"Eh, parah ganteng banget!"
"Aku hampir mimisan waktu pertama kali melihatnya!"
"Ternyata lebih ganteng aslinya dari pada di foto atau video."
Langkah seorang wanita muda terhenti saat tak sengaja mendengar pujian berlebihan dari beberapa gadis yang berdiri di dekatnya. Tak jauh dari mereka terdapat kerumunan yang entah di sebabkan oleh apa. Wanita itu mencoba menghampiri gadis-gadis itu untuk bertanya karena penasaran.
"Halo, adik-adik! Boleh saya menanyakan sesuatu?"
Ketiga gadis itu menoleh bersamaan saat mendengar suara seseorang di belakang mereka.
"Ada apa, Kak?" ucap salah satu di antara mereka.
"Itu yang rame-rame ada apa, ya?" tanya wanita itu sambil menunjuk kerumunan di depan mereka.
"Oh, itu Kak, ada Aktor yang datang!" jawab yang lainnya.
"Aktor?" gumam wanita itu pelan.
"Iya kak, ganteng pake banget! Untung tadi aku sempat melihatnya sebelum kerumunan semakin banyak," ucap salah satu di antara mereka yang terdengar sangat excited.
Wanita itu melirik ke arah kerumunan yang semakin lama semakin ramai. Sepertinya Aktor itu memang sangat terkenal karena banyaknya orang-orang yang berkerumun ingin melihatnya.
"Memang itu, Aktor siapa, dek?" tanya wanita itu semakin penasaran.
"Aktor Arzan."
Wanita itu sedikit membulatkan mata mendengar, "Aktor Arzan Galen Pratama?" tanyanya memastikan.
Gadis-gadis itu mengangguk.
Wanita itu segera mendekati kerumunan setelah berterimakasih kepada gadis-gadis tersebut.
Kerumunan yang didominasi kaum hawa tersebut saling berdesakan ingin melihat idola mereka. Wanita itu tidak bisa melihat dengan jelas wajah sang aktor karena berada di belakang kerumunan. Ia berusaha mencari celah untuk bisa masuk ke dalam kerumunan. Karena tubuhnya tidak terlalu besar, ia bisa menyelip masuk di antara orang-orang sampai berdiri paling depan.
Wanita itu membeku sejenak. Matanya seakan tak berkedip menatap seorang lelaki yang terlihat sangat tampan. Ia terpesona melihatnya. Namun, wanita itu segera tersadar dan memukul kepalanya pelan untuk menyadarkan diri.
"Heh, kamu harus ingat bahwa dia adalah orang yang kamu benci," ucap wanita itu mengingatkan dirinya sendiri.
Wanita itu menurunkan bagian depan topi yang digunakannya agar wajahnya tidak terlalu terekspos.
Sang Aktor tengah melayani penggemar penggemarnya yang meminta foto bersama ataupun tanda tangan. Lelaki itu sungguh tampan bak pangeran kerajaan. Postur tubuhnya yang tinggi tegap, kulitnya putih bersih, mata indah dengan tatapan menghangatkan, serta hidungnya yang mancung. Tak heran jika mereka rela berdesakan demi milihat wajah tampan itu.
"Yang tertib, yah, kalau mau foto atau minta tanda tangan!" ucap lelaki itu mengingatkan.
Wanita itu diam menatap datar Aktor Arzan. Jarak mereka tidak terlalu jauh dan rasanya ia ingin memukul kepala lelaki itu yang terus tersenyum ramah. Baginya senyum itu terlihat memuakkan, palsu dan penuh kebohongan. Tangannya menggenggam erat minuman plastik yang sejak tadi dipegangnya sebagai pelampiasan kekesalannya.
Senyum wanita itu mengembang saat menyadari sesuatu. Matanya menatap minuman dingin rasa coklat yang belum diminum olehnya.
Matanya melirik ke sana kemari untuk mempelajai situasi sekitar. Terdapat beberapa wartawan yang membawa kamera, berada jauh darinya. Kerumunan juga semakin ramai membuatnya lumayan tertutupi. Para penjaga terlihat lengah karena kewalahan menghadapi kerumunan yang semakin ramai. Apalagi beberapa penggemar saling dorong agar bisa mendapat kesempatan berfoto atau tanda tangan idolanya.
