Kamar bernuansa putih yang ditempati seorang wanita terlihat begitu gelap meski matahari di luar masih terik. Ia menutup jendela dan gordennya rapat-rapat. Pintunya ia kunci agar tidak sembarang orang bisa masuk kamarnya. Seorang wanita duduk di kursi belajarnya dengan sebuah komputer di depannya yang berada di atas meja. Matanya fokus menatap layar komputet. Tangannya memegang mode untuk mengarahkan kursor.
"Cih, setiap bulan dia selalu berganti pasangan. Snapgram-nya pun dipenuhi kedekatannya dengan teman perempuannya. Dasar, buaya!"
Layar komputer menunjukan sebuah sosial media milik seorang aktor. Kebanyakan fotonya mengenai kegiatan kesehariannya dan juga pekerjaannya. Beberapa kali ia juga memposting fotonya dengan perempuan yang berbeda-beda. Biasanya dibubuhi caption yang mengatakan mereka hanya teman. Aktor itu dikenal memiliki banyak teman perempuan dan sering dirumorkan berpacaran saat dekat dengan beberapa artis, tapi tidak pernah dikonfirmasi oleh Aktor tersebut.
Wanita itu menekan keyboard dan mengetik beberapa kalimat pada foto terakhir yang diposting lelaki itu.
"Dasar, laki-laki buaya. Suka mainin perempuan. Gak pantas dijadiin idola. Mending out aja dari dunia hiburan!" ketik wanita itu di kolom komentar menggunakan akun anonim miliknya.
Beberapa menit kemudian komentar yang ditulisnya langsung ramai oleh balasan para penggemar Aktor tersebut. Mereka langsung menyerang wanita itu dengan jawaban beruntun. Tidak terima idola mereka dihina. Wanita itu tak tinggal diam, ia juga membalas komentar orang-orang. Senyumnya mengembang saat terdapat beberapa orang yang setuju dengan komentarnya.
"Kara, apa kamu sudah makan? Sejak tadi kamu di kamar terus," terdengar suara ketukan beserta teriakan ibunya dari luar kamar.
Wanita itu menoleh, "Iya, Ma! Bentar!"
"Cepat turun makan!! Mama tunggu!'
Terdengar suara langkah yang menjauh dari ruangannya. Wanita bernama Kara itu kembali menatap layar komputernya. Beberapa DM masuk di akunnya. Kebanyakan berisi hujatan yang tidak terima akan komentar yang dibuat oleh wanita itu.
"Aduh, fanatik banget sih fans-fans aktor buaya itu. Kebanyakan bocil lagi yang DM."
Kara membuka satu persatu DM yang masuk. Beberapa kali ia tertawa membacanya karena menurutnya lucu saja melihat pembelaan para penggemar lelaki itu.
"Jangan hina-hina idolaku!"
"Pasti kamu mau pansos kan karena idolaku terkenal dan kamu enggak."
"Kamu pasti iri dengan kesuksesan idolaku. Makanya kamu komen aneh-aneh di akun Arzan."
"Dasar, akun fake. Beraninya bersembunyi dibalik akun tanpa foto."
Itulah beberapa isi Chat yang masuk. Mereka marah-marah dan tidak terima idolanya dihina.
"Tunggu saja! Akan aku buktikan bahwa Aktor itu memang buaya. Mentang-mentang dia tampan, fans-nya jadi mewajarkan jika dia dekat dengan banyak wanita."
Kara kembali membuka DM-DM yang menghujatnya. Namun, salah satu DM menarik perhatiannya karena berisi dukungan untuknya. Orang itu mendukungnya dan mengatakan bahwa ia setuju dengan komentar Kara mengenai Aktor tersebut. Ia memeriksa profil akun itu, tapi ternyata akunnya diprivasi. Sebuah chat kembali masuk dari orang itu yang memberikannya sebuah informasi penting.
"Tadi aku melihat laki-laki yang mirip Aktor Arzan di sebuah hotel bintang lima. Ia bersama seorang perempuan. Sepertinya orang yang bersamanya itu adalah perempuan bayaran," tulis akun tersebut.
