Home / Romansa / Marriage Express / 4. Identitas Calon Suami

Share

4. Identitas Calon Suami

Author: JasAlice
last update Last Updated: 2021-05-09 23:47:24

“Mama ... Kenapa sepatu Dira nggak ada di rak?”

Suara Indira sudah membuat heboh di pagi hari. Ia berteriak, menatap bingung sekaligus khawatir rak sepatu yang biasanya ia taruh sepatu andalannya. Tapi tidak ada dan kurang dari tiga puluh menit lagi, jam masuk sekolah sudah di depan mata.

Indira panik.

“Mama ... Sepatu Dira di mana?”

“Ck! Kamu lupa taruh di dalam kotak sepatu kemarin? Tuh, di kotak warna marun bekas sepatu olahraga kamu,” cetus Mama Dira dari belakang.

Ia gemas sendiri dengan kelakuan putri kecilnya yang sudah beranjak remaja sesungguhnya.

Indira dengan cepat menuruti instruksi sang Mama dan betapa malunya, di sisi lain rak pada tumpukan kotak sepatu dan jenisnya melihat sepatu sekolahnya di dalam sana. Ia nyengir menatap Mama yang kini terlihat datar.

“Dira lupa abis minta cuci Bi Inah, Ma,” cetusnya terkekeh pelan menampilkan semburat merah saking malunya sudah membuat kehebohan di pagi hari.

Mama Dira menggeleng lemah menatap putrinya yang mulai memasang sepatu. Ia sudah memakai tas dan kelengkapan atribut dari seragam jas sekolahnya pun sudah tidak ada yang kurang. Hanya sepatu yang tertinggal dan ia sudah yakin anaknya masih suka ceroboh dan tidak bisa bertanggungjawab akan suatu hal.

“Sampai kapan kamu mau kayak gini terus? Nggak malu, udah punya calon suami?”

Tubuh Indira menegang dan ia mendongak, menatap Mamanya yang berdiri dengan melipat tangan di dada, begitu santai sedangkan ia sudah membeliak sempurna.

“Ma ... masih pagi. Kenapa harus bahas ginian sih? Buat suasana hati Dira jelek aja,” celetuknya mencebik tidak suka.

Ia kembali memasang sepatu bagian kiri yang entah kenapa terasa susah. Mungkin benar, pagi cerahnya telah menjadi berkabut dan mengingatkannya pada Om mesum itu.

“Lho? Acaranya bakal diresmikan dua minggu lagi, Sayang, untuk acara pertunangannya terlebih dulu. Udah sepantasnya kamu mengubah kebiasaan buruk itu. Nanti kalau Liam jengkel dan nggak suka sama sifat manja kamu gimana?”

“Bagus, dong. Dira bisa bebas dari pria dewasa itu.”

“Dia mapan dan tampan. Ingat itu,” sela Mamanya cepat membuat Dira hanya mampu menatap Mamanya datar.

Ia berdiri di hadapan wanita itu setelah sepatunya selesai terpasang.

“Jadi, Mama menjodohkan Dira dengan pria mapan karena biar Dira jadi matre gitu?”

“Nggak ada yang bisa dilakukan tanpa uang di dunia ini, Dira ...”

“Mama justru nggak mau kamu salah pilih pasangan dan berakhir menderita. Seenggaknya, Liam pria yang bertanggungjawab dan diusia matangnya, Mama percaya dia bisa menjaga dan menyayangi kamu setulus hatinya.”

Indira berusaha tidak mencemari nama pria mesum itu. Sepertinya sang Mama berada di pihak berbeda dari Indira. Hiks. Dirinya sangat terluka, seperti tidak dianggap layaknya anak kandung dan terkesan ditirikan.

“Mama ...”

“Sebenarnya anak Mama itu Dira atau Om itu, sih?”

“Kalian berdua dong,” selanya menyengir lebar.

“Satu anak kandung, satu lagi anak teman Mama yang bakal jadi menantu kesayangan,” jawabnya membuat Indira menepuk kening saking frustrasi.

Sepertinya ia tidak bisa berkata lebih banyak lagi. Karena tetap saja Indira akan kalah banyak dan Liam menjadi pemenangnya di hati dan dipikiran sang Mama.

