“Meriel tidak membalas pesanku, tidak mengangkat teleponku, dia juga tidak pulang ke sini dari rumah sakit sejak kemarin.” Hail membaringkan tubuh lelahnya di kasur. Menutup wajah tampannya dengan punggung tangan.
“Sebenarnya ada apa?” gumam pria itu kebingungan, menerka-nerka apakah ia ada berbuat salah. Namun, dia tetap harus berpikir positif. Hail juga yang meminta istrinya itu untuk tidak meminta izin akan segala hal. Jadi, wajar saja kalau sekarang Meriel tengah memadu kasih dengan selingkuhannya.
“Ah, iya. Besok Meriel ada pemotretan perdana.” Hail harus bisa meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk tetap menemani sang istri tercinta.
Pria kesepian ini pun mulai memejamkan mata, tidak sanggup lagi untuk melangkah sekedar ke kamar mandi dan membersihkan diri. Ia tertidur cukup pulas sampai sinar mentari menyapa melalui rambatan cahaya di balik celah-celah jendela.
&nbs
Sejak awal mereka saling mengenal, tidak pernah barang sekali pun Meriel berlaku kasar pada Hail. Bahkan yang ada malah wanita itu sangat memperhatikan perasaan Hail, sampai-sampai membuat pria tersebut sering kali salah paham.Walau demikian, Hail tahu siapa yang ada di hati Meriel, bukan dia yang sebagai suami tapi orang lain. Hanya saja ia percaya kalau hati seseorang bisa berubah, karena itu Hail tidak pernah berhenti untuk berusaha mendapatkan hati istrinya itu.Jadi, kesimpulannya adalah hanya satu orang yang bisa mengubah perilaku Meriel sedrastis tadi terhadap Hail, yakni Aron Deimos. Hanya makhluk itu saja yang kini terlintas dalam pikiran Hail.“Meriel adalah wanita baik hati yang mudah percaya pada orang lain, apalagi jika itu Aron.” Hail memukul setir mobilnya. “Berandal sialan itu! Apa yang dia katakan pada Meriel tanpa sepengetahuanku?”Padahal Hail sudah berbaik
Ranesha mengutuk Hail dengan mengabsen hampir seluruh nama-nama indah dari kebun binatang. Gadis ini sangat murka sampai berpikir ingin membunuh Hail dengan meracuni sang atasan, memberi Hail kopi bersianida misal.“Kenapa dia jadi sangat labil! Tadi katanya aku boleh pulang cepat! Sekarang dia malah melemparkan seluruh pekerjaannya padaku!” Ranesha mencak-mencak tidak terima. Meski demikian, tangannya bekerja dengan cekatan. Sungguh kontradiksi antara anggota tubuh yang mencengangkan.Namun, gadis ini tidak memiliki pilihan lain, walau kelelahan fisik dan batin, ia tetap mengerjakan tugasnya. Bahkan sampai jarum jam telah menunjuk pada angka dua belas lewat lima belas menit, Ranesha masih melakukan pertarungan sengit dengan laptopnya.Hingga pintu tiba-tiba terbuka, menampilkan sosok Hail dengan wajah berantakan seperti pengemis jalanan. Pria itu melangkah gontai ke arah Ranesha.“