Wanita itu membuka tutup minumannya, lalu berjalan mendekati sang aktor.
Aktor Arzan menoleh dan melihat seorang wanita menggunakan topi tersenyum manis ke arahnya.
"Ini hadiah pertemuan pertama kita."
Aktor Arzan mengernyit bingung mendengarnya. Detik selanjutnya, wajah dan bajunya sudah dipenuhi cairan berwarna coklat.
"AAA!!!"
Teriakan histeris yang didominasi kaum hawa terdengar jelas saat melihat kejadian itu. Kerumunan penggemar menjadi kacau. Pelakunya sudah berlari entah kemana.
Arzan masih diam karena syok tidak menyangka akan mendapat perlakuan seperti itu.
Beberapa laki-laki berbaju hitam dengan tubuh besar berotot segera mengambil posisi membentuk lingkaran mengelilingi lelaki yang harus mereka lindungi. Mereka mendorong kerumunan penggemar yang berdesakan ingin melihat keadaan sang idola. Lelaki itu langsung dibawa menjauh dari kerumunan massa yang semakin agresif dan penasaran. Para wartawan berusaha mengambil gambar sebanyak-banyaknya agar tidak ketinggalan momen penting ini.
"Minggir! Minggir!!! Jangan ada yang mendekat!" teriak salah satu bodyguard yang bertugas menyingkirkan orang-orang yang menghalangi mereka.
***
Seorang wanita muda tengkurap di kasur kesayangannya dengan kedua siku menyangga berat badannya. Tangannya sibuk memasukan Snack ke dalam mulut yang tak henti tertawa. Matanya menatap ke depan layar televisi yang terdapat di depan ranjangnya. Beberapa kali ia berguling karena menertawakan tayangan di tv.
"Haha, mampus kamu!" serunya di sertai kekehan.
Layar televisi menampakan potongan video dan foto seorang lelaki yang dikerubungi orang-orang dan berusah menutupi wajahnya yang terkena cairan berwarna coklat. Meski berusaha menutupi wajahnya, tetap saja ada yang berhasil mengambil gambar orang tersebut yang terlihat jelas kotoran di wajah dan bajunya. Wanita itu dengan senang hati membantu menyebarkan foto tersebut di internet.
"Seneng banget kayaknya. Apa yang lucu?"
Seorang laki-laki masuk ke dalam kamar wanita itu karena melihatnya terus tertawa. Seakan ada yang sangat lucu
"Tuh, di TV ada yang kena karma," ucapnya masih tertawa kecil.
Laki-laki itu menatap TV lalu menggeleng prihatin saat melihat berita infotainment mengenai salah satu aktor sekaligus penyanyi terkenal yang di serang oleh seorang Anti-fan. Ia menghela nafas lelah melihat kelakuan sepupunya yang malah senang melihat penderitaan orang lain.
"Kara, tidak boleh tertawa di atas penderitaan orang lain," nasihat laki-laki itu.
"Tapikan itu lucu, Dito. Lihat deh mukanya cemong kena kotoran," ejek Kara malah tambah tertawa padahal tadi tawanya sudah mulai reda.
Laki-laki bernama Dito itu menggeleng tak percaya, "Memang gila nih anak! Orang kena musibah malah diketawain."
Kara berusaha menghentikan tawanya, "Bukan aku yang mau ketawa, tapi mulutku yang maksa."
"Ngaco kamu!" Dito duduk di ujung kasur wanita itu, "Em... Btw, bukan kamu kan yang melakukan itu?" tanya Dito sedikit ragu.
Kara mengubah posisinya jadi duduk dan menatap Dito kesal, "Heh, jangan fitnah kamu," elaknya tak terima.
Dito menghela nafas lega, "Haa, untung kalau bukan kamu. Aku kira kamu nekat melakukan itu karena tidak suka dengan aktor itu."
"Ya, gak mungkin lah aku seberani itu."
"Bagus kalau begitu."
Kara tersenyum mendengar kalimat yang diucapkan sepupunya itu. Ia memang tidak menyukai salah satu aktor papan atas dunia hiburan. Bukan tanpa alasan, ia tidak menyukainya karena sifat dan perilaku artis itu yang terlihat sombong, terkenal suka main perempuan, tempramen dan kasar serta suka berkelahi. Sebenarnya Kara tidak pernah melihat semua perilakunya secara langsung tapi salah satu orang yang dikenalnya, katanya pernah menjadi korban pria itu.