“Liam pria sukses yang bisa menjamin kehidupan kamu, Dira,” ungkap Mamanya membuat dira mengembuskan napas kasar.

“Tapi dia ketuaan Mamaku Sayang ...” gemas Indira tidak habis pikir.

Mamanya tertawa kecil. “Kamu kayak nggak pernah nonton teve aja. Gosip selebriti maupun orang-orang di sekitar kita menikah dengan usia berbeda. Perempuan muda dan prianya cukup matang. Terpaut sepuluh tahun bahkan lebih bukan hal baru lagi.”

“Ya ampun Mama ... kenapa bisa suka sih sama Om itu? Memangnya Mama disogok apaan?” tanya Indira sudah nyaris putus asa.

Tapi, Indira kira tidak akan ada respons mumpuni yang dibalas sang Mama, Nyatanya, manik hitam perempuan itu membeliak sempurna, mendapati sang Mama mengeluarkan kalung berkilau dari balik daster panjang dan tertutupi rambut terurainya. Tersenyum bangga ke arah Indira—anak semata wayangnya—yang kini terlihat kaget.

“Disogok kalung mahal.”

Saat itu pula Indira hanya mampu melongo dengan pandangan bodohnya.

Hiks.

Mama ... Kenapa kebahagiaan anakmu ditukar dengan kalung mahal itu?

**

“ANJASMARA!”

“LO BENERAN MAU TUNA—“

“Stttt! Diam, Naomi!” geram Indira langsung membungkam mulut sahabatnya ketika suaranya naik berkali lipat oktaf, menghadirkan keduanya sebagai pusat perhatian anak kelas, tepat sebelum pelajaran pertama akan dimulai sepuluh menit lagi.

Ia cepat-cepat berangkat sekolah diantar sopir. Bahkan ia yang memilih menyetir dan terkesan ugalan. Sang sopir yang telah tua pun hanya mampu berdoa, terus meminta agar nyawanya selamat dan jantungnya tetap aman agar tidak terkena serangan jantung lebih dulu.

“Tuna?” sahut salah satu dari mereka dan membuat Naomi menelan salivanya, nyengir mendapatkan tatapan tajam Indira.

Perempuan muda dengan tinggi tidak sampai sebatas bahu Indira, sahabat yang menjadi saksi kejadian di klub itu pun menatap teman mereka dengan cengiran lebar.

“Dia nggak pernah makan tuna seumur hidupnya,” balas Naomi dengan sorot serius yang membuat salah satu gerombolan dari perempuan hits itu percaya dan kembali sibuk mengobrol.

“Dodol lo!”

“Aduh!” keluh Naomi mengusap keningnya yang menjadi sasaran kekejaman Indira.

Tapi ia sudah mendekatkan bangkunya agar tidak terlalu berjarak pada bangku Indira. Pandangannya menatap lekat, penuh keingintahuan dan berbanding terbalik dengan Indira yang bersikap cuek.

“Beneran lo dapat calon tunangan Om-om?” anggukan cuek itu didapatkannya.

“Berapa sih umurnya?” tanyanya semakin penasaran.

Indira menoleh dengan tatapan datarnya. Meskipun tidak berminat, ia berusaha menjawabnya sekalipun tidak menyukai hal tersebut. “Tiga puluh tahun. Ngerti nggak sih? Berasa jadi Om ketimbang calon tunangan sekaligus calon suami?” mata Indira melotot, terlihat menakuti Naomi.

Tapi responsnya berbanding terbalik. “Suer, nggak ketuaan,” celetuknya membuat Indira yang justru memandang Naomi horor.

“Gue serius, Dira,” cetusnya meyakinkan.

“Selisih tiga belas tahun masih standar lah. Lo dewasa dan dia juga dewasa seiring berjalan waktu. Bukan kelihatan kayak Kakek-kakek umur segitu. Begitupun yang terjadi sama lo ke depannya.”

Indira berdecak kesal. “Percuma bicara sama lo. Sama aja kayak keluarga gue, termasuk Emak gue sendiri,” tandasnya menjauhkan bangku dan membuka buku pelajaran dengan sedikit emosi.

**

“Jad-jad—“

“Ya ampun! Berasa gagu lo!”