Demi kerang ajaib dan seluruh jajarannya di laut. Ranesha harus melakukan apa sekarang? Jangan bilang dia harus berdiam diri saja duduk di sofa kantor ruangan ini, dengan balutan selimut yang menutupi seluruh tubuhnya tanpa celah.“That’s not possible!” Ranesha mulai merutuki diri sendiri. Namun, masalah terbesarnya adalah ancaman Hail sebelum pergi entah ke mana tadi. Iya, pria mesum itu mengancam akan menyerang Ranesha kalau ia bergerak barang sedikit pun dari sini.“Damn! That fucking bastard!” Bahkan membayangkan dirinya diserang oleh Hail dengan penampilan yang hot begitu malah membuat pipi Ranesha memanas, seharusnya gadis ini takut! Iya, kan? Lantas kenapa dia seperti menanti untuk diseran Hail? Ranesha sudah seperti domba dungu yang menyerahkan diri pada serigala lapar.“Oh my ghost!” Ranesha mengacak-acak rambut dan memukul ke
Sosok pelayan itu—Lily—memandang pria di depannya kini dengan tatapan horor. Mungkin bisa pula didefinisikan juga dengan pandangan penuh tanda tanya dan intimidasi? Hail tidak bisa mendeskirpsikan tatapan mata itu.“Ba-bajunya.” Lily menyerahkan totebag yang sudah ia siapkan tadi, pada Hail dengan gerakan yang ragu-ragu.“Terima kasih.” Ketika Hail ingin melangkah pergi, ia malah bertemu dengan sosok penguasa di rumah tersebut. Caspian Seibert. Entah apa yang terjadi, tapi Hail benar-benar merasa ditimpa kesialan bertubi-tubi hari ini.Tidak hanya Hail, bahkan Lily sekali pun tidak menyangka bahwa Caspian akan berada di depan teras rumah pada jam segini—ini masih jam tiga pagi, jam tiga pagi, lho! Sebenarnya apa yang Caspian lakukan di jam seperti ini?“Aku tidak pernah tahu bahwa CEO dari perusahaan yang kuberi banyak suntikan dana bisa bertam
“Meriel aman bersamaku, jangan mengusiknya lagi,” tajam Hail ingin meringkas percakapan. Mata elang khas yang berwarna cokelat terang tersebut menatap nyalang pada objek di depannya.Tersenyum miring, pria berpakaian rapi di hadapan Hail ini menyeruput kopi terakhirnya. “Kau tahu, rumor tidak sedap antara CEO Delmara Company dengan sekretarisnya cukup mengusik Tuanku. Pihak kami merasa dirugikan,” ocehnya begitu menyebalkan.Hail mendesah, menarik napas panjang dan menyandarkan dirinya ke kursi dengan kasar. “Media sudah ku buat bungkam, rumor yang kau bicarakan telah basi, sayang sekali.” Ia juga menyungging senyuman mengejek di akhir.“Ah, begitu. Jadi kau sudah mendapatkan hatinya?” Kali ini pria dengan sisiran rambut yang dibelah itu menyindir Hail dengan serangan yang telak.“Kau … sampai kapan pihak kalian mengganggu rumah tangga oran
“Hah, orang-orang hebat dan terkenal ini. Dengar, aku tidak akan memberi kalian pengampunan,” cicit seorang polisi yang menggeleng-geleng skeptis sambil mengetikkan sesuatu pada layar komputer di depannya.Pria gagah dengan rambut cokelat yang gelap itu masih duduk rapi, sesekali menggaruk kepala dan terus-terusan menghindari tatapan menusuk dari gadis cantik di sampingnya.“Saya minta Anda untuk menyelsaikan urusan, bukan malah menambah pekerjaan saya begini!” keluh gadis itu setengah mengomel. Rasanya tidak ada yang benar-benar berjalan mulus sejak ia membuka mata mengawali hari.Ingatan Hail kembali berputar pada momen di mana Meriel menangis tersedu-sedu dibuatnya, dan istrinya itu lebih memilih untuk menemani Aron ke rumah sakit dari pada menemaninya yang sebagai pelaku kejahatan di kantor polisi.“Baiklah, coba katakan kenapa Anda memukuli pemuda itu sampai &hellip