"Sebaiknya kamu segera mencari pekerjaan!" pinta Dito sambil menatap wanita yang masih menikmati tayangan infotainment yang belum selesai.
"Iya!" jawabnya patuh. "Kalau sempat, hahaha," lanjut Kara tertawa lebar.
Dito mendorong kepala Kara pelan, "Jangan mentang-mentang orang tua kamu kaya raya, kamu jadi pemalas seperti ini dan malah sibuk mengurusi Artis yang tidak ada hubungannya dengan kamu," nasehat laki-laki itu.
Kara menatap Dito kesal, ia mendorong tubuhnya agar turun dari kasurnya. "Bukan urusan kamu! Sana keluar dari kamarku."
Tanpa perlawanan Dito berdiri dari kasur Kara.
"Aku hanya menasehatimu sebagai sepupu yang baik," ucap Dito sambil melangkah keluar kamar.
"Bodoh amat!" ucap Kara tak peduli.
Kara berbaring di kasurnya setelah laki-laki tadi keluar. Ia menghidupkan ponselnya dan mulai melaksanakan aksi yang biasa ia lakukan. Ia memulai kegiatan stalker-nya dan mencari-cari informasi mengenai Artis yang tidak disukainya itu.
Sebuah notifikasi muncul membuatnya segera menekan notif yang muncul. Senyum smirk terbit di bibirnya saat membaca notif yang muncul.
"Dia mau mengadakan fanmeeting? Sepertinya hadiahku tidak membuatnya kapok." Kara tersenyum lebar memikirkan rencana selanjutnya yang akan ia lakukan.
"Tunggu aku, Arzan Galen Pratama!"
Sebuah mobil jenis Toyota Alphard berwarna putih berhenti di depan sebuah gedung mall. Ada tiga mobil lain yang mengikutinya dari belakang. Pria-pria berbaju hitam keluar dari ketiga mobil tersebut dan segera membetuk formasi mengelilingi depan pintu mobil putih. Setelah dipastikan aman, laki-laki yang berada di dalam mobil segera turun. Tidak ada kerumunan yang terlihat menyambut kedatagannya. Hal itu karena kebanyakan penggemarnya sudah berkumpul di tempat kegiatan fanmeeting akan dilaksanakan.Lelaki itu berjalan memimpin dengan tim keamanan mengawasinya dari belakang. Ia berjalan angkuh bagai raja yang sedang memimpin prajuritnya. Senyum ramahnya tak luput dari bibirnya saat beberapa orang yang berpapasan dengannya menatap lelaki itu penuh kekaguman akan ketampanannya.Tanpa mereka sadari seorang wanita mengikuti mereka dari belakang. Wanita itu menggunakan pakaian serba hitam dengan topi menutupi sebagian wajahnya. Wanita itu membawa minuman kopi panas yang dengan
Kamar bernuansa putih yang ditempati seorang wanita terlihat begitu gelap meski matahari di luar masih terik. Ia menutup jendela dan gordennya rapat-rapat. Pintunya ia kunci agar tidak sembarang orang bisa masuk kamarnya. Seorang wanita duduk di kursi belajarnya dengan sebuah komputer di depannya yang berada di atas meja. Matanya fokus menatap layar komputet. Tangannya memegang mode untuk mengarahkan kursor."Cih, setiap bulan dia selalu berganti pasangan. Snapgram-nya pun dipenuhi kedekatannya dengan teman perempuannya. Dasar, buaya!"Layar komputer menunjukan sebuah sosial media milik seorang aktor. Kebanyakan fotonya mengenai kegiatan kesehariannya dan juga pekerjaannya. Beberapa kali ia juga memposting fotonya dengan perempuan yang berbeda-beda. Biasanya dibubuhi caption yang mengatakan mereka hanya teman. Aktor itu dikenal memiliki banyak teman perempuan dan sering dirumorkan berpacaran saat dekat dengan beberapa artis, tapi tidak perna