Naomi bungkam dan menatap Indira dengan datar. Ia melihat Indira malas menatap sosok pria bertubuh jangkung yang sempat melambai ke arah mereka. Tepatnya Indira.

‘Kenapa juga si Om-om itu pakai acara datang ke sekolah gue? Mana berasa cenayang. Tau banget kalau hari ini pulang cepat karena ada rapat guru.’

Indira menatap Liam yang sudah berdiri tidak jauh di depan pintu gerbang sekolah, bersandar pada body mobil. Padahal, niat Indira dan Naomi ingin melihat situasi jalanan. Jika mendapati halte ramai, mereka ingin menaiki kendaraan umum. Jika tidak, alternatif terakhir menaiki taksi online.

“Demi apa?! Dia Liam Ogawa?!” pekik Naomi tidak lagi terbata, melainkan binaran bahagia di matanya sangat kentara bagi Indira.

Related chapters

  • Marriage Express   5. Hidup Mewah di depan Mata

    “Lo kenal dia?”Naomi langsung memukul bahu Indira dan saking gemasnya, ia lupa jika pukulannya cukup keras. Nyatanya, Indira memekik dan mengumpati perempuan yang sudah menjadi sahabatnya itu.“Remuk tau!”“Lo bodoh!” seru Naomi yang langsung membuat Indira menatapnya tidak mengerti.“Ngapain lo ngatain gue bodoh?! Salah gue apa, Naomi tersayang?” gemasnya tersenyum palsu.“Indiraku tersayang ... kamu emang beneran bodoh. Kenapa nggak bilang kalau tunangan lo tajir begitu?”“Tajir apaan sih? Gue tau dari nyokap gue, kalau dia bekerja di perusahaan orangtua dan menjabat sebagai General Manajer,” jelasnya menatap Naomi dengan dengkusan sebal.“Lo tau? Impian gue kayak di novel-novel. Ketemu CEO ganteng, kaya tujuh turunan ataupun lebih dan liburan ke luar negeri.”Naomi menggeplak kening Indira dengan gemas. Perempuan itu berteriak sakit,

    Last Updated : 2021-05-09
  • Marriage Express   6. Tawaran Praktik Kawin

    “Bye, Dira!”“Makasih untuk traktirannya, Kak Liam!” sambung Naomi menyeringai puas, melambai pada Indira dan Liam yang berada di dalam mobil.Liam mengangguk dengan senyum hangatnya. Sedangkan Indira tidak mengubah ekspresi lebih baik setelah akhirnya ia tahu harus pasrah, membiarkan Liam mengantarkan Naomi pulang duluan.Padahal, jika ditelisik dengan rute, rumah Indira memakan waktu lima belas lebih cepat. Ini sudah salah dan tidak wajar mengantarkan Naomi.“Kenapa dari tadi diam aja? Bibir kamu nggak ada bedanya sama bebek. Monyong gitu.”Indira mendelik kesal, lalu menurunkan kedua lipatan tangan yang sejak tadi berada di dadanya. “Lo sengaja antar Naomi pulang duluan, kan? Biar gue makin eneg satu mobil sama lo?”Liam mendengkus geli. “Lebih tepatnya, biar aku ada waktu untuk lebih dekat dengan calon istriku.”“Nggak mau gue jadi ca

    Last Updated : 2021-05-14
  • Marriage Express   7. Bingung, Kelebihan Perempuan yang Masih Sekolah

    Liam memarkirkan mobilnya ke dalam garasi dan memasuki rumah dari pintu penghubung. Ia mengulum senyum mendapati Kakak, Adik serta Iparnya duduk bersama di ruang tamu, meliriknya dengan tatapan yang berbeda.“Benar, kan! Mami bilang, calonnya Kak Liam tuh masih anak SMA. Gila ... Masa calon kakak iparku lebih mudaan?”“Jadi yang kamu bilang kemarin beneran, Sayang?”“Itu info paling akurat!” sahut perempuan bermata sipit yang menatap serius suaminya yang berada di sampingnya.Sedangkan pria berdarah Indonesia itu melirik ke sebelahnya. Kakak iparnya bernama Xavier Ogawa—Kakak Liam—sibuk bermain game di ponsel.“Kak? Masa kita kalah sama Kak Liam? Kita nikah sama yang seumuran. Lah, sekali dapat Kak Liam justru nikah sama yang masih polos.”“Nggak iri, Kak?” tanya adik iparnya dengan selisih empat tahun itu.“Ih, Putra! Maksud kamu apa, bilang kamu

