Tiga troll dan satu giants menghadang Tim Adam, Jillian langsung menembakkan sihir pedang hitamnya. Meski melesat dan menancap pada dada salah satu troll, monster itu tak tumbang. Mereka malah semakin terpancing amarahnya untuk mengamuk pada Tim Adam. Issac langsung melompat dari kudanya, beberapa percikan petir menyala di sekitar tubuhnya, awan badai tiba-tiba terbentuk di atas Tim Adam. Jari telunjuk Issac menunjuk ke depan.
Baam... petir menyambar dari tangan Issac. Finger of Death, kemampuan sihir dari Issac ditembakkan hingga menembus dada giants itu, lubang besar terbentuk di dadanya, dan giants setinggi 30 meter itu tumbang.
Jillian pun melancarkan aksinya juga, memacu kudanya lebih kencang, dan ketika kuda Jillian berhadapan dengan salah satu troll, Jillian melompat dari kudanya dan langsung menebas kepala troll tersebut. Mika dan Sacha bersama menebas kedua kaki milik salah satu troll, ketika troll tersebut tumbang, Mika berbalik dan menghunuskan pedangnya ke
Kuda Mika, Sacha, dan Wylus kemudian bergerak maju ke depan. Tanpa menunggu, Lord of Beast langsung melompat untuk menghadapi musuhnya. Salah satu lengannya memukul langsung perisai besar Wylus, perisai itu kuat tapi kaki kuda Anora tidak begitu kuat, Wylus dan kudanya ambruk. Di sisi samping, Mika dan Sacha melancarkan serangan pedang dan tombaknya. Wylus kembali berdiri dan Carlos juga sudah muncul dengan sihir teleportasinya.:Seharusnya itu cukup untuk menyibukkan Lord of Beast,” pikir Jillian.Jillian dan Issac Hamis saling memandang, sedikit anggukan Jillian berikan sebagai isyarat. Mereka berdua diam-diam pergi untuk tidak melawan Lord of Beast, mereka berdua sama-sama menghilang dan muncul di posisi sama yang cukup jauh dari pertarungan anatar Tim Adam dan Lord of Beast. Jillian akui sebenarnya lawannya itu tidaklah mudah dihadapi, Lord of Beast sempat bisa menandingi serangan Jillian dan Carlos, itu berarti dia bukan musuh yang sembarangan. Mika, Sacha,
Bagaikan karma atas kesombongan Jillian, saat ini Tim Adam tidak berkutik melawan dua Lord itu. Jillian merasa bersalah, andai mereka selamat nantinya Wylus pun telah kehilangan tangan kanannya. Rasanya 10 tahun yang lalu kembali terulang dalam benak Jillian. Kapten Samuel, Lina, Nolan, Kamal, Tom, Justin, Steve... nama-nama mereka teringat lagi. Bayangan Lina dan Kamal yang terakhir dilihat Jillian samar-samar terngiang di sana dan Issac yang terbaring di tanah mengingatkannya pada Steve.Jillian menguatkan hati dan kesadarannya, dia tidak ingin kehilangan lagi teman-temannya, dia tidak ingin kehilangan Tim Adam satu pun. Amarahnya bergejolak, tapi kesadarannya telah kembali penuh, Jillian menciptakan empat pedang hitam di sisinya.Empat pedang itu segera menghunus ke arah Lord of Pollution dan melepaskan cengkeraman di leher Jillian.“Issac! Bangun! Aku hadapi lawan ini, kamu kembali bantu Tim Adam!”“Argh!” Issac bangun dengan m
Pedang Lord of Pollution berwarna merah gelap, dengan keempat sisinya bergigi gergaji. Jillian membayangkan pedang itu lebih mirip gada perang dari pada pedang. Jillian kembali mengangkat perisainya untuk bertahan dan empat sihir pedang hitam tercipta lagi.Menghilang.Lord of Pollution kembali muncul dengan siap mengayunkan pedangnya secara vertikal. Jillian bersiap menahan dengan perisainya, tapi Jillian sekilas melihat perubahan bentuk dari pedang Lord of Pollution itu. Gigi gergaji itu tampak mengendur, keempat sisinya pun juga merenggang. Jillian membuka matanya lebar-lebar, pedang itu berubah menjadi cambuk dengan empat cabang dan setiap cabanya penuh dengan gigi gergaji yang tajam.Jillian kini memilih menghindar dari cambung itu. Tapi bukannya menghindar, Jillian malah maju ke depan dengan memperkirakan kelemahan dari cambuk itu dari jarak dekat. Serangan Jillian ditahan oleh Lord of Pollution, ia merasakan kepadatan pada keempat batangnya cambuk itu. Se
