Mungkin perbuatannya ini terlihat bodoh dan mencari mati, tapi Arina tak punya pilihan lain. Setelah menitipkan Mulan yang tertidur pada anak buah Ayahnya, ia pun pergi dan mencari taksi. Ia tak bisa hanya sekadar diam dan menunggu kedatangan Jillian. Rasa rindu dan rasa khawatirnya sungguh menciptakan tekad untuk menyusul Jillian.
Pikirannya kacau, Arina mendapat kabar bahwa Shido Katsuko di temukan tergeletak di pusat kota. Akan tetapi itu bukanlah hal teranehnya karena yang menyelamatkan Shido Katsuko adalah seorang monster. Monster itu membawanya dan bahkan mengikuti ambulans yang menuju rumah sakit.
Kabarnya, monster itu tengah menunggu di depan rumah sakit itu sehingga Sekretaris Toyoka dan anggota Guild K Dojo berjaga di sana.
Dentuman keras terdengar saat taksi yang Arina naiki berhenti. Beberapa polisi tengah berjaga mencegah jalan agar tidak ada seorang pun yang melewati. Akan tetapi diam-diam ia menyusup dari samping jalan dan berhasil. Dengan bersemb
Udara malam terasa dingin saat mereka terbang, Jillian sedikit merasa bersalah mengajak Arina terbang malam itu. Meski istrinya itu mengenakan blus dan rok panjang yang biasa ia kenakan, jemari Arina terasa semakin dingin.Jillian berbisik tepat di samping telinga Arina, “Apakah dingin?”“Tidak,” ucap Arina menyandarkan kepalanya di bahu Jillian.Arina melanjutkan ucapannya, “Aku senang kamu baik-baik saja, Sayang. Aku senang kamu pulang. Mulan baik-baik saja, t-tapi apa yang terjadi? Sacha dan Beryl?”“Juga Mika,” sahut Jillian.Arina terdiam dan Jillian merasakan genggaman tangan Arina semakin kencang.“Aku janji menceritakan semuanya padamu, tapi pertama-tama aku harus menjemput monster yang membawa Ayahmu. Apa kamu sudah mendengar kabar dari Ayahmu?”“Itu monstermu juga? Ayah terluka parah, tapi ia sudah menerima perawatan di rumah sakit.”Gemerlap caha
Sorotan cahaya lampu sungguh menyilaukan pandangan Jillian. Setelah ia menjejakkan kakinya di tengah-tengah sorotan lampu itu, Eryn mulai mendarat. Segera Jillian berbalik ke Eryn dan Twenty yang tadinya mematung.“Kalian pergilah, cari tempat sembunyi, dan jangan bertemu manusia satu pun.”“Kha!” Twenty mengiyakan dan segera pergi ke punggung Eryn.“Khaaa!” Sedangkan naga itu meraung dengan sangat keras dan sedikit panjang, barulah Eryn terbang menuju gelapnya langit malam.Beberapa lampu sorot menyoroti arah terbang Eryn. Jillian bisa merasakan perimeter-perimeter pertahanan militer sedang membidik dirinya dan sebagian ke arah naga itu. Di depannya, juga terlihat para hunter dalam posisi bersiaga dengan senjata-senjata mereka.“Turunkan aku! Turunkan aku!” Arina bergolak ingin melepaskan diri. Wajahnya semakin memerah yang ingin meledak. Mungkin dia sedikit malu karena muncul dan digendong di tengah
Di pagi harinya, mereka berpindah tempat ke rumah sakit di mana Shido Katsuko terbangun. Saat Mulan telah bangun dan terlihat senyum manisnya, Jillian merasa sangat bahagia. Putri kecilnya itu sedikit lebih tumbuh, ia mungkin melewatkan ulang tahun Mulan, tapi kini Mulan telah bisa berjalan lebih lancar. Rambutnya tumbuh lebih lebat dan suara tawanya terdengar lebih keras. “Da!!!” Mulan menolak sarapan dan ingin memeluk Jillian. Jillian pun tak keberatan, tapi Arina mencegah mereka. “Kamu harus sarapan dulu dan mandi baru main sama, Daddy.” Jillian menanggapi itu, “Aku bisa menyuapinya.” “Terakhir kamu menyuapinya, semua bajunya menjadi kotor,” keluh Arina. “Mulan akan segera mandi bukan?” “Bukan begitu, kamu harus mengajarkannya untuk menghabiskan suapannya. Bukan membiarkan muntahan sisa dari mulutnya begitu saja. Itu penting agar kita tahu porsi makan Mulan nantinya dan menjaga jumlah asupannya,” ucap Arina sedikit tegas. “M
Di koridor rumah sakit itu, Lev Mashkov berkata, “Pertanda kedua dari ramalan itu adalah sang kaisar tewas. Alyesye Prikodov tewas.”Perkataan itu menusuk hati Anatasia, meski ia membenci kakaknya tapi tak sekalipun mengharapkan Alyesye Prikodov meninggal. Hatinya diliputi kekacauan dan kesedihan, ia tak tahu bagaimana caranya menguatkan hatinya. Ia sedih karena Issac tengah kritis, kematian kakaknya membuat bingung, dan kemunculan makhluk itu membuatnya sedikit takut. Sedangkan ramalan itu dan bayangan Evgenia Bortich, membuatnya muak.“Gate telah muncul di kota Kostroma,” lanjut Lev Mashkov dengan singkat.“Seberapa buruk?” Anatasia mulai memandang ke arah wajah Lev Mashkov.Wajah pria tua itu tampak pilu. Ia menjawab, “Dua puluh gate tingkat S.”Dug. Rasa-rasanya jantung Anatasia berhenti berdetak karena mendengar kabar mengerikan itu. Ia sangat paham, satu gate tingkat S yang gagal ditangani saja