    Last Updated : 2021-05-18
  • Marriage Express   8. Kesan Manis dari Calon Suami

    “Hai ...”Bibir Indira sukses terbuka. Ia menganga lebar, nyaris tidak berkedip karena terlalu syok dengan tamu yang datang dipukul delapan malam.Siapa lagi jika bukan pria yang tadi sore baru saja mengantar pulang Indira.Liam Ogawa.Bukankah pria itu sempat berucap akan bertemu kembali besok? Atau jam di rumah pria itu berbeda, layaknya mereka tengah berada di zona waktu—negara—yang berbeda. Sampai perbedaan jam saja tidak dikenali lebih baik oleh pria tinggi di hadapannya.“Ya ampun?! Ada Nak Liam, ya?!”“Dira! Ngapain kamu suruh calon suamimu berdiri lama-lama di depan pintu?!”Indira meringis sakit, tersadar saat Mama tercintanya justru menepuk bahunya cukup kuat. Wanita itu kesal dengan sikap Indira yang tidak mempersilakan Liam masuk, memilih untuk terpaku lebih lama. Pikiran anaknya entah berada di mana sampai enggan terkoneksi dengan baik.

    Last Updated : 2021-05-19
  • Marriage Express   9. Digombalin Om Mesum

    Indira berpura-pura sibuk memandang langit malam dari balkon apartemen Liam, meskipun ia tahu ada langkah yang mulai mendekat.“Untuk kamu,” ucap Liam mengulurkan satu cangkir teh, sedangkan di tangan lain pria itu pun sama.Perempuan itu segera menerimanya. “Lo nggak suka kopi?”Itu pertanyaan pertama yang Indira lontarkan setelah ia bungkam cukup lama dan berusaha menghindar dari Liam. Ucapan pria itu saat di depan pintu unit masih terbayang dalam benaknya.Terlalu manis untuk mendapatkan respons tubuhnya yang tidak keruan.Huh! Jangan-jangan ia sudah mulai masuk ke dalam perangkap Om Mesum ini?!“Ya. Lebih suka yang manis. Apalagi kalau lihat kamu. Bawaannya selalu tersugesti untuk tersenyum.”Sial!Hampir saja Indira akan bersiap minum dan ia bisa tersedak mendengar rayuan ‘maut’ seorang Liam Ogawa yang sekarang berdiri di sampin

    Last Updated : 2021-05-19
  • Marriage Express   10. Menghargai Calon Istri

    “Sekarang kamu pilih gaun untuk pertunanganmu sama Liam. Nanti Mama sama calon ibu mertuamu yang bakal sesuaikan pakaian Liam. Dia sibuk untuk tiga hari ke depan, menyelesaikan beberapa pekerjaan sebelum akhirnya melaksanakan pertunangan.”Indira tidak berkedip sama sekali.Perempuan itu bahkan masih membuka sedikit bibirnya, menatap wanita yang mengajaknya pergi ke Mal untuk berbelanja. Terlebih Indira yang masih memakai seragam sekolah, dijemput sang Mama yang terlalu aneh hari ini.Tapi, memang sudah diduganya jika kedatangan wanita itu tidaklah mengundang ketenangan. Senyum Mama Indira sangat menakutkan.“Ma ...”“... Hayo?! Mau bantah lagi? Masih nggak capek merengek terus? Silakan aja, sebanyak apa pun kamu menolak alias membantah ucapan Mama. Sebanyak itu pula Mama berusaha membuat kamu lelah.” senyum lebar berbanding terbalik dengan wajah datar Indira.Perempuan itu mendengk