Kara menganga tak percaya, "Benarkah? Apa kamu bisa dipercaya?" tulisnya ragu
"Aku tidak berbohong!" Akun tersebut mengirimkan sebuah foto dua orang laki-laki dan perempuan dari belakang.
Kara memperbesar foto itu untuk memastikannya. Meski sedikit buram, postur tubuh laki-laki di dalam foto mirip dengan Aktor Arzan. Gaya rambutnya juga sama. Kara tersenyum lebar karena yakin bahwa orang yang di dalam foto memang Arzan.
"Orang-orang tidak akan mudah percaya kalau itu Arzan. Sepertinya aku harus mencari bukti yang kuat," gumam Kara.
Kara kembali mengetik pesan lalu mengirimkannya pada orang tadi. Ia meminta alamat hotel tersebut agar ia bisa memastikannya sendiri dan mencari bukti agar orang-orang tahu busuknya Aktor itu. Kara berseru girang saat berhasil mendapat alamat hotel yang ditempati Arzan dan perempuan bayaran tersebut.
"Tamat riwayatmu, Arzan!"
***
Kara berdiri di depan sebuah gedung hotel berbintang lima. Ia berjalan masuk melewati lobi hotel. Ia segera menuju meja resepsionis hotel. Terdapat beberapa staf yang berjaga disana. Mereka langsung menyambut kedatangan Kara. Kara menoleh kesana-kemari untuk memeriksa apakah orang yang dicarinya ada disekitarnya.
"Ada yang bisa kami bantu, Nona?"
Kara mendekat ke meja resepsionis, "Apakah tamu di kamar 210 sedang berada di kamarnya?" tanyanya memelankan suara.
Staf hotel yang mendengarnya saling pandang curiga. Mereka tentu tahu siapa orang yang memesan kamar nomor 210. Mereka menatap Kara penuh selidik, takut jika ia berniat melakukan hal buruk.
"Eh, maksud saya adalah apakah kamar nomor 210 kosong atau tidak? 210 itu nomor kesukaan saya. Jadi saya mau memesan kamar itu jika kosong," elak Kara berusaha agar tak terlihat mencurigakan.
"Mohon maaf, nona. Kamar nomor 210 sudah dibooking orang lain," jawab staff hotel.
"Siapa?" tanya Kara penasaran.
"Mohon maaf, kami tidak bisa memberitahu data pribadi tamu kami."
Kara menghela nafas kecewa. Dari yang dikatakan informannya, orang itu mendengar Arzan memesan kamar nomor 210. Kara semakin yakin bahwa Aktor itu memang ada di hotel ini. Ia harus mencari cara agar bisa bertemu dengan lelaki itu dan membuktikan tuduhannya.
"Eum, apa kamar nomor 211 masih kosong?" tanya Kara harap-harap cemas.
Staff hotel memeriksa terlebih dahulu.
"Kebetulan kamar dengan nomor 211 sedang kosong."
"Baiklah, aku pesan kamar itu."
Kara tersenyum lebar. Sepertinya keberuntungan sedang berada dipihaknya. Biasanya tak mudah memesan hotel di sini karena hotel ini adalah hotel terkenal dan selalu ramai.
Kara kembali menoleh kesana-kemari. Siapa tahu kebetulan orang yang dicarinya ada disekitarnya. Ia menoleh ke arah lift bertepatan saat pintunya terbuka. Seorang lelaki berkacamata hitam berjalan bak model catwalk keluar dari lift. Kara menganga melihatnya. Keberuntuntungan benar-benar berpihak padanya. Orang yang dicarinya tepat berjalan melewatinya.
"Bentar yah, Mbak! Saya ada urusan!"
Kara langsung pergi mengikuti Arzan dari belakang. Lelaki itu berjalan seorang diri. Ia tidak terlalu khawatir disini karena tidak sembarang orang bisa berada di hotel ini. Arzan bisa bebas berjalan tanpa tim keamanan di tempat ini.
Kara terus mengikutinya dari belakang. Ternyata lelaki itu masuk ke restoran yang ada di hotel ini. Arzan menghampiri meja dimana lima temannya sedang menunggu dirinya. Kara mengerutkan kening bingung.
