Beranda / Romansa / Married With My Bodyguard / Bab 3. Bertemu teman lama.

Share

Bab 3. Bertemu teman lama.

Penulis: Oot
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Evan, is that you?" Bola mata Wilda membulat menandakan dia sangat terkejut mendapati Evan duduk di hadapannya. Lebih tepatnya, di kursi para mahasiswa barunya. Evan, teman lama yang pernah menjalin kasih dengannya, selama masih duduk di bangku kuliah. Mengapa dia ada di sana? Apa Evan melanjutkan sekolah mengambil pascasarjana lagi? Pikirnya di dalam hati.

Wilda sampai tidak menyadari orang-orang sedang menatapnya bingung. Mungkin Arsy juga, karena nama yang disebutkan Wilda itu adalah mama pria yang sekarang duduk di kursi belakangnya, alias pria yang baru saja direkrut ayahnya menjadi ajudan pribadinya.

Sedangkan yang dipanggil hanya tersenyum kecil. Dia juga sebenarnya terkejut. Bertemu Wilda lagi di sebuah tempat yang tidak terpikirkan adalah hal yang langka. Namun dia mencoba untuk tidak terlalu mencolok. Dengan gesture tangannya, dia mempersilakan Wilda untuk melanjutkan perkenalan dirinya.

Suasana ruangan itu sedikit awkward setelahnya. Wilda menjadi sedikit canggung lantaran ada Evan di hadapannya, begitu pun dengan Evan yang tidak bisa menguasai dirinya untuk tidak senyum-senyum sendiri selama wanita itu memberikan materi pelajaran. Di sisi lain, para mahasiswa pun menjadi tidak fokus karena mereka sibuk mengawasi Wilda dan Evan.

"Sy, pacar lo bukan sih? Kok matanya nggak bisa kontrol lihat cewek lain?" Bagas tidak tahan untuk tidak berkomentar. Jika memang laki-laki tampan berwajah matang itu adalah kekasih temannya, mana mungkin dia akan memperhatikan dosen pengganti mereka dengan mata yang sangat kelaparan itu.

"Ssst ... aku udah bilang jangan bikin gosip. Kamu liat sendiri 'kan, sepertinya mereka saling mengenal." Arsy balas berbisik di dekat bahu Bagas.

"Berarti lo masih available ya??" tanya Bagas lagi dengan semakin semangat.

"Ck!" Arsy berdecak. Kembali fokus pada layar monitor di hadapannya. Namun Bagas masih tidak puas. Dia menarik-narik rambut Arsy yang sedang terjuntai di pundaknya.

"Sy ... jawab dong, masih available nggak?"

Arsy menggendikkan bahunya tanpa menoleh ke arah Bagas.

"Ehm ..." tiba-tiba suara pria yang duduk di belakang Arsy itu terdengar. Hanya sebuah deheman, namun Bagas cukup tau jika pria dewasa itu sedang memperingatinya.

Bagas berbalik dan memamerkan wajah malasnya. Dia pun menyerah menggoda Arsy yang benar-benar serius mengikuti penjelasan dari Wilda.

Sementara Wilda sendiri ... sekalipun dia terlihat serius dalam menjelaskan materi belajar, dia sama sekali tidak melewatkan pemandangan aneh di depan sana. Saat Evan yang tadinya sedang menatap dirinya tiba-tiba teralih kepada dua anak remaja tanggung di kursi depannya. Evan mengawasi mereka yang terlihat sibuk berbisik-bisik entah sedang membahas apa.

Kemudian, saat si anak perempuan kembali fokus mendengarkan materi mata kuliah, si anak laki-laki masih tetap berusaha mengganggunya. Lalu tiba-tiba saja Evan berdehem. Memberi tatapan peringatan kepada anak laki-laki itu. Ajaibnya anak kecil itu terlihat takut setelahnya.

Apakah Evan merasa terganggu melihat anak laki-laki itu mengganggu si anak perempuan? Kalau iya, kenapa? Apakah Evan menyukai anak gadis itu? Jika tidak, apakah Evan hanya tidak suka konsentrasinya terganggu gara-gara mereka?

Pada akhirnya Wilda kehilangan sedikit fokusnya karena pikirnya sudah bercabang ke mana-mana.