Terik mentari sore terasa menyengat di kulit. Teriknya matahari tak menyurutkan keinginan para pemuda yang sudah bersiap untuk berenang di kolam renang hotel. Mereka telah berganti baju dan hanya menggunakan bokser. Arzan duduk bersantai di kursi payung. Menghirup dalam-dalam udara segar. Ia merasa bebannya sedikit berkurang. Saat ini ia sedang berlibur dari padatya jadwal syuting yang tak kenal waktu. Dengan sedikit refresing, Arzan bisa melepas penatnya sejenak. "Arzan, cepat kemari!" teriak salah satu temannya yang sudah menceburkan diri di kolam. Arzan tersenyum mengangguk mengiyakan. Ia meletakan asal handuk yang tadi ia gunakan menutupi badannya. Kini tubuhnya terekspos menampakan perut ratanya yang berbentuk kotak-kotak kecil. Lengan berototnya terlihat begitu seksi saat ia mengayunkannya ke atas bersiap untuk turun ke kolam renang. Gadis-gadis yang kebetulan sedang berenang disana berteriak histeris saat melihatnya. Mereka berkumpul di pinggir kolam menonton Arzan dan teman-
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai marmer menggema. Kara berjalan seorang diri melewati lorong hotel yang begitu sepi. Ia beberapa kali celingak-celinguk mencari lelaki dan wanita yang tadi diikutinya. Mereka melangkah terlalu cepat membuatnya hilang dari pandangan Kara. Tadi sengaja menjaga jarak agar tak ketahuan, tapi malah kehilangan targetnya. Ia berhenti sejenak saat di depannya terdapat dua lorong yang berbeda arah."Mereka pergi kemana yah?" ucapnya kebingungan. "Cap cup cup ajalah. Cap cup cup kembang kuncup pilih mana yang mau dicup.... Ah, kanan!"Kara memilih lorong di arah kanan. Berharap pilihannya tidak salah. Ia segera melangkah agar tak kehilangan orang yang dicarinya. Di sepanjang lorong ia tak melihat siapapun. Membuat Kara mulai meragukan pilihannya. Ia semakin jauh melangkah, tapi tetap saja belum menemukan kedua manusia itu. Kara berhenti berjalan saat merasa ia mulai jauh. Ia menghela nafas panjang. Merasa us
"Kenapa tidak masuk?" tanya seorang laki-laki yang muncul dari belakang. "HAH!!!" Kara menoleh dengan melongo kebingungan. Seorang laki-laki menatapnya intens dari atas ke bawah. Ternyata orang itu adalah salah satu teman Arzan. "Ayo masuk!" ajak laki-laki itu. Kara berniat melarikan diri, tapi laki-laki itu mendorong pintu. Pintu ruangan karaoke terbuka lebar, membuat semua mata yang ada di dalam ruangan tertuju pada Kara. Jika ia lari sekarang juga, orang-orang akan mencurigainya. Dirinya bisa saja ketahuan jika pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. "Ayo cepat masuk! Tunggu apa lagi?" tanya laki-laki itu penasaran karena Kara malah diam. Kara tersenyum ramah agar tak terlihat mencurigakan. Mau tidak mau ia melangkah masuk ruang karoeke itu. Ia akan keluar setelah tidak ada yang menyadari keberadaanya. Matanya menyusuri seisi ruangan. Sebuah sofa panjang berbentuk setengah lingkaran. Di depannya terdapat televisi lebar yang menampilkan lagu yang sedang diputar. Di tengah t
Tok... tok... tok....Suara ketukan dari luar membuat lelaki yang sedang berpakain menoleh bingung. Ia tidak memanggil karyawan hotel. Juga tidak punya tamu yang akan datang berkunjung pagi ini. Lelaki itu tidak terlalu memperdulikannya. Ia terlebih dahulu menggunakan celana dan baju baru setelah itu baru berniat membuka pintu."Tuan, cepat buka pintu!" teriak seseorang dari luar.Suaranya terdengar familiar, membuatnya segera membuka pintu kamar hotelnya."Apa yang kamu lakukan disini? Bukannya kamu sedang libur?" tanya lelaki itu saat membuka pintu dan melihat managernya berdiri di depannya.Manager segera masuk dengan nafas tersengal karena buru-buru datang menemui Bosnya, "Saya menghubungi Anda, tapi tidak diangkat. Ada berita penting yang harus anda lihat."Sang manager menyerahkan sebuah iPad yang terdapat sebuah video dan beberapa artikel dan juga foto-foto.Lelaki itu menatap bingung managernya. Ia memilih duduk terlebih dahul