"Kalau dia kesini sama perempuan bayaran, ngapain bareng teman-temannya juga?" Kara jadi bingung sendiri karenanya. "Atau jangan-jangan dia sama teman-temannya sama saja. Masing-masing nyewa perempuan bayaran?"
Kara memperhatikan interaksi Arzan dengan teman-temannya. Mereka terlihat mengobrol dan tertawa bersama. Kara masuk ke dalam restoran dan duduk di tempat yang tidak jauh dari meja Arzan dan teman-temannya. Ia mengambil koran di atas meja dan pura-pura membacanya untuk menutupi wajah. Sesekali ia mengintip mereka.
Belum lama Kara disana, seorang perempuan seksi datang menghampiri meja Arzan dan teman-temannya. Baju tipis wanita itu membentuk lekuk tubuhnya. Belahan dadanya terlihat jelas.
Kara tersenyum penuh kemenangan, "Siap-siap kamu, Arzan!" bisiknya pelan.
Terik mentari sore terasa menyengat di kulit. Teriknya matahari tak menyurutkan keinginan para pemuda yang sudah bersiap untuk berenang di kolam renang hotel. Mereka telah berganti baju dan hanya menggunakan bokser. Arzan duduk bersantai di kursi payung. Menghirup dalam-dalam udara segar. Ia merasa bebannya sedikit berkurang. Saat ini ia sedang berlibur dari padatya jadwal syuting yang tak kenal waktu. Dengan sedikit refresing, Arzan bisa melepas penatnya sejenak. "Arzan, cepat kemari!" teriak salah satu temannya yang sudah menceburkan diri di kolam. Arzan tersenyum mengangguk mengiyakan. Ia meletakan asal handuk yang tadi ia gunakan menutupi badannya. Kini tubuhnya terekspos menampakan perut ratanya yang berbentuk kotak-kotak kecil. Lengan berototnya terlihat begitu seksi saat ia mengayunkannya ke atas bersiap untuk turun ke kolam renang. Gadis-gadis yang kebetulan sedang berenang disana berteriak histeris saat melihatnya. Mereka berkumpul di pinggir kolam menonton Arzan dan teman-
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai marmer menggema. Kara berjalan seorang diri melewati lorong hotel yang begitu sepi. Ia beberapa kali celingak-celinguk mencari lelaki dan wanita yang tadi diikutinya. Mereka melangkah terlalu cepat membuatnya hilang dari pandangan Kara. Tadi sengaja menjaga jarak agar tak ketahuan, tapi malah kehilangan targetnya. Ia berhenti sejenak saat di depannya terdapat dua lorong yang berbeda arah."Mereka pergi kemana yah?" ucapnya kebingungan. "Cap cup cup ajalah. Cap cup cup kembang kuncup pilih mana yang mau dicup.... Ah, kanan!"Kara memilih lorong di arah kanan. Berharap pilihannya tidak salah. Ia segera melangkah agar tak kehilangan orang yang dicarinya. Di sepanjang lorong ia tak melihat siapapun. Membuat Kara mulai meragukan pilihannya. Ia semakin jauh melangkah, tapi tetap saja belum menemukan kedua manusia itu. Kara berhenti berjalan saat merasa ia mulai jauh. Ia menghela nafas panjang. Merasa us
