"Mulai sekarang kita putus, Wa!""Bianca, tunggu!"Gadis bernama Bianca itu menghempaskan kasar tangan Dewa yang hendak mencegahnya pergi. "Apa lagi?""Lo nggak salah minta putus?" tanya Dewa sambil mengernyitkan dahi."Salah? Apa yang salah? Iya, gue minta putus Dewa Adrian Nichole!""Ya udah kalau mau lo putus. Tapi jangan nyesel di kemudian hari," ucap Dewa dengan penekanan pada gadis yang awalnya rela mengejar-ngejar Dewa duluan."Lo tuh nggak ada rasa nyesel ya, udah nyakitin cewek lo sendiri!" sentak Bianca dengan wajah memerah meluapkan emosi."Lo bukan cewek gue, ya, Bianca!""Emang lo, ya, Wa. Lo tuh akan dapat karma!""Terserah," jawab Dewa tidak peduli.Awalnya dia kira berpacaran dengan Bianca menarik. Secara Bianca adalah gadis yang terkenal disukai oleh para cowok di sekolah. Ternyata tidak berlaku bagi Dewa. Baru sebulan dekat saja, Dewa sudah tidak betah."Siapapun cewek yang Lo tembak jadi cewek lo, bakalan langsung mutusin lo nggak lama dari itu. Camkan kutukan gue b
"Kak Dewa!"Dewa hanya diam tidak merespon gadis imut yang ada di sebelahnya."Marah, ya?"Raut menggemaskan itu terus menatapnya tanpa dosa.Sialan! Dewa mengumpat dalam hatinya. Kenapa gadis itu sangat menggemaskan. Rasa-rasanya Dewa ingin menghabisinya saat itu juga.Jangan lupa, Dewa merupakan playboy pada masanya."Nggak, biasa aja," jawab Dewa."Kalau gitu, kenapa dari tadi diam aja?" tanya gadis itu mulai berani menyentuh tangan Dewa.Hentikan gadis kecil. Kamu tidak tahu siapa yang kamu sentuh.Dewa sontak menatap mata gadis itu yang tengah menatapnya ragu-ragu. "Coba pejamkan mata kamu," pintanya.Dengan sepolos kertas putih yang belum dikotori oleh coretan sama sekali. Gadis itu menuruti kata-kata Dewa. Ia segera memejamkan matanya.Dewa tersenyum. Bentuk bibir merah nan tipis, hidung mancung dengan bentuk yang manis, bulu mata lentik yang amat menggoda sejak pertama kali ia memandang.Ah, Nirmala, kamu sempurna.Dewa tidak tahu jika keputusan maminya pindah ke Bandung akan
Dewa segera mendorong pelan tubuh Mala. Ini sudah lebih dari batas kemampuan Dewa menahan segalanya. Dia sadar, dia tidak boleh gegabah. Terlebih lagi, Mala masih sekolah."Mala, maafin Kakak, ya," ucap Dewa memperbaiki posisi duduk Mala.Ia sudah kembali ke posisi tepat di depan kemudi lagi sekarang."Ah, iya, nggak apa-apa, kok, Kak." Mala jadi kikuk sendiri.Jujur dia terbawa suasana dengan keadaan tadi."Sekarang Kakak antar kamu pulang, ya," kata Dewa."Iya, Kak," angguk Mala.Sepanjang perjalanan menuju rumah, mereka tidak berbicara lagi satu sama lain. Mala sibuk memainkan ponsel untuk membunuh rasa malu yang luar biasa. Jantungnya masih berdegup tidak menentu merasakan sentuhan Dewa terhadapnya beberapa waktu lalu.Begitu juga dengan Dewa, dia sadar dia sudah melakukan tindakan yang berlebihan. Dia memang brengsek! Beruntung tadi tidak kelepasan.***Sesampainya di depan rumah mereka. Ya, rumah mereka. Rumah Mala dan Dewa memang bersebelahan karena mereka tetangga.Rumah denga
Dewa Adrian Nichole. Putra bungsu Maxime Nichole dan Nayra itu baru saja pindah ke Bandung. Dewa awalnya menolak saat orang tuanya mengajaknya pindah. Tapi berhubung ini adalah keinginan mommy-nya, Dewa terpaksa mengiyakannya.Nayra bersedih, karena kepergian uncle-nya yang memilih tinggal di Italia bersama anak dan istrinya. Nayra ingin mencari suasana baru, sehingga ia memutuskan untuk pindah ke Bandung."Huh. Apa bagusnya di sini? Lebih enak di Jakarta." Dewa sedang duduk-duduk di bawah pohon yang berada di belakang rumahnya sendirian. Tiba-tiba ia mendengar suara dari atas pohon."Duh, siapa aja tolongin Mala dong!"Dewa terkejut dan langsung mendongakkan kepalanya. "Astaga. Siapa kamu?" Seorang cewek kira-kira masih seusia anak SMP. Pendek, kecil, manis juga sih, batin Dewa."Ih, Kakak, jangan ngeliat ke atas. Aku pake rok. Kakak mau ngintipin Mala ya!" Gadis itu melebarkan matanya."Dih, kecil-kecil galak! Siapa juga yang ngintipin kamu!"Dewa melihat ke atas lagi, memang benar