“Akhh … aahh … nghh ….” Desahan demi desahan lolos dengan begitu indah dari mulut manis Ranesha pada saat Hail sibuk menjamah leher dan meraba punggungnya erotis.Pria itu semakin hilang kendali mendengar desahan nikmat dari sekretarisnya ini. Ia jadi ingin melakukan lebih dan lebih lagi. Lidah Hail menyapu bersih leher jenjang Ranesha, kembali mencium, menjilat, bahkan menggigit dan mengisap leher putih tersebut. Membuat lenguhan antara rasa sakit dan kenikmatan dari Ranesha kembali menyapa telinga Hail, menjadikan pria ini tambah menggila.“Ja—nghh … di—hh … sini—akkhh!” ucap Ranesha terbata-bata diselingi dengan desahan. Tangan Hail yang meraba punggungnya bergerak melepas pengait bra yang ia kenakan. Lelaki itu juga sudah membuka habis kancing kemeja kerjanya.“Really?” gumam Hail. Menatap mata hazelnut Ranesha dengan sa
Hari pertama, kembalinya Meriel di kediaman Hail.Meriel mendesah ringan, ia menatap nanar layar ponselnya. Tadi salah satu pengawal Aron yang menjaga anak itu di rumah sakit, baru saja memberi kabar, bahwa Aron masih dirawat di sana dengan kondisi yang cukup stabil.Hanya saja, tulang pipi kanannya retak akibat dihantam oleh kaki Hail, tulang tangan yang ia gunakan untuk melindungi diri juga ada bagian yang retak, mirisnya lagi bagian terparah adalah tiga tulang rusuk Aron yang patah.Meriel merinding ngeri ketika membaca pesan teks berisi keadaan dan foto Aron saat ini, ia jadi bertanya-tanya sekuat apa sebenarnya suaminya itu. Karena yang ia tahu dan kenal selama ini hanyalah sosok Hail yang kadang dingin tapi begitu lembut dan perhatian padanya.Namun demikian, Meriel merasa Hail sudah benar-benar berubah sekarang. Ia tidak hanya melihat sosok lembut itu berbah jadi seseorang yang bengis bak mons
Satu bulan telah berlalu sejak hari itu. Meriel sendiri telah kembali tinggal bersama ayahnya yang adalah seorang diktator. Secara sembunyi-sembunyi, Ranesha mendengar obrolan antara Caspian dengan kepala pelayan. Ternyata Caspian masih menyimpan dendam dengan Meriel. Wajar sekali sih, pria paruh baya itu hampir saja kehilangan satu-satunya harta paling berharga yang ia miliki di dunia ini—Ranesha. Walau bagaimanapun, Caspian ingin memastikan bahwa orang itu—Meriel—mendapat ganjaran yang lebih mengerikan dari pada penjara. Benar. Ranesha tahu sendiri bahwa bagi Meriel, kembali tinggal di rumah ayahnya yang bagaikan psikopat itu adalah hukuman paling berat di muka bumi ini. Bahkan tidak menutup kemungkinan, Meriel saat ini sedang merasa lebih buruk dari pada di neraka. “Apa aku sangat buruk karena senang dengan hal itu?” Ranesha bergumam. Saat ini rambut Ranesha sudah lebih panjang, mata hazelnut indahnya menatap pe
“Aku berjanji,” lanjut Hail lagi semakin menunduk dalam. “A-aku berjanji kalau ini akan menjadi pertemuan kita yang terakhir.”“T-tunggu dulu, Pak. Apa maksudnya Anda ini sekarang—"“Ran … kata maaf saja memang tidak cukup untuk menebus segala kesalahan yang telah aku perbuat pada hidupmu.” Hail menyela kalimat Ranesha yang belum rampung. Pria dengan tampilan yang amat berantakan ini masih terus berceloteh dengan mengabaikan pendapat lawan bicaranya sendiri—sebuah kebiasaan buruk yang tak patut untuk ditiru.“Pak, saya—”“Aku akan pergi dari negara ini setelah segala urusan di perusahaan aku selesaikan. Jadi kau tenang saja. Cukup diam di sini dan beristirahatlah sebanyak mungkin. Kau tidak perlu mencemaskan apa pun lagi. Biar aku yang urus semuanya.”“Tapi saya—”&