"Kenapa tidak masuk?" tanya seorang laki-laki yang muncul dari belakang. "HAH!!!" Kara menoleh dengan melongo kebingungan. Seorang laki-laki menatapnya intens dari atas ke bawah. Ternyata orang itu adalah salah satu teman Arzan. "Ayo masuk!" ajak laki-laki itu. Kara berniat melarikan diri, tapi laki-laki itu mendorong pintu. Pintu ruangan karaoke terbuka lebar, membuat semua mata yang ada di dalam ruangan tertuju pada Kara. Jika ia lari sekarang juga, orang-orang akan mencurigainya. Dirinya bisa saja ketahuan jika pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. "Ayo cepat masuk! Tunggu apa lagi?" tanya laki-laki itu penasaran karena Kara malah diam. Kara tersenyum ramah agar tak terlihat mencurigakan. Mau tidak mau ia melangkah masuk ruang karoeke itu. Ia akan keluar setelah tidak ada yang menyadari keberadaanya. Matanya menyusuri seisi ruangan. Sebuah sofa panjang berbentuk setengah lingkaran. Di depannya terdapat televisi lebar yang menampilkan lagu yang sedang diputar. Di tengah t
Tok... tok... tok....Suara ketukan dari luar membuat lelaki yang sedang berpakain menoleh bingung. Ia tidak memanggil karyawan hotel. Juga tidak punya tamu yang akan datang berkunjung pagi ini. Lelaki itu tidak terlalu memperdulikannya. Ia terlebih dahulu menggunakan celana dan baju baru setelah itu baru berniat membuka pintu."Tuan, cepat buka pintu!" teriak seseorang dari luar.Suaranya terdengar familiar, membuatnya segera membuka pintu kamar hotelnya."Apa yang kamu lakukan disini? Bukannya kamu sedang libur?" tanya lelaki itu saat membuka pintu dan melihat managernya berdiri di depannya.Manager segera masuk dengan nafas tersengal karena buru-buru datang menemui Bosnya, "Saya menghubungi Anda, tapi tidak diangkat. Ada berita penting yang harus anda lihat."Sang manager menyerahkan sebuah iPad yang terdapat sebuah video dan beberapa artikel dan juga foto-foto.Lelaki itu menatap bingung managernya. Ia memilih duduk terlebih dahul
Kamar hotel yang ditempati seorang wanita terlihat begitu berantakan. Sang pemilik kamar mengacak-ngacak barang di sekitarnya. Beberapa kali ia menggaruk rambut yang tak gatal. Kepalanya mumet mencari salah satu barang yang sangat penting baginya. Benda itu hilang sejak semalam, tapi baru menyadarinya ketika bangun pagi saat menyalakan TV."Kara bego, kamu menyimpannya dimana, sih?"Ia menyerah dan memilih duduk di kasur. Tangannya meraih remot dan kembali menyalakan Televisi yang sempat dimatikannya.Kara membeku sejenak saat melihat berita infotainment di TV yang memberitakan tentang Aktor yang dibencinya. Antara percaya dan tidak percaya. Sebuah video skandal kontroversi Aktor Arzan tersebar di internet dan sedang menjadi trending dimana mana. Berita-berita gosip di TV mulai membahasnya. Kara menekan tombol remote mencari siaran TV lain. Namun, hampir semua berita infotainment mengabarkan berita tentang Aktor tersebut."Memang ini yang kamu mau k
Meja kaca yang terdapat di depan kasur Arzan terlihat begitu berantakan. Terdapat beberapa botol minuman beralkohol yang berjejer di atas meja. Dua botol pecah dan tumpah berserakan akibat dilempar oleh lelaki itu. Arzan bersandar di ujung kasurnya. Tangannya menggenggam sebotol alkohol yang baru saja ia buka. Toleransi alkoholnya sebenarnya sangat rendah tapi ia tetap memaksakan diri untuk berusaha meminum minuman tersebut. Baru satu teguk ia langsung memuntahkannya karena tak menyukainya. Drttt... Drttt.... Telepon milik Ardan bergetar, ia segera meraihnya dan mengangkat telepon tanpa memeriksa siapa yang menelepon. "Halo!" ucap Arzan dengan suara serak. "Bagaimana hadiahku?" tanya suara di seberang sana sambil tertawa keras. Arzan memeriksa layar handphonenya dan terdapat nomor tidak dikenal yang menghubunginya. Ia segera mematikannya. Sejak tadi beberapa nomor tak dikenal terus menghubunginya. Sepertinya ada yang berniat menerornya. Handphone Arzan kembali bergetar tapi ia ti
