Home / Romansa / Marriage Express / 2. Tanggal Pernikahan?

Share

2. Tanggal Pernikahan?

Author: JasAlice
last update Last Updated: 2021-05-09 23:30:34

“Semua ini sudah menjadi bukti akurat! Mau berbohong dengan alasan apalagi, Indira Aubrey anak Mama tersayang?!”

Indira menunduk seperti tersangka dan mengatupkan rapat bibir saat namanya sudah dipanggil lengkap. Ia sudah tahu, tidak akan ada kata maaf saat nama lengkap disebut, penuh penekanan dan tatapan mengerikan dari sang Mama yang berkacak pinggang di hadapannya.

“Ma-af, Ma ...” lirihnya semakin tertunduk dan tidak ingin memerhatikan lembaran foto tercetak dan wajahnya sudah memerah saking malunya.

“Kalau Mama nggak paksa Naomi untuk mengaku, Mama nggak akan tau anak gadis Mama sudah disentuh pria lain. Iya, kamu nolak di sana. Jelas, CCTV itu sudah membuktikannya. Tapi kalau berlanjut atau dia bersikap kasar sama kamu, gimana?! Siapa yang rugi?!”

“Semua orang yang sayang sama kamu, Nak! Terutama diri kamu sendiri!”

“Ma. Kasihan anak kita,” sela Papa Indira yang melihat bahu putrinya sudah bergetar.

Semalam, dirinya ditarik paksa oleh sang istri untuk mengetahui keberadaan putrinya tiap malam. Sang istri khawatir jika Indira kembali berulah dan terbukti saat tidak mendapati anak gadis mereka di kamar pukul sepuluh malam.

Mengendap-endap lagi. Pergi diam-diam tanpa pamit dan membuat Mama Indira khawatir dan merasa sakit jika anak semata wayangnya terus berbohong. Usianya masih muda, tapi jika sejak dini tidak bisa diatur, entahlah apa yang akan terjadi ke depannya.

Wanita itu mengusap kasar wajahnya. Ia tidak bisa melihat putrinya menangis, tapi ia juga tidak ingin seperti ini. Ia sangat menyayangi putrinya dan mungkin, karena rasa sayang yang berlebihan, Indira terlalu menganggap mudah segala hal.

Termasuk ucapan dirinya sebagai seorang Ibu.

“Dira janji nggak akan mengulanginya lagi, Ma ...” lirih perempuan itu dan terutama mengingat perlakuan tidak senonoh dari Gio.

Ia terlalu takut mengatakan semua yang ada. Cukup saat foto di area dance floor itu menjadi bukti saja. Ia sangat malu dan untung saja Gio tidak bisa melakukan hal lebih padanya.

“Mulai sekarang kamu harus ikuti kemauan Mama,” cetus wanita itu masih berkacak pinggang di hadapan Indira.

Sedangkan suaminya duduk tenang di sofa ruang keluarga sisi lainnya.

Indira segera mengangguk cepat, masih dengan tertunduk dan menautkan kedua jemari tangan. Ia takut dengan sang Mama yang hari ini jauh lebih mengerikan dari hari lainnya. Jantungnya pun terus berdisko. Saking kuatnya takut keluar.

“Sekarang kamu bersiap-siap. Kita akan pergi,” lanjutnya membuat Indira mendongakkan kepalanya.

“Kita mau ke mana?”

“Udah! Ikut aja kalau kamu masih mau nurut sama Mama. Kecuali kamu udah nggak mau jadi anak Mama tersayang lagi.”

Indira menelan saliva susah payah saat Mama Indira berlalu begitu saja keluar ruang keluarga dan beranjak ke lantai dua tanpa mengucapkan kalimat manis seperti biasa.

“Pa? Mama marah banget sama Dira, ya?”

Lelaki itu mengangguk pelan. “Mama kamu benar, Nak. Ikuti saja setiap apa yang Mama kamu mau dan kemarahan Mama kamu bakal mereda. Kamu nggak kasihan sama Mama dan Papa? Kami menasehati segala hal yang baik untuk kamu ke depannya.”