Lord of Pollution terus bergerak dengan cepat dan meski Jillian bisa mengimbangi kecepatan itu, tak satu pun ada yang mendominasi dalam pertarungan. Sungguh cambuk-cambuk hidup itu benar-benar susah dihindari oleh Jillian. Ia lebih sering menepis serangan cambuk-cambuk itu dengan perisainya. Sedangkan Lord of Pollution selalu saja dibuat kewalahan oleh serangan-serangan pedang hitam Jillian.Menghilang.Jillian muncul di depan Lord of Pollution, kali ini dia tidak mencoba mengayunkan pedangnya tapi dia membenturkan perisainya. Kembali keempat cabang cambuk itu menahan serangan Jillian dan cambuk itu memecut hingga menjalar seperti ular, Jillian kembali mundur.Pertarungannya kali ini benar-benar tidak memiliki celah, kedua serangan selalu seimbang dan tak saling mengenai.Kini cambuk-cambuk itu mulai mengendur, tertarik mundur, dan kembali ke wujud pedang dengan empat sisinya.“Aku yakin kamu bukan dari Anora, tidak ada satu pun Kesatria Anor
“Sacha!!! Sacha!!!” teriak Mika dan Beryl dengan penuh kekhawatiran. Mika berjalan dengan kaki diseret, luka kakinya memang tidak bisa membuatnya berjalan baik. Seolah tidak peduli dengan rasa sakit di kakinya, Mika memaksakan berjalan bahkan ingin berlari. Beryl yang melihat Mika mencoba pergi maka langsung menahan Mika.“Tidak! Tenanglah, kamu tidak bisa pergi,” ucap Beryl.“Kalau begitu tolong selamatkan Sacha.”Beryl menggelengkan kepala, rasanya sangat berat untuk tidak pergi, tapi melihat serangan fatal yang menusuk tubuh Sacha dan dampak dari Death Breaker-nya, Beryl tidak yakin bisa menyelamatkannya. Anatasia masih perlu pertolongan, bahkan Mika pun harus di obati. Beryl mau tidak mau harus melakukan triase— pemilihan prioritas pada korban.“Khahahaha.... kalian sungguh menghibur. Tapi ini bukan yang paling menghibur. Dan kau,” Lord of Pollution menunjuk kepada Beryl, “Akan kubiarkan heal
Pasukan The Horn sebenarnya mendominasi pertarungan pada gelombang pertama musuh. Hobgoblin dan orc yang mereka lawan tidaklah menyulitkan. Meskipun pasukan The Horn yang paling sedikit, mereka tetap memenangkan pertahanan di sisi kiri. Tapi kondisi tiba-tiba berubah ketika monster-monster bersayap muncul dari gates besar di langit.Kanta benar-benar tidak menyangka ribuan makhluk valkryie yaitu ras dari Seahigh, tiba-tiba muncul. Perasaan Kanta mulai terasa buruk, Seahigh adalah tempat di mana Lord of Sky tinggal, dan gerbang monster itu muncul pasti atas sebab dari kedatangan Lord of Sky.Pasukan The Horn yang dipimpin oleh Kanta dan pasukan elf yang dipimpin oleh Komandan Veren— Komandan Pasukan Darat dari Kerajaan Elace, mulai terdesak oleh serangan-serangan valkryie. Sisi kiri formasi aliansi mengalami kewalahan dari serangan udara, sedangkan sisi kanan formasi aliansi mengalami kewalahan dari ribuan pasukan musuh gelombang kedua.Akhirnya pun rencana
Ketika tiupan trompet itu berhenti, emosi Jillian yang sempat tenang kini kembali dipenuhi kemarahan.Menghilang.Jillian muncul di atas Lord of Pollution yang terbaring di tanah, delapan pedang Jillian langsung melesat ke tubuh Lord of Pollution, beberapa berhasil menancap pada tubuh atau kakinya dan beberapa yang lain berhasil ditahan dengan cambuk. Jillian mengayunkan pedangnya tapi cambuk lebat Lord of Polution dari tangan menahan serangan Jillian dengan mudah.Dada hingga perut Lord of Pollution yang tertebas mulai menumbuhkan cambuk-cambuk yang lebat. Seiring dengan tumbuhnya, cambuk-cambuk itu bergerak perlahan ke Jillian. Jillian merasakan hal buruk jika sampai cambuk-cambuk itu menjeratnya. Lebih dari kekhawatiran itu, Jillian masih belum menemukan celah bagaimana mengalahkan Lord of Pollution, semakin banyak luka yang diterimanya malah semakin banyak darah yang berubah menjadi cambuk-cambuk hidup.“Khahaha kau pikir bisa membunuhku?”