Kamar hotel yang ditempati seorang wanita terlihat begitu berantakan. Sang pemilik kamar mengacak-ngacak barang di sekitarnya. Beberapa kali ia menggaruk rambut yang tak gatal. Kepalanya mumet mencari salah satu barang yang sangat penting baginya. Benda itu hilang sejak semalam, tapi baru menyadarinya ketika bangun pagi saat menyalakan TV."Kara bego, kamu menyimpannya dimana, sih?"Ia menyerah dan memilih duduk di kasur. Tangannya meraih remot dan kembali menyalakan Televisi yang sempat dimatikannya.Kara membeku sejenak saat melihat berita infotainment di TV yang memberitakan tentang Aktor yang dibencinya. Antara percaya dan tidak percaya. Sebuah video skandal kontroversi Aktor Arzan tersebar di internet dan sedang menjadi trending dimana mana. Berita-berita gosip di TV mulai membahasnya. Kara menekan tombol remote mencari siaran TV lain. Namun, hampir semua berita infotainment mengabarkan berita tentang Aktor tersebut."Memang ini yang kamu mau k
Meja kaca yang terdapat di depan kasur Arzan terlihat begitu berantakan. Terdapat beberapa botol minuman beralkohol yang berjejer di atas meja. Dua botol pecah dan tumpah berserakan akibat dilempar oleh lelaki itu. Arzan bersandar di ujung kasurnya. Tangannya menggenggam sebotol alkohol yang baru saja ia buka. Toleransi alkoholnya sebenarnya sangat rendah tapi ia tetap memaksakan diri untuk berusaha meminum minuman tersebut. Baru satu teguk ia langsung memuntahkannya karena tak menyukainya. Drttt... Drttt.... Telepon milik Ardan bergetar, ia segera meraihnya dan mengangkat telepon tanpa memeriksa siapa yang menelepon. "Halo!" ucap Arzan dengan suara serak. "Bagaimana hadiahku?" tanya suara di seberang sana sambil tertawa keras. Arzan memeriksa layar handphonenya dan terdapat nomor tidak dikenal yang menghubunginya. Ia segera mematikannya. Sejak tadi beberapa nomor tak dikenal terus menghubunginya. Sepertinya ada yang berniat menerornya. Handphone Arzan kembali bergetar tapi ia ti
Kara duduk di kursi depan meja komputer miliknya. Mata bulatnya fokus membaca ribuan komentar yang terdapat di layar komputer. Artikel yang membahas tentang Aktor Arzan dipenuhi dengan komentar-komentar kebencian dan hinaan. Tapi masih banyak juga komentar dukungan dan pembelaan untuknya. Skandal kontroversi ini tidak membuat para fans Arzan bubar melainkan mereka tetap membela dan siap menjadi tameng terhadap komentar kebencian dari netizen.Apalagi setelah klarifikasi yang dilakukan oleh Aktor Arzan, membuat banyak orang yang mulai mendukungnya kembali. Menurut mereka yang menjadi korban disini adalah Arzan karena privasinya telah dilanggar.Kara menggigit kuku jempolnya khawatir. Dulu ia sangat senang jika ada yang membenci Arzan. Hal ini merupakan kejadian yang diinginkannya sejak dulu. Namun, entah mengapa setelah hal itu terwujud, Kara malah merasa tidak tenang dan juga tidak senang. Kara kira, ia akan sangat bahagia setelah keinginannya terwujud.Ting...