    Last Updated : 2021-05-22
  • Marriage Express   11. Saling Dekat

    “Buset, Dira ... Cincinnya bagus banget. Ini pasti mahal,” puji Naomi mengusap untuk kesekian kalinya cincin yang tersemat di jemari tangan Indira.Bukan cincin pertunangan. Melainkan cincin untuk dipakai Indira tanpa ada makna lain, kecuali mempercantik lingkar jemari tangannya.See? Mengerti maksud Indira?Liam membahagiakan Indira dengan cara tidak terduga. Datang ke toko untuk memilih cincin pertunangan dan mendapatkan bonus perhiasan satu lagi. Cincin untuk mempercantik dirinya.“Brand yang sama,” balas perempuan itu melirik setengah tidak berminat Naomi yang masih saja mengagumi cincin berkilau dengan harga yang tidak akan sanggup mereka bayar.Keduanya sedang duduk di atas kasur Indira, masih memakai seragam olahraga. Ini hari terakhir Indira melepas masa lajang dan akan terikat besok hari untuk melaksanakan pertunangan. Setelah itu? Rentetan aktifitas termasuk memilih gaun pernikahan pasti a

    Last Updated : 2021-05-23
  • Marriage Express   12. Pria Memesona

    “Mulai sekarang kamu harus rajin belajar masak,” cetus Mama Indira sibuk berdiri, menyiapkan nasi goreng yang sudah dirinya buat ke dalam piring lebar milik suami dan anaknya.“Karena sebentar lagi kamu bakal menikah,” sambungnya.Wanita itu yang berdiri di antara suami dan anaknya cukup mudah menaruh nasi bergantian di sana. Tangannya bergerak, tapi bibirnya tidak lantas berhenti untuk menceramahi anak semata wayang.“Belum sampai satu minggu Dira jadi tunangan dari salah satu anak di Keluarga Ogawa, Ma ...” balasnya lemas, sibuk menutup mulut karena menguap. Matanya sulit sekali terbuka sempurna. Padahal, ia sudah rapi dengan seragam sekolah yang mengenakan rompinya.Sedangkan Papa Indira tertawa kecil, melihat putrinya yang sudah dilirik sang Mama dengan tajam. “Kamu tidur jam berapa semalam?” tanyanya dengan mata memicing.Indira yang tidak mendongak sama sekali untuk sekadar menatap p

    Last Updated : 2021-05-30

Latest chapter

  • Marriage Express   75. Extra Chapter (5)

    Ketukan sandal, kedua tangan yang dilipat depan dadan serta sorot tajam itu membuat Liam menatap bingung istri kecilnya. Ia baru saja tiba di rumah pukul sembilan malam, sesuai perjanjian di antara dirinya dan Indira. Pria itu mendapatkan izin untuk mengikuti reuni dan pulang di saat acara belum selesai.Apa yang salah?Bahkan, selama mereka menikmati liburan bulan madu, Indira membebaskan Liam pergi datang ke reuni dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Tidak sekali, melainkan beberapa kali dan satu hari mereka pulang ke Jakarta, Indira mengingatkan Liam.Ia sudah paham dan tidak akan membuat istrinya marah atau menangis lagi.Tapi belum sempat ia membuka pintu unit apartemen. Indira sudah berada di depannya, menunggu dengan raut wajah berbeda. Sebenarnya Liam sudah sangat ketakutan karena jika Indira marah ... maka ia harus menenangkannya. Liam pernah gagal untuk meluluhkan hati Indira ketika marah. Suasana hati istrinya kerap tidak terduga akan lulu

  • Marriage Express   74. Extra Chapter (4)

    Indira tidak pernah menduga. Sekali jatuh cinta, maka ia merasakan kebahagiaan luar biasa selalu melingkupi dirinya bersama orang terkasih. Ia mencintai Liam, menerima semua kekurangan ... kesalahan yang pernah suaminya buat. Tapi apa pun itu, mereka sudah melangkah bersama, menata pecahan yang pernah menghunus tepat di hati.Bahkan, Indira sudah membuang rasa salah tingkah tiap Liam mulai menggoda atau ingin bermesraan dengannya. Karena sejak malam itu, ia ingin menjadi perempuan yang bisa mengimbangi sikap dewasa Liam, ikut mesum dan tentunya ikut romantis!Perempuan itu sedikit mendongak saat fotografer yang mereka sewa, memberikan aba-aba. Senyumnya semringah saat Liam memeluk pinggangnya dari samping, lalu membawa bibir basah itu ke leher istrinya. Mereka sudah menghabiskan banyak pose di tempat berbeda.“Cium, dong,” pinta perempuan itu merona saat pelukan mereka terurai.“Dari tadi kamu nggak pernah cium bibir aku,” gerutu I