Luka gores di lengan Jillian bukanlah apa-apa, tapi ia akui bahwa serangan tadi juga terasa mengarah pada dirinya. Bagaikan sekali tepuk mendapatkan dua lalat, panah yang ditembakkan itu juga bermaksud mengenai dirinya. Di kejauhan dari arah anak panah itu melesat, terlihat dua sosok samar-samar, dan Jillian tak tahu siapa sosok itu. Tanpa banyak memikirkan hal yang lain, Jillian bergegas menuju Issac. Dua rekannya telah dikalahkan dan Lord of Beast harus membayar itu.Baru saja beberapa langka berjalan tiba-tiba insting Jillian menarik mundur kepalanya. Seorang muncul dan langsung mencoba menyayat leher Jillian. Seorang itu merupakan elf dengan jubah yang terlihat seperti bangsawan. Dia terlihat seperti pria paruh baya, di lengannya terdapat senjata berbentuk cakar dengan tiga kuku besi panjang mirip pisau, dan senjata itu hampir saja menyayat leher Jillian. Ia tidak mengenal siapa elf itu dan bahkan tampangnya bukan mirip seorang dari pasukan alinasi.“Munginka
“Kita harus pergi ke sana,” ucap Jillian yang langsung melepaskan pelukannya. Akan tetapi, genggaman tangan Arina semakin kencang mencengkeram baju Jillian.“Aku mohon, jangan pergi,” ucap Arina yang menahan Jillian untuk bergerak. Dia mendongakkan kepalannya dengan mata yang berkaca-kaca.“Kamu baru pulang. Kamu belum ada sehari di sini. Biarkan WH Organization yang mengurusnya. B-bahkan kamu tak memilik tim lagi, Sayang. A-aku khawatir kamu pergi sendiri,” ucap Arina mencari-cari alasan.Jillian menghela nafasnya, ia tiba-tiba senang melihat Arina yang penuh kepedulian. Akan tetapi, ia juga sedikit merasa bersalah karena membuat Arina khawatir. Beberapa ucapan istrinya benar, ia baru saja pulang dan lagi pula ia tak memiliki sebuah tim.“Apa ada kabar dari WH Organization?” tanya Jillian pada William.“Aku belum mendapat kabar jika mereka akan bergerak. Mereka baru saja kehilangan Eric Novic,
William menangis tanpa tersedu-sedu ketika mendengar cerita tentang Mika yang tewas. Air matanya hanya mengucur dengan deras, dia mencoba tetap tegar di hadapan Jillian, meski tak dipungkiri bahwa dia sangat merasa kehilangan atas Mika.“Maaf, aku tak bisa menyelamatkannya,” ucap Jillian yang masih merasa bersalah.“T-tidak, Bos. Ini bukan salahmu.” William mulai mengusap air matanya.“Jadi bagaimana soal Rusia, Anatasia, dan Issac?” tanya Jillian.Ponsel William tiba-tiba berdering, dengan masih mengusap sisa air matanya Willliam mengangkat panggilan di teleponnya. “Permisi, Bos. Ini dari Edbert.”Arina terlihat kembali bersedih, dia menempelkan tubuhnya pada suaminya. Jillian pun mulai merangkul Arina karena merasakan kesedihan istrinya. Jadi, ia mengecup rambut Arina. “Tak apa-apa,” bisik Jillian.“Tapi bagaimana dengan Ana dan Issac? Aku khawatir,” ucap Arina yang me