Indira tertunduk sedih. Ada penyesalan yang cukup besar hari ini. Bagaimanapun, ia masih bisa berpikir pakai logika dan hati terkecilnya jika apa yang dilakukannya memang sudah keterlaluan.

Perempuan itu mengembuskan napas pelan dan beranjak untuk pergi ke kamarnya. Bersiap dan menuruti segala keinginan sang Mama.

**

Entahlah. Indira harus merutuki nasibnya saat harus mengikuti sang Mama. Bagaimana tidak? Ia diperkenalkan oleh wanita yang lebih tua empat tahun dari sang Mama. Mengelukan ia di hadapan wanita itu. Memuji anaknya sendiri dan dibalas yang sama oleh wanita yang sepertinya tidak terlalu mudah tersenyum.

Tante ini memang memuji aku. Tapi masa nggak bisa kasih senyum yang lebih lebar. Kan, takut. Pikir Indira dalam hati dan memaksakan senyum saat wanita itu menatapnya lurus.

Wanita dengan rambut model sanggul dan tas dengan brand ternama di atas meja kafe menandakan jika wanita itu bukanlah dari kalangan biasa. Ia berada di strata atas dalam status sosial berbentuk piramida jika Indira lihat.

Ia mengamati dari bagaimana wanita itu berpakaian dan kulit putihnya. Meskipun usianya lebih tua dari sang Mama, tetap saja kecantikannya tidak jauh berbeda dengan Mama Indira.

“Akhirnya putraku sudah datang juga,” cetus wanita di hadapannya yang langsung membuat Mama Indira tersenyum semringah.

“Halo, Mi. Maaf, Liam terlambat datang. Papa membutuhkan bantuan Liam tadi,” balas sang anak menyapa dengan memeluk dan mencium bergantian kedua pipi sang Mama.

Di hadapan mereka, Indira sukses menganga lebar mendapati pria bertubuh tinggi itu terlihat akrab bersama wanita di hadapannya. Bahkan, senyum manisnya sudah mengingatkan Indira pada pria semalam.

“Selamat siang, Tante. Maaf, Liam terlalu lama datang.”

“Wah, tidak masalah, Nak. Tante nggak nunggu terlalu lama, kok. Tante mengerti,” balasnya berdiri dan balas memeluk Liam.

Indira mengerjap bingung dengan apa yang dilakukan sang Mama. Namun, saat ia akan memanggil Mamanya yang kembali duduk, suara berat itu sudah menyentak Indira.

“Halo, Indira. Salam kenal. Namaku Liam Ogawa.”

Tubuh Indira mematung. Liam—pria yang ia umpati dan injak jas mahalnya—berdiri dan mengulurkan tangan berkenalan dengannya.

Satu pukulan di punggung tangan Indira membuat perempuan itu mengerjap, menatap bingung Mamanya.

“Balas uluran tangan Liam, Dira. Jangan buat malu Mama di hadapan mereka,”  bisiknya berusaha menahan kekesalan melihat keterdiaman putrinya.

Liam tersenyum manis, berjabat tangan dengan perempuan yang memiliki telapak tangan lembut. Sepertinya perempuan di hadapannya terlalu enggan berurusan dengan dapur atau memang terlihat pandai merawat kulit tubuh. Terutama di bagian wajah cantiknya, sangat memesona dipandang tanpa jerawat seperti perempuan remaja kebanyakan.

“Lo—eh, Kakak, tau dari mana namaku?”

“Tante dan Mamamu saling memberikan foto anak kami, Nak,” cetus Mama Liam menatap lurus Indira yang menelan saliva susah payah.

“Iya, Dira. Mama sudah sepakat akan memperkenalkan kamu dengan Liam. Sebenarnya sudah sepakat bulan lalu, tapi sepertinya waktunya belum cukup tepat.”

Manik hitam itu membeliak sempurna. Sedangkan pria yang duduk di hadapannya hanya tersenyum manis. Indira tersentak saat Liam mengedipkan sebelah matanya, seolah mengejek Indira karena baru mengetahui pertemuan ini sudah direncanakan.

“Ayo, Mbak. Bukannya kita mau pergi berbelanja di Mal ini?”

“Iya. Tunggu sebentar.”

Indira menatap Mamanya bingung, berganti dengan Mama Liam.