*****

Jam mata kuliah yang dibawakan Wilda akhirnya selesai. Perempuan itu sangat ingin menghampiri Evan, tapi dia ragu-ragu. Berharap Evan sendiri yang menghampirinya. Dengan gerakan lambat, dia membereskan barang bawaannya dengan ekor mata yang tak pernah lepas dari sosok Evan. Laki-laki yang masih tetap duduk diam di kursinya.

Sesaat kemudian, pria itu terlihat berdiri, berjalan sedikit lalu berhenti lagi setelah gadis di depannya ikut berdiri. Kemudian dia lanjut berjalan saat gadis itu pun berjalan di depannya. Wilda mempersiapkan diri karena dia yakin Evan akan menyapanya.

"Wilda, glad to see you again. Sampai ketemu lagi ya ..."

Itu saja!!!

Itu sa-ja??

Evan memang menyapanya, tapi tidak berhenti sama sekali. Laki-laki itu hanya berbicara sambil tersenyum dan melambaikan tangan kepadanya, lalu pergi begitu saja mengikuti gadis yang tadi.

Wilda merasa terabaikan. Bukankah dulu Evan dikenal sebagai sosok yang ramah dan luwes? Kenapa sekarang dia bisa menyapa seseorang sambil berjalan seperti anak SD yang sedang pamit kepada gurunya? Anak SD saja ada tradisi cium tangan malahan.

Siapa gadis itu? Apakah pacar Evan? Tapi mengapa terlihat sangat muda? Sungguh tidak sepadan dengan laki-laki itu, batin Wilda penasaran.

Meanwhile di loby fakultas ....

Arsy sedang ada keperluan dengan dosen pembimbing untuk thesis-nya. Lagi-lagi dia sangat risih dengan ekor yang selalu mengikutinya sekarang. Dia tiba-tiba berbalik saat posisi Evan hanya berjarak ting langkah kecil darinya.

Bugh!

Mereka sukses bertubrukan. Dagu evan membentur pucak kepala Arsy yang kecil. Wanita itu langsung mendesis kesakitan.

"Maafkan saya, Nona. Saya tidak sengaja." Evan refleks memegang kepala Arsy sambil meminta maaf dengan sopan.

"Aku tadi mau bilang, kamu di sini saja. Nggak perlu ikutin aku terus. Aku nggak nyaman sama semua orang." Suara dingin Arsy menunjukkan dengan jelas jika dia ingin Evan jauh-jauh darinya. Dia merasa seperti orang asing sekarang. Semua mahasiswa tidak berhenti memandangnya dan Evan sejak tadi. Mungkin dikira mereka sepasang kekasih.

"Maaf, Nona. Sa_"

"Ini perintah!"

Evan langsung terkejut mendengar Arsy membentaknya. Iya, anak kecil itu membuat suara tingginya barusan. Memerintahnya layaknya majikan yang sesungguhnya. Darah Evan mendidih. Harga dirinya seperti diinjak oleh anak kecil tengil sok berkuasa seperti Arsy. Egonya tersentil, ingin membalas dengan kata-kata yang menggambarkan amarahnya. Namun tentu saja dia harus menahannya bukan?

Anggap saja Arsy sama seperti anak bosnya di kantor yang bernama Delisha. Yang mirip sekali dengan Arsy dari sifatnya yang manja dan kekanak-kanakan. Setiap Delisha memerintah, semua orang mau tidak mau harus menurut. Tidak peduli bagaimana tidak sopannya dia memberi perintah, semua orang harus bersabar karena mereka digaji. Anggap saja dengan Arsy sekarang pun begitu. Apalagi gajinya empat kali lipat dari biasanya. Jiwa dan raganya sepenuhnya milik nona besar itu sekarang.

"Baik, Nona. Saya akan menunggu di sini." Akhirnya Evan mengalah. Tentu saja setelah kewarasannya berhasil mengambil alih kontrol atas dirinya. Tangannya diupayakan agar tidak mengepal dengan begitu keras, karena Arsy bisa saja melihatnya.