Anatasia bergegas lari ke belakang untuk menghampiri Presiden Alferov. Ia menyapanya dengan rasa kekhawatiran, “Tuan Presiden, apa yang sedang Anda lakukan di sini?”Presiden Alferov telah mengenakan pakaian hunternya, Anatasia tahu bahwa dulunya dia seorang hunter juga. Dia melepaskan helm hunter-nya. “Aku juga seorang hunter, Nona Prikodov.”“Tapi, tempat ini sangat berbahaya,” tutur Anatasia.“Di sini tempat terakhir kita bertahan. Kita gagal di sini, Rusia tidak akan terselamatkan. Apa kau pikir aku sudi berlarian dan bersembunyi dari kejaran monster?” ucap Presiden Alferov. Dia kemudian berbalik dan menghadap ke ribuan hunter lainnya.“Kita adalah hunter! Kita akan melawan!” teriak Presiden Alferov membangkitkan semangat juang setiap hunter di sana. Akan tetapi kehadiran Presiden Alferov membuat Antasia menjadi khawatir.Anatasia bergegas berbalik ke garis terdepan, ia mencari seseora
Lev Mashkov mengetuk pintu dan segera membuka pintu ruangan Presiden Alferov. Ia berdiri di hadapan Presiden Alferov yang sedang memandang layar gadgetnya, ia yakin presiden itu sama stresnya memikir bencana yang sedang melanda negara Rusia.“Aku kemari untuk melaporkan situasinya,” ucap Lev Mashkov.Presiden itu mulai memandang Lev Maskhov untuk mendengarkannya, “Apa sangat buruk?”“Dengan Alyesye Prikodov, kita baru saja kehilangan 4 hunter tingkat S. Zagoskin Prikodov, Artov Koneki, dan Alexander Gurvich.”“Bahkan Zagoskin Prikodov?” Mata Presiden Alferov membulat karena terkejut. Artinya pula hanya menyisakan Anatasia Prikodov sebagai hunter berkemampuan paling tinggi.Lev Mashkov mengangguk, “Kurang dari 4 jam lagi, gerombolan monster akan mencapai perimeter pertahanan di kota Pereslavl-Zalessky. Hal buruk akan terjadi, Tuan Alferov.”“B-bisakah kita menang atau mun
Suara mesin truk di jalan yang kasar membangunkan Anatasia. Bintang di langit malam tampak bergerak dan begitu indah. Langit tampak cerah meski malam masih gelap gulita. Ia mencoba bangkit, tapi kepalanya terasa pening dan badannya terasa remuk.‘Apa yang terjadi?’“S-seorang.” Bibir Anatasia terasa berat untuk berkata-kata.“Dia bangun. Kau baik-baik saja?” Suara seseorang menjawab. Anatasia mengenali suara dan wajah yang kemudian mendekat itu. Dia adalah Nestikov si hunter beastmaster.“Apa yang terjadi?”“Kamu pingsan, Nona Anatasia,” jawab Nestikov.“Di mana yang lain?” Anatasia mencoba bangkit tapi seluruh tubuhnya terasa kaku.Nestikov menjawab dengan raut wajah penuh kesedihan. “Kami semua mundur sesuai perintahmu. Ledakkan itu... menewaskan Pavel dan Grigory.”Perasaan Anatasia terasa tertusuk sangat dalam. Ia tak menyangka telah k
Mobil kembali melaju dengan kencang. Satu per satu monster babau mulai datang, dengan sigap Anatasia dan lainnya mengalahkan monster setengah kelelawar itu. Mereka belum terlihat kewalahan, akan tetapi gerak mobil tiba-tiba berkelok-kelok, dan Pytor diserang seekor monster babau tanpa bisa melawan.“Pytor!” teriak Anatasia.“Tolong aku!” Tubuh Pytor hampir tertarik keluar, genggamannya di setir telah terlepas. Dengan cepat, Anatasia menembakkan anak panahnya dan mengenai monster babau yang mencoba menarik tubuh Pytor.Brug! Mobil menabrak sebuah tiang listrik di pinggir jalan. Anatasia dan lainnya terpental dari mobil, sedangkan Pytor jatuh berguling sendirian. Pening dirasakan oleh Anatasia, tapi ia mencoba langsung bangkit.Zagoskin dan Nestikov tampak baik-baik saja, mereka berdua telah bangkit dan menghadapi monster-monster babau yang berdatangan. Sedangkan Pavel Prikodov, Grigory Lesky, dan Zhelesky mulai bangkit. Mereka