  • Marriage Express   73. Extra Chapter (3)

    ‘Ingat, Dira Sayang. Sekarang kamu udah tau bagaimana isi hati kamu dan ternyata ... kamu juga sangat mencintai suamimu. Jadi, lupakan semua hal yang bisa membuat kamu malu dengan keadaan sebelumnya dan jadilah perempuan yang terlihat dewasa untuk merayu pria tampan.’‘Keberhasilanmu kali pertama adalah bagian terpenting yang bisa membuat Liam terus mengenang hal mendebarkan sama kamu, Nak.’‘Jangan kecewakan suamimu yang sudah menunggu kamu selama ini. Lakukan penuh cinta dan sayang yang kamu pancarkan dengan ketulusan hati.’Indira berdebar.Perempuan cantik itu memegang bagian di mana jantungnya berdetak kuat. Ia merasakan kedua pipi memanas saat di hadapannya ... ia terlihat sedikit lebih dewasa dari usianya dan juga bagaimana ia merias diri; memperlihatkan bagian yang harus terkesan sensual.Bibir kemerahan oleh lipstik dan juga riasan yang tidak terlalu tebal. Selama tinggal dalam satu unit yang sama. Indir

  • Marriage Express   72. Extra Chapter (2)

    Tidak ada hari yang membuat mereka lelah untuk menciptakan kebersamaan yang manis. Liam dan Indira membuktikan, jika hal kecil bisa sangat berarti dan membuat komunikasi di antara keduanya terjalin kuat.Setelah pulang bekerja atau Indira yang memang kerap pulang cepat karena dalam masa ujian, mereka akan menyiapkan makan malam. Baik Indira ataupun Liam sudah saling mengerti dan memusatkan status mereka sebaik mungkin.Mereka akan menonton bersama di sore hari dan di tiap malam, Liam akan menjadi tutor bagi Indira dalam mengulas materi apa pun untuk besok harinya.Hmm, lebih tepatnya tutor tampan. Suami yang merangkap sebagai guru private sangat menyenangkan bagi Indira. Ia bisa meminta hadiah istimewa dan mendebarkan. Apalagi jika bukan sebuah ciuman panjang. Karena akhir-akhir ini Liam terlalu jual mahal.Dari mereka kembali bersama ke unit, sepertinya Indira yang memperlihatkan sisi agresif. Setiap malam pun ia sengaja memeluk Liam dan membawa satu kak

  • Marriage Express   71. Extra Chapter (1)

    “Gimana? Jawabannya udah benar semua, kan?”Indira tampak nyaman melingkarkan kedua tangannya di leher Liam, merangkul pria itu dari belakang seraya membiarkan suaminya duduk memeriksa materi yang mereka ulas bersama di meja belajar Indira.Malam sudah menunjukkan pukul sembilan. Tapi ditemani suaminya, Indira tetap semangat untuk ujian nasional di hari pertama besok. Harinya berlanjut dengan bahagia tanpa beban dan belajar ... tentu saja ia memahami dengan baik, tanpa berpikir hal pelik seperti beberapa waktu lalu.Omong-omong, suami ya? Tentu saja! Indira dengan perasaan berdebar melirik cincin di jemari tangannya. Ia mengulum senyum, menghadirkan rona merah yang begitu kentara. Pun, jemari tangan Liam di atas meja belajar Indira yang sesekali membuka lembaran materi, memperlihatkan jemari itu tetap tersemat cincin pernikahan mereka.Keduanya memberikan simbol cinta dengan cincin pernikahan yang tidak akan mereka lepas, kecuali untuk sementa