Buruk. Ranesha bahkan hampir tidak bisa mengenali penampilan Hail saat ini. Sungguh, ketika baru saja ia selesai diperiksa oleh dokter, mengobrol ringan bersama dengan sang ayah, Ranesha hampir saja terkena serangan jantung tadi saat Hail tiba-tiba masuk ke dalam ruangan ini dengan sedikit gebrakan yang cukup mengejutkan.Dan kini, Caspian setelah menantap pria itu dengan intimidasi mengancam, pergi meninggalkan Hail dan Ranesha sendirian. Ini cukup mengejutkan karena Ranesha tahu bahwa Caspian dari dulu membenci sosok Hail—entah karena alasan apa.“Ran, aku ….” Hail masih menunduk, tidak sanggup menatap kondisi mengenaskan Ranesha. Padahal saat ini malah Ranesha yang tengah memandanginya dengan tatapan kasihan. Penampilan Hail sungguh berantakan, tidak terurus. Wajah tampannya terlihat kusam, dengan kumis danjenggot yang tidak dirapikan. Rambut legam Hail juga tampak kusut. Apalagi bajunya, apa Hail tidak meminta or
“Meriel aku ….” Hail memejamkan mata, lalu memjiat pelipisnya yang terasa berdenyut-denyut, berusaha untuk tidak berlaku kasar pada seseorang yang dulu pernah ia cintai setengah mati ini.“A-Aku mohon Hail! Jangan seperti ini … j-jangan lakukan ini! Aku minta maaf! Aku sangat menyesal, j-jadi tolong hentikan semua ini Hail! Jangan menyiksaku ... aku mohon padamu dengan sangat-sangat!” Meriel masih bersimpuh di kaki Hail, menangis sampai meraung-raung. Memohon seperti orang yang tidak memiliki harga diri lagi.Hail menengadah, mendengkus kasar, Ia sangat tidak sudi untuk menyentuh Meriel barang seujung jari pun. Memang benar kata orang dulu, kalau perbedaan antara benci dan cinta itu setipis benang saja. Hari ini kau bisa sangat membenci dia, tapi besok kau bisa saja sangat menggilainya. Begitu pula sebaliknya. Hari ini mungkin dia adalah duniamu, dia adalah segalanya bagimu, tapi besok … bisa saja
Runtuh. Hancur tanpa sisa kepingan lagi. Tiada kata-kata yang dapat menggambarkan perasaan Caspian saat ini. Ketika Ranesha, harta satu-satunya yang ia miliki di dunia ini, dikabarkan kembali mengalami kecelakaan. Apalagi ini bukanlah kecelakaan biasa. Setelah diusut oleh tim keamanan pribadinya, Caspian menemukan fakta bahwa Ranesha telah diserang.“Lalai … Ayah lagi-lagi gagal dalam menjagamu.” Caspian masih menangis sambil memeluk erat tangan Ranesha, menciumnya sesekali, meletakkan tangan kurus itu di keningnya dalam perasaan kalut bercampur haru.“Ibu dan adikmu pasti saat ini sedang mengutuk Ayah. Kau juga harus melakukannya.” Caspian masih mengoceh di sela isak tangis. “Tolong siksa Ayah dengan hal lain Ran. Kau boleh membenci Ayah. Kau juga boleh memukul Ayah. Kau boleh melakukan apa pun, tapi tolong ….” Kedua tangan Caspian yang meremas lembut jari-jari putri tercintanya ini.
