Kavaleri Raja Sehana telah tiba bersama pasukan bison kerdil, pasukan mammoth-meriam, dan pasukan mammoth-senjata mesin. Komandan Ebr yang semulanya hanya meringkuk dengan pedangnya, kini mulai berdiri, dan kembali mengacungkan pedang ke langit. Semua Kesatria Darat di sana lantas mengikuti isyarat yang sama. Pasukan penembak drawf dan pemanah elf berhenti menembak. Perisai tingkat dua kembali di bangun.
“Buka sisi tengah!” Teriak Komandan Ebr sambil berlari ke sisi samping! Diikuti ribuan kesatria berpedang lainnya, mereka semua berlari membelah posisi menjadi dua bagian. Prajurit yang membangun perisai pun juga ikut membelah menjadi dua, satu per satu dinding perisai roboh dan membentuk tanggul pembatas untuk memberi jalan kavaleri pasukan dwarf.
Kemudian pasukan penembak dwarf dan pemanah elf, membelah barisan menjadi dua.
Raja Sehana berteriak dengan lantang, “Serang!!!”
Kavaleri bison kerdil mulai berlari maju, pasukan a
Tiga troll dan satu giants menghadang Tim Adam, Jillian langsung menembakkan sihir pedang hitamnya. Meski melesat dan menancap pada dada salah satu troll, monster itu tak tumbang. Mereka malah semakin terpancing amarahnya untuk mengamuk pada Tim Adam. Issac langsung melompat dari kudanya, beberapa percikan petir menyala di sekitar tubuhnya, awan badai tiba-tiba terbentuk di atas Tim Adam. Jari telunjuk Issac menunjuk ke depan.Baam... petir menyambar dari tangan Issac. Finger of Death, kemampuan sihir dari Issac ditembakkan hingga menembus dada giants itu, lubang besar terbentuk di dadanya, dan giants setinggi 30 meter itu tumbang.Jillian pun melancarkan aksinya juga, memacu kudanya lebih kencang, dan ketika kuda Jillian berhadapan dengan salah satu troll, Jillian melompat dari kudanya dan langsung menebas kepala troll tersebut. Mika dan Sacha bersama menebas kedua kaki milik salah satu troll, ketika troll tersebut tumbang, Mika berbalik dan menghunuskan pedangnya ke
Kuda Mika, Sacha, dan Wylus kemudian bergerak maju ke depan. Tanpa menunggu, Lord of Beast langsung melompat untuk menghadapi musuhnya. Salah satu lengannya memukul langsung perisai besar Wylus, perisai itu kuat tapi kaki kuda Anora tidak begitu kuat, Wylus dan kudanya ambruk. Di sisi samping, Mika dan Sacha melancarkan serangan pedang dan tombaknya. Wylus kembali berdiri dan Carlos juga sudah muncul dengan sihir teleportasinya.:Seharusnya itu cukup untuk menyibukkan Lord of Beast,” pikir Jillian.Jillian dan Issac Hamis saling memandang, sedikit anggukan Jillian berikan sebagai isyarat. Mereka berdua diam-diam pergi untuk tidak melawan Lord of Beast, mereka berdua sama-sama menghilang dan muncul di posisi sama yang cukup jauh dari pertarungan anatar Tim Adam dan Lord of Beast. Jillian akui sebenarnya lawannya itu tidaklah mudah dihadapi, Lord of Beast sempat bisa menandingi serangan Jillian dan Carlos, itu berarti dia bukan musuh yang sembarangan. Mika, Sacha,
Bagaikan karma atas kesombongan Jillian, saat ini Tim Adam tidak berkutik melawan dua Lord itu. Jillian merasa bersalah, andai mereka selamat nantinya Wylus pun telah kehilangan tangan kanannya. Rasanya 10 tahun yang lalu kembali terulang dalam benak Jillian. Kapten Samuel, Lina, Nolan, Kamal, Tom, Justin, Steve... nama-nama mereka teringat lagi. Bayangan Lina dan Kamal yang terakhir dilihat Jillian samar-samar terngiang di sana dan Issac yang terbaring di tanah mengingatkannya pada Steve.Jillian menguatkan hati dan kesadarannya, dia tidak ingin kehilangan lagi teman-temannya, dia tidak ingin kehilangan Tim Adam satu pun. Amarahnya bergejolak, tapi kesadarannya telah kembali penuh, Jillian menciptakan empat pedang hitam di sisinya.Empat pedang itu segera menghunus ke arah Lord of Pollution dan melepaskan cengkeraman di leher Jillian.“Issac! Bangun! Aku hadapi lawan ini, kamu kembali bantu Tim Adam!”“Argh!” Issac bangun dengan m