“Indira, silakan kamu berkenalan dengan Liam, ya. Tante tinggal kalian berdua selama dua jam. Setelah itu, putuskan kapan tanggal pernikahan kalian.”

Saat itu pula Indira sukses mengang dengan manik hitam membeliak sempurna. Saking bodohnya ia mengekspresikan keterkejutan, Liam yang duduk di hadapannya tertawa puas.

Ia tidak menyangka bisa mendapati ekspresi wajah Indira sangat lucu.

**

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Dahliana
Keran ceritanya mantap
goodnovel comment avatar
Bunda Saputri
Semangat thoorr Ceritanya mantaapp
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Marriage Express   3. Lebih Berpengalaman

    “Kenapa lo bersikap jadi orang asing semalam, kalau akhirnya lo udah kenal gue?”“Memangnya siapa yang mengatakan kalau aku kenal sama kamu?”“Ih! Mami lo bilang, udah tau siapa gue dari foto yang saling dikasih antara nyokap kita?”Liam terkekeh pelan melihat bagaimana Indira begitu menggebu berbicara padanya tanpa menyesuaikan lagi intonasi dan tarikan napas yang perempuan itu gunakan.“Aku kenal kamu lewat foto, bukan secara langsung. Jadi, aku nggak salah sama sekali,” jelasnya melipat kedua tangan di atas meja dan menatap lekat perempuan berparas cantik dengan rambut sedikit ikalnya.“Siapa tau, wajah di foto sama aslinya berbeda. Tapi, aku rasa memang beneran berbeda. Kamu terlihat lebih cantik dibandingkan foto yang diberikan Mami padaku,” ungkapnya membuat Indira tersedak.Pria itu melihat tingkah lucu Indira menatapnya tajam. “Dasar pria tua yang mesum! Jangan harap pernika

    Last Updated : 2021-05-09
  • Marriage Express   4. Identitas Calon Suami

    “Mama ... Kenapa sepatu Dira nggak ada di rak?”Suara Indira sudah membuat heboh di pagi hari. Ia berteriak, menatap bingung sekaligus khawatir rak sepatu yang biasanya ia taruh sepatu andalannya. Tapi tidak ada dan kurang dari tiga puluh menit lagi, jam masuk sekolah sudah di depan mata.Indira panik.“Mama ... Sepatu Dira di mana?”“Ck! Kamu lupa taruh di dalam kotak sepatu kemarin? Tuh, di kotak warna marun bekas sepatu olahraga kamu,” cetus Mama Dira dari belakang.Ia gemas sendiri dengan kelakuan putri kecilnya yang sudah beranjak remaja sesungguhnya.Indira dengan cepat menuruti instruksi sang Mama dan betapa malunya, di sisi lain rak pada tumpukan kotak sepatu dan jenisnya melihat sepatu sekolahnya di dalam sana. Ia nyengir menatap Mama yang kini terlihat datar.“Dira lupa abis minta cuci Bi Inah, Ma,” cetusnya terkekeh pelan menampilkan semburat merah saking

    Last Updated : 2021-05-09
  • Marriage Express   5. Hidup Mewah di depan Mata

    “Lo kenal dia?”Naomi langsung memukul bahu Indira dan saking gemasnya, ia lupa jika pukulannya cukup keras. Nyatanya, Indira memekik dan mengumpati perempuan yang sudah menjadi sahabatnya itu.“Remuk tau!”“Lo bodoh!” seru Naomi yang langsung membuat Indira menatapnya tidak mengerti.“Ngapain lo ngatain gue bodoh?! Salah gue apa, Naomi tersayang?” gemasnya tersenyum palsu.“Indiraku tersayang ... kamu emang beneran bodoh. Kenapa nggak bilang kalau tunangan lo tajir begitu?”“Tajir apaan sih? Gue tau dari nyokap gue, kalau dia bekerja di perusahaan orangtua dan menjabat sebagai General Manajer,” jelasnya menatap Naomi dengan dengkusan sebal.“Lo tau? Impian gue kayak di novel-novel. Ketemu CEO ganteng, kaya tujuh turunan ataupun lebih dan liburan ke luar negeri.”Naomi menggeplak kening Indira dengan gemas. Perempuan itu berteriak sakit,