Tanpa menjawab, Arsy langsung berbalik lagi. Dia geleng-geleng kepala saat menyadari barusan dia sudah membentak seseorang lagi. Hari ini dia sudah melakukan hal itu sebanyak dua kali. Satu kali terhadap Sarah, ibunya, satu kalinya lagi barusan, terhadap Evan. Ini bukan dirinya. Dia tidak pernah merasa sampai sekesal itu pada orang lain.

Sesampainya di ruang dosen pembimbingnya, dia menunggu bersama dengan anak didik lainnya.

"Sy!"

Arsy menoleh lalu tersenyum. Berjalan mendekati seseorany yang melambaikan tangan kepadanya. Itu Tere, mahasiswa yang satu dosen pembimbing dengan Arsy.

"Pak Wira masih lama nggak Ter?" tanyanya seraya ikut duduk di sebelah Tere, di dekat kaca transparan. Dia menanyakan keberadaan bapak dosen yang dia kira sudah stand by di ruangannya.

"Masih ngajar sampai jam sebelas. Dua puluh menit lagi lah," jawab Tere seraya melihat jam tangannya.

"Ohh ... i see. Kamu udah lama di sini?"

"Lumayan. Pokoknya aku nggak melewatkan momen penting mu dari atas sini ..." Tere mencolek dagu Arsy sambil menggoda.

"Apaan maksudnya?"

Tere memberi kode dengan menunjuk ke arah bawah dari jendela transparan. Arsy pun mengikuti. Lalu dia langsung mengerti jawabannya.

"Astaga. Kamu ngeliat aku sama dia?"

Tere mengangguk. "Kalian berdua lagi marahan? Siapanya kamu, Sy? Dari tadi anak-anak pada bahas soal pacar barumu."

"Ah, aku malas membahas ini. Tapi dia itu ajudan aku. Bodyguard gitu. Entah kenapa papa tiba-tiba kasih aku bodyguard. Katanya buat memastikan aku nggak diganggu laki-laki yang suka godain aku. Terlalu berlebihan." Arsy menceritakan semuanya kepada Tere. Rasanya lega bisa terbuka pada seseorang tentang sesuatu hal yang sudah dipendam cukup lama.

"Ha? Bodyguard? Hari gini?? Eh tapi dapat dari mana cowok cakep gitu, Sy? Kayaknya matang banget orangnya." Tere tidak segan-segan mengagumi Evan yang ada di bawah sana. Eh, kenapa dia sedang mengobrol dengan perempuan lain sekarang?

"Memang udah berumur, Ter. Delapan tahun di atas aku. Makanya aku merasa aneh banget, kayak diikuti om-om."

"Eh tapi om-om kamu itu lagi digodain cewek tau? Lihat." Tere menunjuk lagi ke bawah. Ke tempat dimana Evan dan seseorang sedang bercengkerama di loby fakultas.

"Oh, itu ibu Wilda. Dosen pengganti bu Retno. Kamu nggak ambil mata kuliah bu Retno ya?"

Tere menggeleng. "Oh, terus, kok kayaknya dia kenal sama si bodyguard-mu?"

"Iya. Kayaknya kawan lama yang baru bertemu kembali. Tadi juga ibu Wilda shock ngeliat dia ada di ruangan. Sampai nggak sadar nyebutin nama dia. Dari nadanya sih sepertinya mereka teman akrab dulu." Arsy berucap sambil memperhatikan interaksi Evan dan Wilda dari atas. Sepertinya tadi Evan baru menyapa Wilda sekilas lantaran buru-buru mengikuti dirinya. 

See? Belum apa-apa dirinya sudah merepotkan Evan.

*****

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Nellaevi
Evan...sabar yaaa,nanti Arsy jd jodohmu ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Married With My Bodyguard   Bab 4. Panggilan 'Mas'.