Pedang Lord of Pollution berwarna merah gelap, dengan keempat sisinya bergigi gergaji. Jillian membayangkan pedang itu lebih mirip gada perang dari pada pedang. Jillian kembali mengangkat perisainya untuk bertahan dan empat sihir pedang hitam tercipta lagi.Menghilang.Lord of Pollution kembali muncul dengan siap mengayunkan pedangnya secara vertikal. Jillian bersiap menahan dengan perisainya, tapi Jillian sekilas melihat perubahan bentuk dari pedang Lord of Pollution itu. Gigi gergaji itu tampak mengendur, keempat sisinya pun juga merenggang. Jillian membuka matanya lebar-lebar, pedang itu berubah menjadi cambuk dengan empat cabang dan setiap cabanya penuh dengan gigi gergaji yang tajam.Jillian kini memilih menghindar dari cambung itu. Tapi bukannya menghindar, Jillian malah maju ke depan dengan memperkirakan kelemahan dari cambuk itu dari jarak dekat. Serangan Jillian ditahan oleh Lord of Pollution, ia merasakan kepadatan pada keempat batangnya cambuk itu. Se
Lord of Pollution terus bergerak dengan cepat dan meski Jillian bisa mengimbangi kecepatan itu, tak satu pun ada yang mendominasi dalam pertarungan. Sungguh cambuk-cambuk hidup itu benar-benar susah dihindari oleh Jillian. Ia lebih sering menepis serangan cambuk-cambuk itu dengan perisainya. Sedangkan Lord of Pollution selalu saja dibuat kewalahan oleh serangan-serangan pedang hitam Jillian.Menghilang.Jillian muncul di depan Lord of Pollution, kali ini dia tidak mencoba mengayunkan pedangnya tapi dia membenturkan perisainya. Kembali keempat cabang cambuk itu menahan serangan Jillian dan cambuk itu memecut hingga menjalar seperti ular, Jillian kembali mundur.Pertarungannya kali ini benar-benar tidak memiliki celah, kedua serangan selalu seimbang dan tak saling mengenai.Kini cambuk-cambuk itu mulai mengendur, tertarik mundur, dan kembali ke wujud pedang dengan empat sisinya.“Aku yakin kamu bukan dari Anora, tidak ada satu pun Kesatria Anor
“Sacha!!! Sacha!!!” teriak Mika dan Beryl dengan penuh kekhawatiran. Mika berjalan dengan kaki diseret, luka kakinya memang tidak bisa membuatnya berjalan baik. Seolah tidak peduli dengan rasa sakit di kakinya, Mika memaksakan berjalan bahkan ingin berlari. Beryl yang melihat Mika mencoba pergi maka langsung menahan Mika.“Tidak! Tenanglah, kamu tidak bisa pergi,” ucap Beryl.“Kalau begitu tolong selamatkan Sacha.”Beryl menggelengkan kepala, rasanya sangat berat untuk tidak pergi, tapi melihat serangan fatal yang menusuk tubuh Sacha dan dampak dari Death Breaker-nya, Beryl tidak yakin bisa menyelamatkannya. Anatasia masih perlu pertolongan, bahkan Mika pun harus di obati. Beryl mau tidak mau harus melakukan triase— pemilihan prioritas pada korban.“Khahahaha.... kalian sungguh menghibur. Tapi ini bukan yang paling menghibur. Dan kau,” Lord of Pollution menunjuk kepada Beryl, “Akan kubiarkan heal
Pasukan The Horn sebenarnya mendominasi pertarungan pada gelombang pertama musuh. Hobgoblin dan orc yang mereka lawan tidaklah menyulitkan. Meskipun pasukan The Horn yang paling sedikit, mereka tetap memenangkan pertahanan di sisi kiri. Tapi kondisi tiba-tiba berubah ketika monster-monster bersayap muncul dari gates besar di langit.Kanta benar-benar tidak menyangka ribuan makhluk valkryie yaitu ras dari Seahigh, tiba-tiba muncul. Perasaan Kanta mulai terasa buruk, Seahigh adalah tempat di mana Lord of Sky tinggal, dan gerbang monster itu muncul pasti atas sebab dari kedatangan Lord of Sky.Pasukan The Horn yang dipimpin oleh Kanta dan pasukan elf yang dipimpin oleh Komandan Veren— Komandan Pasukan Darat dari Kerajaan Elace, mulai terdesak oleh serangan-serangan valkryie. Sisi kiri formasi aliansi mengalami kewalahan dari serangan udara, sedangkan sisi kanan formasi aliansi mengalami kewalahan dari ribuan pasukan musuh gelombang kedua.Akhirnya pun rencana
Ketika tiupan trompet itu berhenti, emosi Jillian yang sempat tenang kini kembali dipenuhi kemarahan.Menghilang.Jillian muncul di atas Lord of Pollution yang terbaring di tanah, delapan pedang Jillian langsung melesat ke tubuh Lord of Pollution, beberapa berhasil menancap pada tubuh atau kakinya dan beberapa yang lain berhasil ditahan dengan cambuk. Jillian mengayunkan pedangnya tapi cambuk lebat Lord of Polution dari tangan menahan serangan Jillian dengan mudah.Dada hingga perut Lord of Pollution yang tertebas mulai menumbuhkan cambuk-cambuk yang lebat. Seiring dengan tumbuhnya, cambuk-cambuk itu bergerak perlahan ke Jillian. Jillian merasakan hal buruk jika sampai cambuk-cambuk itu menjeratnya. Lebih dari kekhawatiran itu, Jillian masih belum menemukan celah bagaimana mengalahkan Lord of Pollution, semakin banyak luka yang diterimanya malah semakin banyak darah yang berubah menjadi cambuk-cambuk hidup.“Khahaha kau pikir bisa membunuhku?”