Dan, gak realistis!" Kesal Diandra masih belum hilang. "Gak realistis gimana sih Mba Diandra Dikara?" Tanya Daniel. "Dari sini ke rumah aku paling engga sejam Daniel Angkasa.""Udah udah, kok jadi berantem sih!" Ucap Bu Rina. Bu Rina dari tadi menyimak pembicaraan keduanya yang agak frontal. "Tuh.. Kan kamu, Di. Malu sama Ibu kamu," ucap Daniel. "Kamu sih. Udah yuk, anterin aku pulang beneran. Katanya tadi mau nganterin aku!""Astaghfirullah, kayaknya kamu udah lupa bantuan yang aku berikan beberapa jam lalu. Berani beraninya memerintah aku ya," Ucap Daniel. "Heheh.. Iya iya maafkan saya Bapak Daniel Angkasa. Boleh bantu anterin saya pulang sekarang?" Tanya Diandra. "Nah gitu, baru bener ngomongnya. Enak di dengar. Iya kan, Bu?" Daniel melibatkan Bu Rina kembali. "Iya Nak Dani. Hati hati di jalan ya," ucap Bu Rina. "Iya Bu, assalamualaikum."S
"Huekk.. Huekk.. Huk.. Uhukk""Huekk.. Huek.. " Langkah Zaid langsung berhenti dan melihat Diandra yang ada di belakangnya. Zaid bisa memastikan suara itu berasal dari Diandra. "Kamu kenapa Di?" Zaid mendekati Diandra. "Mual banget Pak. Huek.. " Diandra mencoba sedikit menjauh dari Zaid. Ia takut jika muntah beneran, akan mengenai Zaid. "Huek..""Di, atau jangan jangan kamu? Enggak kan, Di?" Tanya Zaid."Wus gak usah ngawur ya, Pak. Ini gak ada kaitannya dengan kejadian itu.""Kamu udah cek?" Tanya Zaid. "Jangan bikin saya jadi parno dong, Pak. Huek.. ""Berarti kamu belum cek?" Tanya Zaid kembali. "Belum lah, dan gak akan. Udah deh, Bapak malah bikin saya tambah mual. Minggir Pak!"Diandra berjalan meninggalkan Zaid dengan rasa sangat kesal. Sedangkan Zaid masih tertekgun dengan apa yang dilihatnya tadi. 'Ya Allah, semoga saja yang dikatakan Diandra itu bener.' Pikiran dan perasaan Zaid jadi tidak tenang karena itu. Se