Kara melangkah keluar dari kamarnya dengan linglung. Ia baru saja bangun dan sangat haus sekarang. Matanya menyipit dan sesekali terpejam karena mengantuk. Tangannya memegangi tembok untuk menuntun jalannya menuju dapur. Padahal ia bangun jam sepuluh pagi, tapi tetap saja masih mengantuk."Non, awas nabrak!"Teriakan seseorang membuat Kara langsung membuka mata lebar-lebar dan benar saja sebuah tiang berdiri tepat di depannya. Kara menoleh ke arah ruangan di samping dapur yang merupakan ruangan khusus pembantu yang biasa mereka jadikan tempat untuk bersantai. Seorang wanita tua duduk melantai di depan televisi tabung kecil yang terlihat sudah usang."Lagi nonton apa, Bi Inah?' tanya Kara berbasa-basi."Ini Non, ada berita terbaru yang lagi viral. Bibi deg-degan nontonnya." Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar TV, Bi Inah menjawab pertanyaan Kara."Seru banget kayaknya," celetuk Kara pelan."Iya, Non! Kasian aktornya difitnah orang. Mere
"Arzan akan segera menikah!"Kalimat yang keluar dari mulut Ibu Aina membuat seluruh keluarganya yang sedang berkumpul di ruang keluarga menatapnya heran."Kenapa tiba-tiba sekali?" tanya ayah yang duduk di depan Arzan dan Istrinya.Ibu Aina menatap Arzan yang duduk di sampingnya dengan tajam, "Putramu tidur dengan seorang wanita."Mata ayah Arzan membulat kaget dan langsung berdiri dengan penuh emosi sambil berkacak pinggang. Ia tidak menyangka putra semata wayangnya akan melakukan hal seperti itu karena selama ini ia telah mendidiknya dengan ajaran agama sejak kecil.Ayah menunjuk ke arah wajah Arzan, "Ini pasti ada hubungannya dengan pekerjaanmu sebagai aktor. Kamu jadi berubah sejak terjun ke dunia hiburan yang gelap itu. Kamu jadi suka party sampai tengah malam bersama teman-teman Artismu sambil minum-minuman beralkohol," ucapnya menggebu-gebu.Ibu Aina langsung berdiri dan berusaha menenangkan suaminya yang terlihat sangat emosi. Ia me
Sinar mentari mulai masuk melewati sela-sela jendela. Cahayanya menyilaukan mata seorang wanita yang sedang tertidur. Wanita itu berusaha menggerakkan tubuhnya tapi ia merasakan sesuatu mengikat erat tubuhnya. Matanya masih terasa berat untuk terbuka membuat ia memilih meraba apa yang ada di depannya. Ia mengernyit saat tangannya bersentuhan dengan kulit seseorang. Ia merasakan sebuah dada bidang tanpa penutup.Kara memaksakan membuka matanya, "AAAA!"Kara menutup mulutnya saat menyadari suara teriakannya terlalu besar.Seorang lelaki tanpa baju memeluk tubuhnya erat. Kara langsung memeriksa tubuhnya di balik selimut. Untuknya ia masih berpakaian lengkap. Lelaki itu juga masih menggunakan celana.Netranya memandangi wajah tidur lelaki itu yang terlihat begitu lelap dan tenang. Wajah tampannya terlihat begitu menggoda. Kara mengangkat tangan dan meraba pipi halus lelaki itu tanpa sadar. Beberapa saat kemudian ia tersadar dan segera menurunkan tangan dan la
Meja kaca yang terdapat di depan kasur Arzan terlihat begitu berantakan. Terdapat beberapa botol minuman beralkohol yang berjejer di atas meja. Dua botol pecah dan tumpah berserakan akibat dilempar oleh lelaki itu. Arzan bersandar di ujung kasurnya. Tangannya menggenggam sebotol alkohol yang baru saja ia buka. Toleransi alkoholnya sebenarnya sangat rendah tapi ia tetap memaksakan diri untuk berusaha meminum minuman tersebut. Baru satu teguk ia langsung memuntahkannya karena tak menyukainya. Drttt... Drttt.... Telepon milik Ardan bergetar, ia segera meraihnya dan mengangkat telepon tanpa memeriksa siapa yang menelepon. "Halo!" ucap Arzan dengan suara serak. "Bagaimana hadiahku?" tanya suara di seberang sana sambil tertawa keras. Arzan memeriksa layar handphonenya dan terdapat nomor tidak dikenal yang menghubunginya. Ia segera mematikannya. Sejak tadi beberapa nomor tak dikenal terus menghubunginya. Sepertinya ada yang berniat menerornya. Handphone Arzan kembali bergetar tapi ia ti