Rapat itu berakhir, Program Evakuasi Nasional akan dilakukan. Tidak hanya Moscow, Yaroslavl, atau kota-kota yang diperkirakan terkena gelombang monster, semua kota di Rusia melakukan evakuasi. Seluruh warga akan menjauh dari kota menuju bungker-bungker yang telah disiapkan. Ketika keluar dari ruangan rapat, Lev Mashkov berkata, “Kau sudah tahu tugasmu, bukan?” “Ya,” jawab singkat Anatasia. Ia harus memimpin para hunter untuk menuju Kota Kostroma, mencegah gelombang monster mencapai Moscow, dan bertahan hingga titik darah penghabisan. “Bisakah aku minta tolong satu hal?” lanjut Anatasia. Lev Mashkov menaikkan alisnya dan membuka matanya lebar-lebar, ekspresinya memperlihatkan ia akan mendengarkan permintaan Anatasia. “Tolong evakuasikan Issac Hamis ke tempat paling aman,” minta Anatasia dengan segenap ketulusan di hatinya. “Aku bisa membawanya ke Saint Petersburg. Tempat itu yang akan menjadi pertahanan terakhir kita jika Moscow d
Pytor mengemudikan mobil jeep dengan kap terbuka. Di tengah jalan dan mobil yang melaju itu, Anatasia mengganti bajunya dengan pakaian hunter. Ia mulai melepas baju dan celananya hingga menyisakan pakaian dalamnya. Beberapa rombongan warga yang sedang bergerak untuk mengungsi langsung terpana oleh tingkah Anatasia. Pytor pun sedikit mengintip dari spion mobilnya, tapi naas Anatasia mendapati juga pandangan itu. “Fokus ke jalan, bukan ke dadaku!” sindir Anatasia tak begitu serius. Ia tahu bahwa Pytor telah menikah meski Anatasia tak hadir di pernikahan itu. Pytor juga merupakan seorang ajudan setia dari kakaknya. Akan tetapi Anatasia tahu bahwa Pytor tak seperti Alyesye, dia adalah orang yang baik dan ramah. Anatasia bergegas pindah ke kursi depan setelah memakai seluruh pakaian armor hunter-nya, ia memangku sebuah koper yang berisi senjatanya. “Bagaimana kabar keluargamu? Maaf aku tak datang ke pernikahanmu,” ucap Anatasia. “Nina. Aku
“Aku dan Guild Slava Prikodov akan menuju Yaroslavl,” ucap Anatasia Prikodov dalam panggilan radio itu.Lev Mashkov menjawab, “Aku izinkan. Jika situasi tak terkendali, segera kembali ke perimeter pertahanan.”“Baik.”Lev Mashkov kemudian duduk, pikirannya di penuh beban dan tanggung jawab yang sangat besar. Rusia tengah dalam kondisi bencana yang sangat dahsyat, kota-kotanya mungkin akan diserbu oleh gelombang-gelombang monster. Belum bisa dipastikan berapa jumlah atau kekuatan musuh. Belum jelas bagaimana cara ia menyelesaikan bencana ini.Apakah berakhir seperti benua Australia? Bencana yang akhirnya tak terkendali, hanya menyisakan korban selamat, dan bahkan menghancurkan satu benua. Mungkinkah Rusia hingga Eropa akan porak-poranda? Jika kiamat di dunia sedang terjadi, itu dimulai dari Rusia.Dalam pusat ruang komando itu, puluhan orang sangat sibuk menangani Program Evakuasi Nasional. Mereka terus melakukan
Anatasia, Pytor, dan 6 hunter lainnya duduk bersama di truk militer dalam perjalanannya menuju Yaroslavl. Total ada 16 hunter dari Guild Slava Prikodov yang pergi dan mereka terbagi dalam dua truk militer. Para hunter telah siap dengan pakaian dan senjata mereka: pedang, tombak, dan perisai khusus. Anatasia pun telah mengeluarkan busurnya dari koper, sedangkan Pytor juga membawa pedang dan perisainya.Suasana dalam truk itu terasa canggung, meskipun sebagian dari hunter itu merupakan keluarga besar Prikodov, Anatasia akui kesetiaan mereka masih melekat pada Alyesye Prikodov dan ia tak begitu mengenal mereka. Kabar kematian Alyesye dan pergantian kepemimpinan pada Anatasia pasti dirasakan sangat mendadak oleh mereka.“Pytor, kau juga ikut?” seorang mulai berbicara dengan nada menyindir.“Ya, Damien,” jawab Pytor dengan senyum ramahnya.“Sungguh sayang bila suatu hal buruk terjadi padamu, Pytor. Nina akan sedih, tapi aku janji