    Arsy baru selesai berurusan dengan dosen pembimbingnya selang satu setengah jam kemudian. Wajahnya sedikit kusut lantaran dosennya yang bergelar doktor itu menyuruh dia untuk mencari literatur tambahan lagi supaya thesisnya lebih ‘berisi'. Padahal Arsy sudah mengumpulkan hampir lima puluh referensi yang mencakup buku teori, jurnal, hasil penelitian dan wawancara dengan narasumber langsung. Sebagaimana syarat untuk thesis pascasarjana yang mewajibkan minimal punya empat puluh referensi, seharusnya pak Wira sudah cukup tau jika Arsy bahkan sudah berusaha lebih dengan melampirkan lima puluh lebih referensi. Tere masih menunggunya di depan ruangan seperti tadi. Melihat wajah kusut Arsy, gadis itu langsung tau jika sesi bimbingan sahabatnya itu tidak berjalan dengan baik. "Kenapa muka kamu kusut begitu? Pak Wira kasih tugas aneh-aneh lagi ya?" Arsy menjatuhkan bokongnya di sebelah Tere. Meletakkan tas dan map-nya begitu saja di atas meja yang ada di hadapa

  • Married With My Bodyguard   Bab 5. Isi hati.

    Kali ini Arsy tidak meninggalkan Wilda sendirian di belakang. Dia, Tere dan dosennya itu berjalan berdampingan, berderet tiga seperti anak SD yang sedang berjalan menuju kantin. Sementara Evan berjalan di belakang mereka. Mengawasi Arsy dan sesekali melihat buku yang ada di dekatnya. "Aku saranin kamu ambil yang ini, deh. Pak Wira pernah bilang buku ini bagus. Saya juga pernah disarankan beli buku ini oleh beliau." Wilda menyodorkan satu buku yang baru saja dia ambil dari rak. Dia mencoba membuat Arsy terkesan. Semakin baik hubungannya dengan Arsy, semakin besar pula kesempatan dia bisa selalu bertemu dengan Evan. "Oh ya? Terima kasih, Bu. Saya akan beli ini kalau begitu." Arsy menerima saran Wilda dengan antusias. Wilda adalah seorang dosen dan sudah pasti dia lebih tau selera sesama dosen seperti pak Wira bukan? Seketika dia merasa bersyukur Wilda ikut dengan mereka sekarang. "Sama-sama. Kamu mau mencari apa lagi? Tere juga mau cari buku?" "Oh, engg

  • Married With My Bodyguard   Bab 6. Rasa malu.

    Arsy melenggang dengan sangat percaya diri saat turun dari kamarnya yang ada di lantai dua. Seharusnya hari ini dia sudah berangkat hanya dengan supir pribadinya bukan? Kemarin dia sudah sepakat dengan ayahnya kalau Evan hanya bertugas satu hari saja. Lagian, andai ayahnya tau betapa tidak profesionalnya Evan kemarin, sudah pasti ayahnya menyesal mempekerjakan pria itu. Namun baru saja dia menapakkan kakinya di anak tangga terakhir, sayup-sayup dia mendengar suara yang begitu mirip dengan suara laki-laki yang barusan ada si pikirannya. Si Evan itu. Tepatnya dari ruang makan, dimana dia juga mendengar suara ayah, ibu dan juga abangnya, Arsen. Dia tidak salah dengar 'kan? "Eh, Sy?" Ibunya, Sarah, sepertinya tidak sengaja melihat dia yang tadinya berniat ingin kabur. "Kamu udah beres? Sini?" Wanita itu memanggil. Benar saja, Arsy langsung mendapati pria yang dia harapkan tidak akan pernah dia temui lagi, sedang ada di sana. Duduk pers

  • Married With My Bodyguard   Bab. 7 Holding hand.

    Justru semua orang sedang memikirkan posisi anda, Nona!" Evan mengabaikan rasa sakit dan panas yang kini dia rasakan di pipi kirinya. Begitu pun dengan egonya yang kembali tersentil. Berani sekali anak kecil ini menamparnya??Lupakan egonya. Evan sebenarnya cukup terkejut melihat air mata yang menggenang di wajah Arsy. Mata gadis itu memerah, sama seperti hidungnya. Bibirnya bergetar saat membentak Evan barusan. Sejujurnya ada sedikit rasa iba yang muncul dalam diri pria berusia tiga puluh dua itu. Apa yang membuatnya sampai se-marah ini? Tanya Evan dalam hati."Bagian mananya?! Kalian pikir, mau ditaruh di mana muka aku sekarang?! Semua dosen dan teman-teman sekelasku sudah tau kalau aku hanya anak kecil yang sampai kapan pun nggak akan pernah dianggap dewasa sama orang tua aku!! Aku seakan-akan nggak bisa jaga diri sampai harus dikasih pengawal padahal umur aku udah dua puluh empat tahun. Aku malu! Kalian tau nggak??"Arsy marah besar. Sayangnya dia melampiask

  • Married With My Bodyguard   Bab 8. Ada rahasia?