#131 Lebih Cepat!Hati Anatasia tertusuk oleh kesedihan yang cukup dalam. Lagi-lagi ia kehilangan seorang rekannya dan bahkan seorang anggota keluarga Prikodov-nya. Ia segera bangkit karena sadar tak bisa terus bersedih, ia menoleh ke arah barisan pasukan undead yang berbaris rapi. Undead itu tak lagi memegang dua tombaknya. Salah satu tombaknya hilang dan pastinya tombak yang menancap pada tubuh Nezhnov Prikodov.Sosok Komandan March kembali terbayang dalam undead itu. Anatasia kembali mengamati dengan serius undead berkuda itu. Ia tak mengenali wajahnya yang telah membusuk tapi dari paras tegapnya saat berkuda sangat mirip dengan Komandan March.‘Tidak mungkin itu Komandan March.’ Undead itu kembali mengangkat tangannya yang memegang tombak. Gerak pasukan undead di belakangnya tiba-tiba berubah, pasukkan undead bertombak mengarahkan tombaknya ke depan, beberapa undead yang lain menarik pedangnya. Ketika undead itu menurunkan tombaknya, ia seperti m
Zagoskin tampak sedang bergulat dengan salah satu monster yang menyerupai ular, Nestikov masih mencabik-cabik undead di baris depan. Zehelesky juga masih menghajar monster-monster yang muncul dengan belatinya. Pavel Prikodov dan Grigory Lesky pun masih menghunuskan tombak dan pedang untuk membunuh para undead. Sedangkan Anatasia, tangannya masih terus menarik tali busur dan menciptakan anak panah, akan tetapi pikirannya tak bisa fokus.‘Di mana Pytor dan Nezhnov Prikodov?’ Anatasia tidak melihat keberadaan mereka berdua.Dua puluh menit pertarungan berlalu, gerombolan monster undead pun tak terlihat berkurang sedikit pun. Puluhan hingga ratusan bangkai monster mulai bertumpuk, tapi gerombolan monster yang muncul dari arah barat tak menunjukkan tanda-tanda akan berhenti. Jika gerombolan monster itu menerjang seperti ombak laut, maka artinya para hunter hanya menciduk airnya dan membuangnya ke pasir pantai. Mereka membunuh para undead seperti membasahi pasir
Ivon Zhelesky yang merupakan seorang hunter tanker di tim itu, bersiaga di paling depan dengan perisai besarnya. Di balik tubuh besar Zhelesky, Ivan Nestikov berlari dengan tangan kosong dan menghadang ogre besar itu. Tongkat pemukul ogre itu diayunkan namun Nestikov dengan mudah menghindar.Tangan kosong Nestikov berubah sedikit membesar, lengannya menjadi berbulu putih, dan jemarinya menjadi cakar yang cukup panjang. Ia merupakan hunter dengan class beastmaster jadi wajar sebagian tubuhnya berubah menjadi monster. Ia pun langsung menyerang balik ogre itu. Tak butuh waktu yang lama, cakar-cakar Nestikov mengoyak tubuh ogre itu hingga membunuhnya.Beberapa orang bersorak penuh bangga ketika melihat pertarungan singkat itu. Rasa cemas dan khawatir mereka hilang untuk sesaat. Truk-truk militer pun mulai bergerak pergi meninggalkan warga-warga yang masih terkagum-kagum.“Pergi! Tinggalkan kami! Tempat ini berbahaya!” teriak Anatasia pada kerumunan itu,