Sinar mentari mulai masuk melewati sela-sela jendela. Cahayanya menyilaukan mata seorang wanita yang sedang tertidur. Wanita itu berusaha menggerakkan tubuhnya tapi ia merasakan sesuatu mengikat erat tubuhnya. Matanya masih terasa berat untuk terbuka membuat ia memilih meraba apa yang ada di depannya. Ia mengernyit saat tangannya bersentuhan dengan kulit seseorang. Ia merasakan sebuah dada bidang tanpa penutup.Kara memaksakan membuka matanya, "AAAA!"Kara menutup mulutnya saat menyadari suara teriakannya terlalu besar.Seorang lelaki tanpa baju memeluk tubuhnya erat. Kara langsung memeriksa tubuhnya di balik selimut. Untuknya ia masih berpakaian lengkap. Lelaki itu juga masih menggunakan celana.Netranya memandangi wajah tidur lelaki itu yang terlihat begitu lelap dan tenang. Wajah tampannya terlihat begitu menggoda. Kara mengangkat tangan dan meraba pipi halus lelaki itu tanpa sadar. Beberapa saat kemudian ia tersadar dan segera menurunkan tangan dan la
"Arzan akan segera menikah!"Kalimat yang keluar dari mulut Ibu Aina membuat seluruh keluarganya yang sedang berkumpul di ruang keluarga menatapnya heran."Kenapa tiba-tiba sekali?" tanya ayah yang duduk di depan Arzan dan Istrinya.Ibu Aina menatap Arzan yang duduk di sampingnya dengan tajam, "Putramu tidur dengan seorang wanita."Mata ayah Arzan membulat kaget dan langsung berdiri dengan penuh emosi sambil berkacak pinggang. Ia tidak menyangka putra semata wayangnya akan melakukan hal seperti itu karena selama ini ia telah mendidiknya dengan ajaran agama sejak kecil.Ayah menunjuk ke arah wajah Arzan, "Ini pasti ada hubungannya dengan pekerjaanmu sebagai aktor. Kamu jadi berubah sejak terjun ke dunia hiburan yang gelap itu. Kamu jadi suka party sampai tengah malam bersama teman-teman Artismu sambil minum-minuman beralkohol," ucapnya menggebu-gebu.Ibu Aina langsung berdiri dan berusaha menenangkan suaminya yang terlihat sangat emosi. Ia me
Kara duduk di kursi depan meja komputer miliknya. Mata bulatnya fokus membaca ribuan komentar yang terdapat di layar komputer. Artikel yang membahas tentang Aktor Arzan dipenuhi dengan komentar-komentar kebencian dan hinaan. Tapi masih banyak juga komentar dukungan dan pembelaan untuknya. Skandal kontroversi ini tidak membuat para fans Arzan bubar melainkan mereka tetap membela dan siap menjadi tameng terhadap komentar kebencian dari netizen.Apalagi setelah klarifikasi yang dilakukan oleh Aktor Arzan, membuat banyak orang yang mulai mendukungnya kembali. Menurut mereka yang menjadi korban disini adalah Arzan karena privasinya telah dilanggar.Kara menggigit kuku jempolnya khawatir. Dulu ia sangat senang jika ada yang membenci Arzan. Hal ini merupakan kejadian yang diinginkannya sejak dulu. Namun, entah mengapa setelah hal itu terwujud, Kara malah merasa tidak tenang dan juga tidak senang. Kara kira, ia akan sangat bahagia setelah keinginannya terwujud.Ting...