    Setelah kejadian yang menimpa Arsy tadi sampai di telinga Demian, semakin yakin lah pria paruh baya itu bahwa memang selama ini ada yang berusaha ingin menyelakai putrinya. Siapa lagi kalau bukan musuh bisnisnya?"Ini pasti ulah Benjamin." Demian mengepalkan kedua tangannya yang bertopang di siku di atas meja makan."Pa, jangan sembarangan ... kenapa Papa bisa menuduh Benjamin yang melakukannya?" Sarah, istrinya, mencoba menenangkan."Memangnya siapa lagi yang sedang bersaing dengan kita untuk tender Prima Rasa? Hanya perusahaan Benjamin." Demian menyebutkan salah satu program tender yang sedang mereka ikuti, yaitu tender pembangunan 50 depot rumah makan khas Sunda bernama Prima Rasa, yang akan dibangun di seluruh Nusantara. Itu adalah proyek terbesar di tahun ini. Puluhan perusahaan kontraktor ikut ambil bagian untuk memenangkan tender. Namun Demian lebih fokus pada Benjamin saja.Sarah mendesah. Dia memang tau Benjamin sangat berambisi untuk memen

  • Married With My Bodyguard   Bab 9. Sakit Arsy.

    Tanpa Gunawan dan Martini sadari, Evan mendengar pembicaraan mereka. Bahkan kalimat-kalimat berikutnya yang terucap dari mulut wanita yang sudah melahirkan Evan itu.Kecelakaan. Balas budi. Perjodohan. Tiga kata kunci yang dirangkai pria berkepala tiga tersebut menjadi sebuah fakta mengejutkan yang baru saja dia ketahui. Apa-apaan ini? Jadi sebenarnya tentang bodyguard ini adalah salah satu cara orang tua dan majikannya untuk membuat dia dan Arsy saling jatuh cinta? What?! Licik sekali??Jadi kecelakaan yang menimpa ibunya, Martini, beberapa tahun yang silam bukan hanya sebuah kecelakaan biasa seperti sebagaimana Evan ketahui selama ini. Ternyata itu adalah aksi heroik yang dilakukan ibunya demi menghindarkan Demian dan Sarah dari kecelakaan di sebuah lokasi proyek. What the ...Evan sungguh tidak habis pikir. Ternyata selama ini kedua orang tuanya tidak pernah jujur tentang peristiwa yang menimpa ibunya, yang mengakibatkan kaki wanita itu patah dan sempat

  • Married With My Bodyguard   Bab 10. Sate Maranggi.

    Sore itu juga mereka sekeluarga langsung berangkat ke Purwakarta, salah satu kota kecil di Jawa Barat yang terkenal dengan kulinernya yang khas, yaitu Sate Maranggi. Setidaknya, mereka akan membutuhkan waktu tempuh sekitar tiga jam jika melewati jalur tol. Arsy hampir tidak percaya karena ketiga orang terpenting dalam hidupnya itu benar-benar mengabulkan permintaannya. Senyum setengah tertawa menghiasai wajahnya lantaran kesenangan. Sepanjang berganti pakaian dia tidak berhenti bersenandung seperti anak kecil.“Sy?” Tiba-tiba Sarah membuka pintu kamarnya dan tubuh wanita itu masuk sebagian melalui pintu.“Iya, Ma?” Dia berbalik melihat ke arah ibunya.“Kamu butuh Evan nggak? Kalau butuh, biar mama minta dia ikut dengan kita.”“Nggak usah, Ma. Kan bukan jam kerja dia lagi.”“Beneran?”“Hm-m …” Arsy mengangguk. Dia tidak sadar kalau ibunya sedang berbicara den

  • Married With My Bodyguard   Bab 11. Awal akur.