    Last Updated : 2021-05-09
  • Marriage Express   6. Tawaran Praktik Kawin

    “Bye, Dira!”“Makasih untuk traktirannya, Kak Liam!” sambung Naomi menyeringai puas, melambai pada Indira dan Liam yang berada di dalam mobil.Liam mengangguk dengan senyum hangatnya. Sedangkan Indira tidak mengubah ekspresi lebih baik setelah akhirnya ia tahu harus pasrah, membiarkan Liam mengantarkan Naomi pulang duluan.Padahal, jika ditelisik dengan rute, rumah Indira memakan waktu lima belas lebih cepat. Ini sudah salah dan tidak wajar mengantarkan Naomi.“Kenapa dari tadi diam aja? Bibir kamu nggak ada bedanya sama bebek. Monyong gitu.”Indira mendelik kesal, lalu menurunkan kedua lipatan tangan yang sejak tadi berada di dadanya. “Lo sengaja antar Naomi pulang duluan, kan? Biar gue makin eneg satu mobil sama lo?”Liam mendengkus geli. “Lebih tepatnya, biar aku ada waktu untuk lebih dekat dengan calon istriku.”“Nggak mau gue jadi ca

    Last Updated : 2021-05-14
  • Marriage Express   7. Bingung, Kelebihan Perempuan yang Masih Sekolah

    Liam memarkirkan mobilnya ke dalam garasi dan memasuki rumah dari pintu penghubung. Ia mengulum senyum mendapati Kakak, Adik serta Iparnya duduk bersama di ruang tamu, meliriknya dengan tatapan yang berbeda.“Benar, kan! Mami bilang, calonnya Kak Liam tuh masih anak SMA. Gila ... Masa calon kakak iparku lebih mudaan?”“Jadi yang kamu bilang kemarin beneran, Sayang?”“Itu info paling akurat!” sahut perempuan bermata sipit yang menatap serius suaminya yang berada di sampingnya.Sedangkan pria berdarah Indonesia itu melirik ke sebelahnya. Kakak iparnya bernama Xavier Ogawa—Kakak Liam—sibuk bermain game di ponsel.“Kak? Masa kita kalah sama Kak Liam? Kita nikah sama yang seumuran. Lah, sekali dapat Kak Liam justru nikah sama yang masih polos.”“Nggak iri, Kak?” tanya adik iparnya dengan selisih empat tahun itu.“Ih, Putra! Maksud kamu apa, bilang kamu

    Last Updated : 2021-05-18
  • Marriage Express   8. Kesan Manis dari Calon Suami

    “Hai ...”Bibir Indira sukses terbuka. Ia menganga lebar, nyaris tidak berkedip karena terlalu syok dengan tamu yang datang dipukul delapan malam.Siapa lagi jika bukan pria yang tadi sore baru saja mengantar pulang Indira.Liam Ogawa.Bukankah pria itu sempat berucap akan bertemu kembali besok? Atau jam di rumah pria itu berbeda, layaknya mereka tengah berada di zona waktu—negara—yang berbeda. Sampai perbedaan jam saja tidak dikenali lebih baik oleh pria tinggi di hadapannya.“Ya ampun?! Ada Nak Liam, ya?!”“Dira! Ngapain kamu suruh calon suamimu berdiri lama-lama di depan pintu?!”Indira meringis sakit, tersadar saat Mama tercintanya justru menepuk bahunya cukup kuat. Wanita itu kesal dengan sikap Indira yang tidak mempersilakan Liam masuk, memilih untuk terpaku lebih lama. Pikiran anaknya entah berada di mana sampai enggan terkoneksi dengan baik.