Bahagia itu sederhana. Cukup liat kamu bahagia. Dewa Adrian ~*****Awalnya, Dewa merasa sikap Mala terlalu kekanak-kanakan. Bahkan dulu pertama kali Dewa mengenal Mala, gadis itu agak menyusahkan. Selalu datang, menganggu setiap aktifitas Dewa. Sampai suatu hari, Mala sakit, dia tidak lagi menganggu Dewa.Mala yang ternyata sakit typus itu hanya berdiam diri di sebuah kamar rumah sakit. Saat itu Dewa merasa ada yang kurang dari kesehariannya.Harinya mungkin damai, tapi ia merasa ada yang berbeda. Kehadiran Mala ternyata berdampak besar buat Dewa. Mala yang sangat riang, lucu, menyenangkan. Meksipun terkadang agak merepotkan, tapi nyatanya Dewa menikmati saat-saat Mala membuatnya repot sekalipun."Kakak nggak akan tinggalin Mala, Kakak mau selalu ada Mala di keseharian Kakak." Dewa ~*****Mala dan Dewa sudah diperjalanan menuju bioskop. Beberapa saat yang lalu Dewa ditertawakan oleh temannya, karena mengenakan jaket couple berwarna merah muda. Tentu saja, itu semua ulah Mala yang me
Setelah memastikan dirinya lebih tenang dan terkendali. Dewa keluar dari kamar mandi lalu melirik Mala yang tengah terpejam.Seperti biasa, Mala sudah tertidur. Dewa mengusap kasar wajahnya sambil memperhatikan wajah polos Mala. "Terkadang Kakak bingung, kamu beneran nggak ngerti atau kamu belum paham apa itu gairah? Nggak mungkin lah bego banget sih lo, Wa!"Dewa mengetahui batasan dalam dirinya. Sejujurnya dia tidak bisa menahan keinginan kotor itu. Anggap lah Mala memang polos dan menggoda.Itu semua dia jaga demi Nirmala. Dewa tidak mau mengotori gadis cantiknya. Selama ini dia berusaha sekuat mungkin menjaga kesucian tetangga kecilnya meski itu selalu membuatnya was-was.Namun lelaki normal, dia memiliki naluriah yang tidak bisa di padamkan tanpa tindakan. Shit!"Met bobo, sweety." Meski tubuhnya masih menyisakan rasa panas. Dewa keluar dari kamar itu dia memutuskan untuk tidur di ruang televisi membiarkan Mala tidur nyenyak di kamarnya.***Keesokan harinya.Nayra dan Maxime bar
Mala lagi-lagi tersipu malu. "Oke deh."Mereka turun ke meja makan. Disana Max dan Nayra sudah menunggu keduanya."Morning Mala Sayang." Nayra tersenyum dengan manisnya."Morning Tante, morning Om.""Morning Sayang," sahut Max.Mala duduk di samping Dewa, sedangkan Maxime terus memandangi leher Mala, dia sedikit menajamkan matanya dan itu membuat Dewa menghembuskan napas panjang.Untung aja nggak ada jejak. Dewa merasa aman."Om liatin apa? Ada yang aneh ya dengan Mala?"Nayra mengernyitkan kening. Ia bukan tidak memperhatikan suaminya, bahkan dia menyadari suaminya itu terus memperhatikan leher Mala."Tau nih Daddy, liatin apa sih!" ketus Nayra sambil melebarkan matanya.Max sampai hampir tersedak melihat raut istrinya barusan. "Bukan apa-apa, kok."Dewa terkekeh pelan sambil menaruh susu hangat di depan Mala. "Minum susunya ya Sayang.""Makasih Kakak." Mala mengambilnya dan langsung meminumnya pelan-pelan."Sayang, ayah bunda kamu kapan pulang dari luar kota?" tanya Nayra.Mala meng
"Pagi anak-anak. Hari ini kita kedatangan murid baru. Masuk, perkenalkan diri kamu ke teman-teman ya," ucap Bu Bianca wali kelas 12 IPS.Seorang cowok tingginya kira-kira 178cm, hidung mancung, bibir penuh membuat senyumnya makin terlihat manis.Ganteng banget. Murid-murid cewek di kelas tersebut langsung berdecak kagum dengan melantunkan pujian.Mala hanya terdiam, sambil kembali fokus ke buku tulisnya.Dewa love Mala. Itu yang sedang ditulis Mala di buku tulisnya sekarang, sambil tersenyum menunggu waktu pulang tiba, katanya Dewa akan memberikannya hadiah. Apa ya kira-kira?"Kenalin, Gilang Darmawan pindahan dari Jakarta." Perkenalan singkat, tapi sanggup membuat seisi kelas bergeming, bukan hanya karena parasnya, tapi pembawaan cowok itu pun sangat cool, elegant."Oke Gilang, kamu duduk di sebelah Nirmala yah. Berhubung hanya Mala yang duduk sendirian," ujar Bu Bianca.Mala hanya diam, sambil tersenyum manis ke arah Gilang.Deg. Saat itu Gilang langsung tertawan oleh senyuman Mala