    Entah apa yang sedang dirasakan Evan saat ini. Mungkin sebuah realita telah membuka mata hatinya. Keluarga yang dia benci selama satu bulan belakangan ternyata tidak seburuk yang dia pikirkan. Keangkuhan orang kaya yang selalu dia alamatkan kepada keluarga Wijaya, nyatanya tidak dia temukan sedikit pun. Setidaknya selama kurang lebih delapan jam bersama-sama dengan mereka. Pulang pergi Jakarta - Purwakarta dan selama mengelilingi kota kecil tersebut.Evan justru merasakan kehangatan yang biasanya sudah jarang didapati di dalam keluarga konglomerat. Mereka juga sangat merangkul karyawan seperti pak Heru dan Evan sendiri. Selama di perjalanan dan selama di Purwakarta, tak pernah sedikitpun keluarga itu terlihat mengesampingkan supir dan bodyguard Arsy. Mereka duduk di meja yang sama, makan dengan menu yang sama dan dari piring yang sama pula.Demian dan pak Heru malah terlihat seperti teman karib saat mereka mengunjungi acara pertunjukan air mancur Sri Baduga yang

Bab terbaru

  • Married With My Bodyguard   Bab 33. Ingat Benjamin.

    Demian dan Sarah sudah menunggu Evan dan juga puteri mereka Arsy, di ruangan kantor Demian yang super lux. Kedua orang tua paruh baya itu sudah tidak sabar ingin mendengar apa yang sebenarnya terjadi di kampus tadi. Ada dua hal yang menjadi topik hangat dalam berita tadi : ciuman dan pertunangan. Entah kenapa hal tersebut bisa mencuat ke media. Suara-suara langkah kaki terdengar dari luar. Dalam hitungan detik, pintu yang terbuat dari bahan kayu jati itu terdorong ke dalam dan Evan yang pertama kali muncul. "Masuk, Van." Demian mempersilakan. Di belakang laki-laki itu, muncul Arsy yang sepertinya tidak dalam kondisi baik-baik saja. Sarah mengulurkan tangan kanannya dan Arsy langsung menggapainya. Gadis kecil itu langsung duduk di sebelah kanan Sarah dan langsung memeluk sang ibu. Siapa pun sudah bisa menebak, dia pasti tertekan dengan berita ini. "Gimana ceritanya, Van? Apa yang terjadi?" Demian memberi waktu untuk Evan bercerita. "Ehm. Ini se

  • Married With My Bodyguard   Bab 32. Foto eksklusif.

    Kejadian di kampus tersebut rupanya langsung sampai ke telinga Demian yang sedang berada di kantor. Dia dan Sarah sedang mengawasi rapat pemegang saham saat kabar tentang pertunangan Arsy dan Evan menjadi trending topik di kampus sang puteri. Demian dan Sarah terpaksa keluar dari ruangan karena ajudan mereka menunjukkan sejumlah foto yang kini beredar di website kampus. Foto yang membuat Sarah seketika terkena migrain. "Bagaimana bisa ada foto ini? Siapa yang mengambil?" tanya wanita itu tidak percaya. Lebih ke bingung kenapa ada foto Evan dan Arsy sedang berciuman di dalam ruangan. Kalau dilihat dari pakaian Arsy, jelas-jelas itu sepertinya saat sang puteri sedang sidang thesis. "Ini foto lama. Kira-kira satu bulan yang lalu. Siapa yang sudah iseng mengambil foto ini?" Wanita itu tidak habis pikir. Dia sama sekali tidak keberatan karena Evan mencium Arsy. Lebih ke khawatir karena foto itu telah beredar dan sekarang sedang menjadi konsumsi publik. Apalagi per

  • Married With My Bodyguard   Bab 31. Gelato time.