    Last Updated : 2021-05-19
  • Marriage Express   9. Digombalin Om Mesum

    Indira berpura-pura sibuk memandang langit malam dari balkon apartemen Liam, meskipun ia tahu ada langkah yang mulai mendekat.“Untuk kamu,” ucap Liam mengulurkan satu cangkir teh, sedangkan di tangan lain pria itu pun sama.Perempuan itu segera menerimanya. “Lo nggak suka kopi?”Itu pertanyaan pertama yang Indira lontarkan setelah ia bungkam cukup lama dan berusaha menghindar dari Liam. Ucapan pria itu saat di depan pintu unit masih terbayang dalam benaknya.Terlalu manis untuk mendapatkan respons tubuhnya yang tidak keruan.Huh! Jangan-jangan ia sudah mulai masuk ke dalam perangkap Om Mesum ini?!“Ya. Lebih suka yang manis. Apalagi kalau lihat kamu. Bawaannya selalu tersugesti untuk tersenyum.”Sial!Hampir saja Indira akan bersiap minum dan ia bisa tersedak mendengar rayuan ‘maut’ seorang Liam Ogawa yang sekarang berdiri di sampin

    Last Updated : 2021-05-19
  • Marriage Express   10. Menghargai Calon Istri

    “Sekarang kamu pilih gaun untuk pertunanganmu sama Liam. Nanti Mama sama calon ibu mertuamu yang bakal sesuaikan pakaian Liam. Dia sibuk untuk tiga hari ke depan, menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum akhirnya melaksanakan pertunangan.”Indira tidak berkedip sama sekali.Perempuan itu bahkan masih membuka sedikit bibirnya, menatap wanita yang mengajaknya pergi ke Mal untuk berbelanja. Terlebih Indira yang masih memakai seragam sekolah, dijemput sang Mama yang terlalu aneh hari ini.Tapi, memang sudah diduganya jika kedatangan wanita itu tidaklah mengundang ketenangan. Senyum Mama Indira sangat menakutkan.“Ma ...”“... Hayo?! Mau bantah lagi? Masih nggak capek merengek terus? Silakan aja, sebanyak apa pun kamu menolak alias membantah ucapan Mama. Sebanyak itu pula Mama berusaha membuat kamu lelah.” senyum lebar berbanding terbalik dengan wajah datar Indira.Perempuan itu mendengk

    Last Updated : 2021-05-22

Latest chapter

  • Marriage Express   75. Extra Chapter (5)

    Ketukan sandal, kedua tangan yang dilipat depan dadan serta sorot tajam itu membuat Liam menatap bingung istri kecilnya. Ia baru saja tiba di rumah pukul sembilan malam, sesuai perjanjian di antara dirinya dan Indira. Pria itu mendapatkan izin untuk mengikuti reuni dan pulang di saat acara belum selesai.Apa yang salah?Bahkan, selama mereka menikmati liburan bulan madu, Indira membebaskan Liam pergi datang ke reuni dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Tidak sekali, melainkan beberapa kali dan satu hari mereka pulang ke Jakarta, Indira mengingatkan Liam.Ia sudah paham dan tidak akan membuat istrinya marah atau menangis lagi.Tapi belum sempat ia membuka pintu unit apartemen. Indira sudah berada di depannya, menunggu dengan raut wajah berbeda. Sebenarnya Liam sudah sangat ketakutan karena jika Indira marah ... maka ia harus menenangkannya. Liam pernah gagal untuk meluluhkan hati Indira ketika marah. Suasana hati istrinya kerap tidak terduga akan lulu

  • Marriage Express   74. Extra Chapter (4)

    Indira tidak pernah menduga. Sekali jatuh cinta, maka ia merasakan kebahagiaan luar biasa selalu melingkupi dirinya bersama orang terkasih. Ia mencintai Liam, menerima semua kekurangan ... kesalahan yang pernah suaminya buat. Tapi apa pun itu, mereka sudah melangkah bersama, menata pecahan yang pernah menghunus tepat di hati.Bahkan, Indira sudah membuang rasa salah tingkah tiap Liam mulai menggoda atau ingin bermesraan dengannya. Karena sejak malam itu, ia ingin menjadi perempuan yang bisa mengimbangi sikap dewasa Liam, ikut mesum dan tentunya ikut romantis!Perempuan itu sedikit mendongak saat fotografer yang mereka sewa, memberikan aba-aba. Senyumnya semringah saat Liam memeluk pinggangnya dari samping, lalu membawa bibir basah itu ke leher istrinya. Mereka sudah menghabiskan banyak pose di tempat berbeda.“Cium, dong,” pinta perempuan itu merona saat pelukan mereka terurai.“Dari tadi kamu nggak pernah cium bibir aku,” gerutu I