Kara melangkah keluar dari kamarnya dengan linglung. Ia baru saja bangun dan sangat haus sekarang. Matanya menyipit dan sesekali terpejam karena mengantuk. Tangannya memegangi tembok untuk menuntun jalannya menuju dapur. Padahal ia bangun jam sepuluh pagi, tapi tetap saja masih mengantuk."Non, awas nabrak!"Teriakan seseorang membuat Kara langsung membuka mata lebar-lebar dan benar saja sebuah tiang berdiri tepat di depannya. Kara menoleh ke arah ruangan di samping dapur yang merupakan ruangan khusus pembantu yang biasa mereka jadikan tempat untuk bersantai. Seorang wanita tua duduk melantai di depan televisi tabung kecil yang terlihat sudah usang."Lagi nonton apa, Bi Inah?' tanya Kara berbasa-basi."Ini Non, ada berita terbaru yang lagi viral. Bibi deg-degan nontonnya." Tanpa mengalihkan pandangannya dari layar TV, Bi Inah menjawab pertanyaan Kara."Seru banget kayaknya," celetuk Kara pelan."Iya, Non! Kasian aktornya difitnah orang. Mere
"Arzan akan segera menikah!"Kalimat yang keluar dari mulut Ibu Aina membuat seluruh keluarganya yang sedang berkumpul di ruang keluarga menatapnya heran."Kenapa tiba-tiba sekali?" tanya ayah yang duduk di depan Arzan dan Istrinya.Ibu Aina menatap Arzan yang duduk di sampingnya dengan tajam, "Putramu tidur dengan seorang wanita."Mata ayah Arzan membulat kaget dan langsung berdiri dengan penuh emosi sambil berkacak pinggang. Ia tidak menyangka putra semata wayangnya akan melakukan hal seperti itu karena selama ini ia telah mendidiknya dengan ajaran agama sejak kecil.Ayah menunjuk ke arah wajah Arzan, "Ini pasti ada hubungannya dengan pekerjaanmu sebagai aktor. Kamu jadi berubah sejak terjun ke dunia hiburan yang gelap itu. Kamu jadi suka party sampai tengah malam bersama teman-teman Artismu sambil minum-minuman beralkohol," ucapnya menggebu-gebu.Ibu Aina langsung berdiri dan berusaha menenangkan suaminya yang terlihat sangat emosi. Ia me
Sinar mentari mulai masuk melewati sela-sela jendela. Cahayanya menyilaukan mata seorang wanita yang sedang tertidur. Wanita itu berusaha menggerakkan tubuhnya tapi ia merasakan sesuatu mengikat erat tubuhnya. Matanya masih terasa berat untuk terbuka membuat ia memilih meraba apa yang ada di depannya. Ia mengernyit saat tangannya bersentuhan dengan kulit seseorang. Ia merasakan sebuah dada bidang tanpa penutup.Kara memaksakan membuka matanya, "AAAA!"Kara menutup mulutnya saat menyadari suara teriakannya terlalu besar.Seorang lelaki tanpa baju memeluk tubuhnya erat. Kara langsung memeriksa tubuhnya di balik selimut. Untuknya ia masih berpakaian lengkap. Lelaki itu juga masih menggunakan celana.Netranya memandangi wajah tidur lelaki itu yang terlihat begitu lelap dan tenang. Wajah tampannya terlihat begitu menggoda. Kara mengangkat tangan dan meraba pipi halus lelaki itu tanpa sadar. Beberapa saat kemudian ia tersadar dan segera menurunkan tangan dan la
Meja kaca yang terdapat di depan kasur Arzan terlihat begitu berantakan. Terdapat beberapa botol minuman beralkohol yang berjejer di atas meja. Dua botol pecah dan tumpah berserakan akibat dilempar oleh lelaki itu. Arzan bersandar di ujung kasurnya. Tangannya menggenggam sebotol alkohol yang baru saja ia buka. Toleransi alkoholnya sebenarnya sangat rendah tapi ia tetap memaksakan diri untuk berusaha meminum minuman tersebut. Baru satu teguk ia langsung memuntahkannya karena tak menyukainya. Drttt... Drttt.... Telepon milik Ardan bergetar, ia segera meraihnya dan mengangkat telepon tanpa memeriksa siapa yang menelepon. "Halo!" ucap Arzan dengan suara serak. "Bagaimana hadiahku?" tanya suara di seberang sana sambil tertawa keras. Arzan memeriksa layar handphonenya dan terdapat nomor tidak dikenal yang menghubunginya. Ia segera mematikannya. Sejak tadi beberapa nomor tak dikenal terus menghubunginya. Sepertinya ada yang berniat menerornya. Handphone Arzan kembali bergetar tapi ia ti