Kamar hotel yang ditempati seorang wanita terlihat begitu berantakan. Sang pemilik kamar mengacak-ngacak barang di sekitarnya. Beberapa kali ia menggaruk rambut yang tak gatal. Kepalanya mumet mencari salah satu barang yang sangat penting baginya. Benda itu hilang sejak semalam, tapi baru menyadarinya ketika bangun pagi saat menyalakan TV."Kara bego, kamu menyimpannya dimana, sih?"Ia menyerah dan memilih duduk di kasur. Tangannya meraih remot dan kembali menyalakan Televisi yang sempat dimatikannya.Kara membeku sejenak saat melihat berita infotainment di TV yang memberitakan tentang Aktor yang dibencinya. Antara percaya dan tidak percaya. Sebuah video skandal kontroversi Aktor Arzan tersebar di internet dan sedang menjadi trending dimana mana. Berita-berita gosip di TV mulai membahasnya. Kara menekan tombol remote mencari siaran TV lain. Namun, hampir semua berita infotainment mengabarkan berita tentang Aktor tersebut."Memang ini yang kamu mau k
Tok... tok... tok....Suara ketukan dari luar membuat lelaki yang sedang berpakain menoleh bingung. Ia tidak memanggil karyawan hotel. Juga tidak punya tamu yang akan datang berkunjung pagi ini. Lelaki itu tidak terlalu memperdulikannya. Ia terlebih dahulu menggunakan celana dan baju baru setelah itu baru berniat membuka pintu."Tuan, cepat buka pintu!" teriak seseorang dari luar.Suaranya terdengar familiar, membuatnya segera membuka pintu kamar hotelnya."Apa yang kamu lakukan disini? Bukannya kamu sedang libur?" tanya lelaki itu saat membuka pintu dan melihat managernya berdiri di depannya.Manager segera masuk dengan nafas tersengal karena buru-buru datang menemui Bosnya, "Saya menghubungi Anda, tapi tidak diangkat. Ada berita penting yang harus anda lihat."Sang manager menyerahkan sebuah iPad yang terdapat sebuah video dan beberapa artikel dan juga foto-foto.Lelaki itu menatap bingung managernya. Ia memilih duduk terlebih dahul
"Kenapa tidak masuk?" tanya seorang laki-laki yang muncul dari belakang. "HAH!!!" Kara menoleh dengan melongo kebingungan. Seorang laki-laki menatapnya intens dari atas ke bawah. Ternyata orang itu adalah salah satu teman Arzan. "Ayo masuk!" ajak laki-laki itu. Kara berniat melarikan diri, tapi laki-laki itu mendorong pintu. Pintu ruangan karaoke terbuka lebar, membuat semua mata yang ada di dalam ruangan tertuju pada Kara. Jika ia lari sekarang juga, orang-orang akan mencurigainya. Dirinya bisa saja ketahuan jika pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. "Ayo cepat masuk! Tunggu apa lagi?" tanya laki-laki itu penasaran karena Kara malah diam. Kara tersenyum ramah agar tak terlihat mencurigakan. Mau tidak mau ia melangkah masuk ruang karoeke itu. Ia akan keluar setelah tidak ada yang menyadari keberadaanya. Matanya menyusuri seisi ruangan. Sebuah sofa panjang berbentuk setengah lingkaran. Di depannya terdapat televisi lebar yang menampilkan lagu yang sedang diputar. Di tengah t
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai marmer menggema. Kara berjalan seorang diri melewati lorong hotel yang begitu sepi. Ia beberapa kali celingak-celinguk mencari lelaki dan wanita yang tadi diikutinya. Mereka melangkah terlalu cepat membuatnya hilang dari pandangan Kara. Tadi sengaja menjaga jarak agar tak ketahuan, tapi malah kehilangan targetnya. Ia berhenti sejenak saat di depannya terdapat dua lorong yang berbeda arah."Mereka pergi kemana yah?" ucapnya kebingungan. "Cap cup cup ajalah. Cap cup cup kembang kuncup pilih mana yang mau dicup.... Ah, kanan!"Kara memilih lorong di arah kanan. Berharap pilihannya tidak salah. Ia segera melangkah agar tak kehilangan orang yang dicarinya. Di sepanjang lorong ia tak melihat siapapun. Membuat Kara mulai meragukan pilihannya. Ia semakin jauh melangkah, tapi tetap saja belum menemukan kedua manusia itu. Kara berhenti berjalan saat merasa ia mulai jauh. Ia menghela nafas panjang. Merasa us