  • Marriage Express   73. Extra Chapter (3)

    ‘Ingat, Dira Sayang. Sekarang kamu udah tau bagaimana isi hati kamu dan ternyata ... kamu juga sangat mencintai suamimu. Jadi, lupakan semua hal yang bisa membuat kamu malu dengan keadaan sebelumnya dan jadilah perempuan yang terlihat dewasa untuk merayu pria tampan.’‘Keberhasilanmu kali pertama adalah bagian terpenting yang bisa membuat Liam terus mengenang hal mendebarkan sama kamu, Nak.’‘Jangan kecewakan suamimu yang sudah menunggu kamu selama ini. Lakukan penuh cinta dan sayang yang kamu pancarkan dengan ketulusan hati.’Indira berdebar.Perempuan cantik itu memegang bagian di mana jantungnya berdetak kuat. Ia merasakan kedua pipi memanas saat di hadapannya ... ia terlihat sedikit lebih dewasa dari usianya dan juga bagaimana ia merias diri; memperlihatkan bagian yang harus terkesan sensual.Bibir kemerahan oleh lipstik dan juga riasan yang tidak terlalu tebal. Selama tinggal dalam satu unit yang sama. Indir

  • Marriage Express   72. Extra Chapter (2)

    Tidak ada hari yang membuat mereka lelah untuk menciptakan kebersamaan yang manis. Liam dan Indira membuktikan, jika hal kecil bisa sangat berarti dan membuat komunikasi di antara keduanya terjalin kuat.Setelah pulang bekerja atau Indira yang memang kerap pulang cepat karena dalam masa ujian, mereka akan menyiapkan makan malam. Baik Indira ataupun Liam sudah saling mengerti dan memusatkan status mereka sebaik mungkin.Mereka akan menonton bersama di sore hari dan di tiap malam, Liam akan menjadi tutor bagi Indira dalam mengulas materi apa pun untuk besok harinya.Hmm, lebih tepatnya tutor tampan. Suami yang merangkap sebagai guru private sangat menyenangkan bagi Indira. Ia bisa meminta hadiah istimewa dan mendebarkan. Apalagi jika bukan sebuah ciuman panjang. Karena akhir-akhir ini Liam terlalu jual mahal.Dari mereka kembali bersama ke unit, sepertinya Indira yang memperlihatkan sisi agresif. Setiap malam pun ia sengaja memeluk Liam dan membawa satu kak

  • Marriage Express   71. Extra Chapter (1)

    “Gimana? Jawabannya udah benar semua, kan?”Indira tampak nyaman melingkarkan kedua tangannya di leher Liam, merangkul pria itu dari belakang seraya membiarkan suaminya duduk memeriksa materi yang mereka ulas bersama di meja belajar Indira.Malam sudah menunjukkan pukul sembilan. Tapi ditemani suaminya, Indira tetap semangat untuk ujian nasional di hari pertama besok. Harinya berlanjut dengan bahagia tanpa beban dan belajar ... tentu saja ia memahami dengan baik, tanpa berpikir hal pelik seperti beberapa waktu lalu.Omong-omong, suami ya? Tentu saja! Indira dengan perasaan berdebar melirik cincin di jemari tangannya. Ia mengulum senyum, menghadirkan rona merah yang begitu kentara. Pun, jemari tangan Liam di atas meja belajar Indira yang sesekali membuka lembaran materi, memperlihatkan jemari itu tetap tersemat cincin pernikahan mereka.Keduanya memberikan simbol cinta dengan cincin pernikahan yang tidak akan mereka lepas, kecuali untuk sementa