Langit malam bertiup kencang melewati seonggok tubuh kecil, yang kini tengah melayang setelah terpeleset dari atap gedung dengan lima belas lantai.“Ah … perasaan dejavu,” ungkap gadis itu yang tak lain dan tak bukan adalah Julia. Benar. Sosok asli dari Ranesha yang seharusnya terjebak di dalam dunia webtoon. Lantas, kenapa di bisa berada di sini? Dia jelas pernah mengalami ini. Sebuah peristiwa nahas yang membuat jiwanya berpindah menjadi tokoh sampingan dalam webtoon Perjuangan Cinta Meriel.“Padahal aku sebagai Ranesha habis mengalami kecelakaan,” gumam si gadis berbadan mungil yang memakai jaket nan tipis tersebut. Ia ingat bagaimana mobil Ranesha terguling dan dirinya tengah sekarat saat itu. Sekarang dia berada di sini dengan sangat membingungkan. Tubuhnya yang jatuh dari atap gedung tinggi serasa melmbat. Seolah-olah gravitasi bumi tengah menolak dirinya.Mata bulat si gadis menatap
“APA?” Hail beranjak tiba-tiba sampai membuat Meriel yang hampir terlelap sambil memeluk lengannya terjungkal kaget.Namun, bukannya protes. Secara diam-diam wanita itu malah tersenyum seolah senang. Benar. Meriel kurang lebih tahu apa yang Hail dengar dari suara di seberang benda pipih tersebut. Rencananya sudah berhasil. Shade telah melenyapkan Ranesha. Ini sangat sempurna. Sekarang tidak ada lagi yang menganggu kesenangan Meriel. Sekarang, Meriel hanya perlu—“Aku harus ke rumah sakit sekarang. Kumohon kali ini saja Meriel, aku harus memeriksa keadaan Ranesha. D-Dia … sedang dalam keadaan kritis karena kecelakaan.”Apa? Ternyata benar. Hail bisa kehilangan kendali jika mengenai Ranesha. Meriel mulai kesal sekarang. Padahal dulu saat Hail masih menggilainya, Hail tetap berpikir dengan logika. Tidak urang-uringan seperti ini. Ah, sangat tidak adil. Apa istimewanya seorang Ranesha di
Ranesha sudah menumpahkan segala keluh kesah gundah gulananya pada sang ayah waktu itu. Tentu saja Caspian sempat mengamuk dan hendak menyerang langsung ke rumah Hail. Namun, Ranesha tidak mengingankan hal tersebut. Ia mati-matian menahan Caspian dengan air mata yang berderai.Caspian memang luluh dan kembali tenang. Hanya saja, Ranesha tidak dapat menghentikan niat ayahnya itu yang ingin menarik semua investasi kepada Delmara Company. Karena alasan Caspian menjabat sebagai salah seorang investor tertinggi di sana hanya demi Ranesha. Kalau putri semata wayangnya itu sudah tidak bekerja dengan Delmara Company lagi, maka Caspian tidak memiliki alasan untuk membantu perusahaan tersebut.Meski hasil yang ia dapat dari saham yang Caspian miliki di Delmara Company cukup besar. Sang ayah sudah tidak peduli lagi. Baginya, kebahagiaan si putri kecil lebih utama dari pada harta. Caspian tidak ingin memiliki hubungan dengan orang yang sudah menyakiti R
“Ada yang ingin kau bicarakan, Meriel? Harusnya kau istirahat saja. Apa kau sudah lupa yang dokter katakan waktu itu? Janinmu—maksudku, anak kita … dia masih dalam kondisi yang tidak stabil. Kau sebagai ibunya harus banyak-banyak istirahat.” Hail berceramah panjang kali lebar, sambil mengambilkan segelas air putih, memberikannya pada Meriel, lalu duduk di samping sang istri.Bahaya. Hail bahkan tidak bisa merasakan apa pun lagi terhadap Meriel. Debaran jatuh cinta atau pun gairah yang menggelora, semuanya sudah tidak ada Hail rasakan lagi selain pada Ranesha. Ini sangat menyiksa. Ia harus terjebak tinggal dengan bersama orang yang dulu pernah Hail cinta. Perihal kecantikan Meriel yang dulu sangat ia kagumi pun telah sirna. Berganti dengan rasa rindu yang sangat berat pada Ranesha.“Anak kita sedang rindu ingin melihat wajah ayahnya.” Meriel bergeser untuk lebih mendekat, lalu memeluk lengan Hail yang suda