    Bukan hanya Wilda yang syok mendengar ucapan Evan barusan, melainkan wanita yang dia akui sebagai tunangan, yaitu Arsy. Bukankah mereka sudah sepakat untuk merahasiakan hal ini dulu, apalagi di kampus?Kaki Arsy refleks bergerak ke arah Evan dan menarik pergelangan tangan laki-laki itu. Dia khawatir Wilda akan melemparkan pertanyaan lagi untuk memperjelas maksud Evan. Lagian sekarang mereka sudah menjadi pusat perhatian. Arsy sama sekali tidak nyaman.Evan merasakan sentuhan tangan Arsy di kulitnya. Biasanya itu selalu berhasil membuat dirinya merasa nyaman. Namun tidak untuk sekarang. Rasa kesal yang menguasai hatinya masih tinggi. Apalagi Wilda seperti tidak percaya atas fakta yang barusan dia deklarasikan. Oh, mungkin bukan tidak percaya. Tidak terima lebih tepatnya."Tunangan? Cihhhhh," ejek wanita itu dengan gaya yang memuakkan. "Arsy itu anak konglomerat. Mimpi aja dia mau sama kamu yang bukan siapa-siapa, Van. Lagian ya kali keluarga Wijaya nggak bi

  • Married With My Bodyguard   Bab 30. Bukan urusan anda!

    Sesuai kesepakatan kedua pihak keluarga, untuk saat ini pertunangan Evan dan Arsy masih menjadi hal yang dirahasiakan. Alasannya karena Arsy masih akan wisuda dan alangkah tidak baik jika kabar pertunangan mereka akan menambah kericuhan suasana kampus menjelang hari H. Arsy menurut saja karena baginya itu cukup masuk akal. Namun tidak bagi Evan. Semenjak dia diperkerjakan menjadi bodyguard Arsy dulu, laki-laki itu sudah sangat tahu bahwa Demian menyembunyikan sesuatu yang sangat penting terkait keselamatan puteri bungsunya. Maka dari itu, Evan memilih untuk mengikuti apa yang disarankan oleh orang tua mereka saja. Hal itu pulalah yang menyebabkan Evan tidak bisa terlalu menunjukkan kedekatannya dengan Arsy sekarang. Dia harus banyak-banyak mengelus dada saat dia melihat Bagas sering mendekati calon istrinya. Terkadang dia sudah sengaja berdiri begitu dekat dengan wanita, namun tidak kunjung membuat Bagas peka dan sadar diri. Benar-benar minta ditampol, rutuk Evan di dalam ha

  • Married With My Bodyguard   Bab 29. Another signal.

    Arsy memandangi cincin berlian yang kini melingkari jari manisnya. Sudah satu hari berlalu sejak dia dan Evan resmi bertunangan. Perasaannya yang masih bercampur aduk didominasi oleh rasa tidak percaya bahwa kini dia sudah terikat dengan seorang lawan jenis yang sempat mengabdi sebagai bodyguard-nya. Walaupun masih hanya bertunangan, bagi Arsy ini sudah jelas sangat mengikat dan sangat sakral. Dia sepenuhnya milik Evan dan begitu juga sebaliknya. Arsy sempat bagai kehilangan arah. Bertunangan adalah salah satu fase hidup yang belum pernah dia masukkan ke dalam list target yang ingin dia capai dalam waktu dekat. Dulu, dia berencana akan bekerja setelah wisuda S2-nya. Sekarang dia tiba-tiba berada di sebuah situasi dimana bekerja bukanlah sebuah kewajiban. Karena itu lah yang diucapkan Evan kemarin. Setelah ini, mereka akan mempersiapkan pernikahan dan setelah itu Arsy akan menjadi ibu rumah tangga yang hanya menghabiskan waktu di rumah. Evan memang belum mengutarakan

  • Married With My Bodyguard   Bab 28. Misi Benjamin.

    Evan akhirnya sepakat untuk menunda keinginannya menerima tawaran Demian. Baginya permintaan Arsy adalah sesuatu yang harus dipertimbangkan dengan baik mengingat gadis itu adalah calon istri Evan. Di samping itu, keinginan Arsy juga bagaikan angin segar untuk Evan yang masih mempertanyakan perasaan wanita itu kepadanya. Jika Evan tidak salah menangkap maksud sang kekasih, Arsy ingin mereka selalu bersama dan berdampingan dalam mengurus segala kebutuhan pertunangan keduanya. Bagi Evan, ini adalah sebuah kemajuan di dalam hubungan mereka. Dua minggu berlalu dengan cepat. Tiba-tiba saja hari H sudah tiba di depan mata. Acara pertunangan yang dilaksanakan secara privat di sebuah hotel itu sebentar lagi akan dimulai. Tamu yang diundang tidak banyak, hanya beberapa kerabat dekat dari keluarga Wijaya dan Gunawan. Teman-teman Evan darn Arsy pun belum diundang mengingat ini masih sebatas acara pertunangan saja. Arsy tidak bisa menutupi kegugupan yang mulai menyelimuti dirinya

  • Married With My Bodyguard   Bab . 27. Ghosting.