  • Marriage Express   70. Ending

    Liam tersenyum miris saat pandangannya sangat lekat memandang foto pernikahan yang ia diam-diam simpan dengan rapi di galeri. Ruang khusus dengan nama yang tertera ringkas ‘Pernikahan’, entah kenapa pernah ia pisahkan dan membuat folder sendiri.“Setelah pernikahan kita yang aku ingat hanya untuk terus sadar kalau waktu itu aku udah punya kamu. Aku nggak menjalani hari sebagai pria lajang dan ada seorang perempuan yang menjalani komitmen bersamaku.”Liam mengulas senyum manis, meskipun perih dan gemuruh dalam dadanya kian menguat seiring jemari tangan mengusap lembut layar ponsel. Foto pernikahan ia dan Indira yang terlihat banyak orang manis. Tapi Liam tahu, dalam hati Indira menatap dirinya dengan umpatan yang terlalu banyak.Ia tertawa kecil, membayangkan kemarahan Indira yang memantik bagian terdalam hatinya. Pria itu tidak pernah menemukan kesan seringan dan semanis ini saat berkomunikasi dengan seorang perempuan.Itu yang mem

  • Marriage Express   69. Lara Cintaku

    Bianca mengalihkan pandangan saat wanita itu menatapnya lurus, meskipun ia tahu jika ada air mata di pelupuk matanya. Diam-diam, jemari tangan itu mengepal di bawah meja, membawa dirinya pada keadaan yang tidak diinginkan.“Pernikahan putri Tante hancur, Bi. Kamu tau hal itu, kan?”Rahang Bianca mengetat ketika suara itu bergetar. Nyaris berupa bisikan dan itu sangat membuat Bianca kian mengepalkan kedua tangan, membuat buku jemari tangannya memutih. Ia membenci jika yang membawanya ke mari adalah Mama Indira.Ia tidak sengaja bertemu wanita itu di supermarket dan sekarang? Bianca terjebak dalam percakapan yang serius dan wanita itu adalah sosok pertama yang akan melindungi Indira.“Pernikahan Dira sudah berada di ujung tanduk,” lanjut wanita itu.Bianca langsung menatap manik mata Mama Indira dengan sorot tegasnya. Ia seolah tersudut ... dipojokkan dengan sangat tidak adil. Senyumnya tertarik sedikit, tampak menatap dan mem

  • Marriage Express   68. Mengembalikan dengan Tanggung Jawab

    Tangis Indira pecah saat ia memeluk erat wanita yang telah melahirkan dan meyakinkan Indira tentang suaminya sendiri. Ia mengatakan semua ... tanpa ada satupun yang ditutupi mengenai keretakan hubungan di antara dirinya dan Liam.Bahkan, Mama Indira membungkam mulutnya, nyaris bergetar saat Indira mengatakan hubungan asmara yang sempat dijalin antara Liam dan Bianca.Wanita itu hanya duduk tenang bersama suaminya di ruang tengah. Sampai ia mendengar satu tamu yang datang magrib, ia langsung membuka dan mendapati Indira memeluknya erat dalam mata sembab dan air mata yang tidak berhenti usai.Orangtua Indira kaget, mengenai hal yang tidak pernah perempuan itu ungkapkan sama sekali.Namun, bukan hanya air mata Indira yang terus saja membawa pilu dan sesak dalam hati orangtuanya. Mama Indira dan Papanya pun tampak sakit ... ketika Indira membuang begitu saja kue ulang tahun yang telah disiapkan pria itu untuknya.“Naomi datang ke unit Dira dan Li

  • Marriage Express   67. Perpisahan

    ‘Maaf, Indira. Aku harus pergi sebelum kamu bangun. Pagi tadi Xavier minta aku temani dia ke Bandung dan kami berdua akan balik lagi ke Jakarta setelahnya. Kamu pergi ke sekolah sendiri, ya. Sarapan paginya udah aku siapkan.’Indira menggerutu sebal dan melempar asal secarik kertas di tempel bagian depan kulkas. Ia menaruhnya di atas meja dapur, lalu duduk di sana dengan mengembuskan napas lelah.“Kenapa, sih?”“Giliran kemarin bangun pagi, dia masih tidur dan suasananya aman-aman aja. Sekarang harus ditinggal, tepat di saat gue ulang tahun,” sahutnya mengusap wajahnya yang masih kusut.Indira pikir, ia kembali berada di posisi Liam kemarin. Perempuan itu baru bangun jam enam kurang lima belas menit dan beranjak terlebih dulu keluar kamar saat tidak mendapati Liam berada di sisi ranjang.Namun, kenyataannya Liam memang tidak ada di unit dan sudah pergi duluan.Indira menilik piama tidurnya. “Ya udah,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status