Kamar hotel yang ditempati seorang wanita terlihat begitu berantakan. Sang pemilik kamar mengacak-ngacak barang di sekitarnya. Beberapa kali ia menggaruk rambut yang tak gatal. Kepalanya mumet mencari salah satu barang yang sangat penting baginya. Benda itu hilang sejak semalam, tapi baru menyadarinya ketika bangun pagi saat menyalakan TV."Kara bego, kamu menyimpannya dimana, sih?"Ia menyerah dan memilih duduk di kasur. Tangannya meraih remot dan kembali menyalakan Televisi yang sempat dimatikannya.Kara membeku sejenak saat melihat berita infotainment di TV yang memberitakan tentang Aktor yang dibencinya. Antara percaya dan tidak percaya. Sebuah video skandal kontroversi Aktor Arzan tersebar di internet dan sedang menjadi trending dimana mana. Berita-berita gosip di TV mulai membahasnya. Kara menekan tombol remote mencari siaran TV lain. Namun, hampir semua berita infotainment mengabarkan berita tentang Aktor tersebut."Memang ini yang kamu mau k
Tok... tok... tok....Suara ketukan dari luar membuat lelaki yang sedang berpakain menoleh bingung. Ia tidak memanggil karyawan hotel. Juga tidak punya tamu yang akan datang berkunjung pagi ini. Lelaki itu tidak terlalu memperdulikannya. Ia terlebih dahulu menggunakan celana dan baju baru setelah itu baru berniat membuka pintu."Tuan, cepat buka pintu!" teriak seseorang dari luar.Suaranya terdengar familiar, membuatnya segera membuka pintu kamar hotelnya."Apa yang kamu lakukan disini? Bukannya kamu sedang libur?" tanya lelaki itu saat membuka pintu dan melihat managernya berdiri di depannya.Manager segera masuk dengan nafas tersengal karena buru-buru datang menemui Bosnya, "Saya menghubungi Anda, tapi tidak diangkat. Ada berita penting yang harus anda lihat."Sang manager menyerahkan sebuah iPad yang terdapat sebuah video dan beberapa artikel dan juga foto-foto.Lelaki itu menatap bingung managernya. Ia memilih duduk terlebih dahul
"Kenapa tidak masuk?" tanya seorang laki-laki yang muncul dari belakang. "HAH!!!" Kara menoleh dengan melongo kebingungan. Seorang laki-laki menatapnya intens dari atas ke bawah. Ternyata orang itu adalah salah satu teman Arzan. "Ayo masuk!" ajak laki-laki itu. Kara berniat melarikan diri, tapi laki-laki itu mendorong pintu. Pintu ruangan karaoke terbuka lebar, membuat semua mata yang ada di dalam ruangan tertuju pada Kara. Jika ia lari sekarang juga, orang-orang akan mencurigainya. Dirinya bisa saja ketahuan jika pergi begitu saja tanpa alasan yang jelas. "Ayo cepat masuk! Tunggu apa lagi?" tanya laki-laki itu penasaran karena Kara malah diam. Kara tersenyum ramah agar tak terlihat mencurigakan. Mau tidak mau ia melangkah masuk ruang karoeke itu. Ia akan keluar setelah tidak ada yang menyadari keberadaanya. Matanya menyusuri seisi ruangan. Sebuah sofa panjang berbentuk setengah lingkaran. Di depannya terdapat televisi lebar yang menampilkan lagu yang sedang diputar. Di tengah t
Suara langkah kaki yang beradu dengan lantai marmer menggema. Kara berjalan seorang diri melewati lorong hotel yang begitu sepi. Ia beberapa kali celingak-celinguk mencari lelaki dan wanita yang tadi diikutinya. Mereka melangkah terlalu cepat membuatnya hilang dari pandangan Kara. Tadi sengaja menjaga jarak agar tak ketahuan, tapi malah kehilangan targetnya. Ia berhenti sejenak saat di depannya terdapat dua lorong yang berbeda arah."Mereka pergi kemana yah?" ucapnya kebingungan. "Cap cup cup ajalah. Cap cup cup kembang kuncup pilih mana yang mau dicup.... Ah, kanan!"Kara memilih lorong di arah kanan. Berharap pilihannya tidak salah. Ia segera melangkah agar tak kehilangan orang yang dicarinya. Di sepanjang lorong ia tak melihat siapapun. Membuat Kara mulai meragukan pilihannya. Ia semakin jauh melangkah, tapi tetap saja belum menemukan kedua manusia itu. Kara berhenti berjalan saat merasa ia mulai jauh. Ia menghela nafas panjang. Merasa us