  • Marriage Express   70. Ending

    Liam tersenyum miris saat pandangannya sangat lekat memandang foto pernikahan yang ia diam-diam simpan dengan rapi di galeri. Ruang khusus dengan nama yang tertera ringkas ‘Pernikahan’, entah kenapa pernah ia pisahkan dan membuat folder sendiri.“Setelah pernikahan kita yang aku ingat hanya untuk terus sadar kalau waktu itu aku udah punya kamu. Aku nggak menjalani hari sebagai pria lajang dan ada seorang perempuan yang menjalani komitmen bersamaku.”Liam mengulas senyum manis, meskipun perih dan gemuruh dalam dadanya kian menguat seiring jemari tangan mengusap lembut layar ponsel. Foto pernikahan ia dan Indira yang terlihat banyak orang manis. Tapi Liam tahu, dalam hati Indira menatap dirinya dengan umpatan yang terlalu banyak.Ia tertawa kecil, membayangkan kemarahan Indira yang memantik bagian terdalam hatinya. Pria itu tidak pernah menemukan kesan seringan dan semanis ini saat berkomunikasi dengan seorang perempuan.Itu yang mem

  • Marriage Express   69. Lara Cintaku

    Bianca mengalihkan pandangan saat wanita itu menatapnya lurus, meskipun ia tahu jika ada air mata di pelupuk matanya. Diam-diam, jemari tangan itu mengepal di bawah meja, membawa dirinya pada keadaan yang tidak diinginkan.“Pernikahan putri Tante hancur, Bi. Kamu tau hal itu, kan?”Rahang Bianca mengetat ketika suara itu bergetar. Nyaris berupa bisikan dan itu sangat membuat Bianca kian mengepalkan kedua tangan, membuat buku jemari tangannya memutih. Ia membenci jika yang membawanya ke mari adalah Mama Indira.Ia tidak sengaja bertemu wanita itu di supermarket dan sekarang? Bianca terjebak dalam percakapan yang serius dan wanita itu adalah sosok pertama yang akan melindungi Indira.“Pernikahan Dira sudah berada di ujung tanduk,” lanjut wanita itu.Bianca langsung menatap manik mata Mama Indira dengan sorot tegasnya. Ia seolah tersudut ... dipojokkan dengan sangat tidak adil. Senyumnya tertarik sedikit, tampak menatap dan mem

  • Marriage Express   68. Mengembalikan dengan Tanggung Jawab

    Tangis Indira pecah saat ia memeluk erat wanita yang telah melahirkan dan meyakinkan Indira tentang suaminya sendiri. Ia mengatakan semua ... tanpa ada satupun yang ditutupi mengenai keretakan hubungan di antara dirinya dan Liam.Bahkan, Mama Indira membungkam mulutnya, nyaris bergetar saat Indira mengatakan hubungan asmara yang sempat dijalin antara Liam dan Bianca.Wanita itu hanya duduk tenang bersama suaminya di ruang tengah. Sampai ia mendengar satu tamu yang datang magrib, ia langsung membuka dan mendapati Indira memeluknya erat dalam mata sembab dan air mata yang tidak berhenti usai.Orangtua Indira kaget, mengenai hal yang tidak pernah perempuan itu ungkapkan sama sekali.Namun, bukan hanya air mata Indira yang terus saja membawa pilu dan sesak dalam hati orangtuanya. Mama Indira dan Papanya pun tampak sakit ... ketika Indira membuang begitu saja kue ulang tahun yang telah disiapkan pria itu untuknya.“Naomi datang ke unit Dira dan Li

  • Marriage Express   67. Perpisahan

    ‘Maaf, Indira. Aku harus pergi sebelum kamu bangun. Pagi tadi Xavier minta aku temani dia ke Bandung dan kami berdua akan balik lagi ke Jakarta setelahnya. Kamu pergi ke sekolah sendiri, ya. Sarapan paginya udah aku siapkan.’Indira menggerutu sebal dan melempar asal secarik kertas di tempel bagian depan kulkas. Ia menaruhnya di atas meja dapur, lalu duduk di sana dengan mengembuskan napas lelah.“Kenapa, sih?”“Giliran kemarin bangun pagi, dia masih tidur dan suasananya aman-aman aja. Sekarang harus ditinggal, tepat di saat gue ulang tahun,” sahutnya mengusap wajahnya yang masih kusut.Indira pikir, ia kembali berada di posisi Liam kemarin. Perempuan itu baru bangun jam enam kurang lima belas menit dan beranjak terlebih dulu keluar kamar saat tidak mendapati Liam berada di sisi ranjang.Namun, kenyataannya Liam memang tidak ada di unit dan sudah pergi duluan.Indira menilik piama tidurnya. “Ya udah,

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status