    Di sebuah ruangan yang cukup besar, yang merupakan bagian dari sebuah perkantoran elit yang sama-sama bergerak di bidang konstruksi. Seorang pria kisaran umur hampir menyentuh angka empat puluh, sedang menghirup tembakau kesukaannya dengan alat elektrik yang sedang hits di jaman sekarang. Senyumnya terlihat melengkung ketika dia menjepit alat tipis itu di belahan bibirnya. Ada satu hal yang membuat perasaannya bahagia pagi ini. Yaitu rasa menang karena sudah berhasil mengintimidasi seseorang yang selama ini menjadi pesaing bisnisnya. Demian Akira Wijaya. Pria itu adalah Benjamin. Pengusaha muda yang tidak terlalu terkenal di dunia bisnis namun punya power yang cukup kuat karena dia adalah putera dari seorang mafia proyek bernama Chan Li. Benjamin mendirikan perusahaan konstruksi hanya sebagai tameng. Kenyataanya, dia tidak memiliki orang-orang yang kredibel di bidangnya. Dia hidup dan makan dari hasil menindas pengusaha yang sedang menangani proyek besar seperti Demian.

  • Married With My Bodyguard   Bab. 26. Perkara tidur.

    Keputusan Demian sebenarnya sedikit mempengaruhi mood Arsen sepanjang sisa hari. Apalagi saat harus menyampaikan kabar kurang mengenakkan tersebut kepada seluruh timnya. Memang, tidak ada yang protes. Bahkan untuk mengajukan pertanyaan tentang alasan lebih jelasnya pun tidak ada yang berani. Jika itu sudah keputusan Demian, mereka memilih untuk menurut saja. Arsen sendiri sudah terlihat tidak bergairah. Itu artinya bos mereka itupun sudah terlebih dahulu mempertanyakan hal ini kepada sang ayah. Mereka tidak perlu ikut-ikutan bersikap seakan-akan lebih kecewa dan memperkeruh suasana. “Om ada benarnya, Baby. Seorang ayah pasti tau kapasitas anaknya. Jangan terlalu dimasukkan ke hati.” Selomitha, kekasih Arsen, sengaja datang ke kantor setelah mendapat panggilan dari pria itu. Arsen memintanya untuk datang menghiburnya. Setelah mendengar cerita Arsen, Mitha berusaha untuk melihat ini dari sudut pandang Demian, calon ayah mertuanya. Memang terkesan jahat di pihak Arsen,

  • Married With My Bodyguard   Bab 25. Sub kontraktor.

    “Mas beneran nggak jumpain ibu Wilda ‘kan tadi?”“Beneran dong. Kamu mau tanya apa aja tentang seminar kamu tadi, aku bisa jawab. Di menit ke berapa kamu menjelaskan tentang latar belakang permasalahan, aku ingat. Menit ke tiga. Kamu masuk ke bagian kesimpulan di menit sembilan. Kamu selesai presentasi hanya dalam sebelas menit. Kemudian kamu sempat tersedak saat mengambil jeda untuk minum air mineral. By the way kamu tersedak karena apa? Gugup atau? Dan aku masih ingat pertanyaan dosen penguji yang bikin kamu sempat terdiam hampir tiga puluh detik. Aku menebak kamu sedang mencari jawabannya di kertas intisari yang kamu baca. Benar ‘kan? Dan yang nggak kalah penting, ka_”“Cukup-cukup!” Arsy memanjangkan tangan kanannya dan membekap mulut Evan yang sedang mengemudi. “Oke, oke, aku percaya sama Mas Evan,” lanjutnya sambil tersenyum. Sebenarnya Arsy juga tau Evan tidak meninggalkannya sedetikpun tadi. Siluet pri

DMCA.com Protection Status