Share

BAB 6. Toko Kue

Penulis: authorsemesta
last update Terakhir Diperbarui: 2023-05-09 22:30:27

Gadis itu mondar-mandir tidak jelas bak setrikaan. Jika benar Juandra yang membantunya malam itu, sudah pasti Juandra akan mem-blacklist dia lagi. Ke sekian kalinya, semesta mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak tepat.

“Ayo berpikir, Diva! Kamu harus melakukan sesuatu!”

Semakin dipikikan, kepalanya semakin berdenyut. Gadis itu menyerah, membaringkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini yang seharusnya jadwalnya padat, tidak lagi  penting. Beberapa panggilan dari Arinda masuk, disertai dengan spam pesan, diabaikan begitu saja. Biarlah manajernya itu kesusahan karena tingkahnya.

Hal terpenting sekarang adalah mencari cara agar Juandra tidak mem-blacklist dia dari nama mahasiswa terpelajar. Jika Juandra mau, pasti sekarang gadis itu sudah di drop out dari kampus sudah dua kali mengulang dan belum tuntas. Judul belum juga rampung, dan sekarang kepergok ke klub. Malah hampir dirusak oleh pria tidak dikenal.

Diva mengacak rambutnya frustrasi. Hancur sudah image sebagai seorang mahasiswa.

“Aduh, Pak bisa gak lupa ingatan aja?” rancaunya kesal.

Ponselnya kembali berdering. Meski malas, gadis itu meraih ponselnya. Matanya membulat, menemukan nama Juandra di sana. Yup, habis sudah.

“Apa yang harus aku lakukan?”

Dia berpikir cepat, mengabaikan panggilan dari Juandra. Jemarinya mencari nama seseorang yang mungkin bisa memberi solusi.

Raya, mahasiswa jurusan dan satu dosen pembimbing yang sama dengannya. Gadis itu satu tingkat di bawahnya, tetapi sudah menjalani proses sampai di tahap menyusun skripsi, sementara Diva? Jangan tanya lagi, masih gagal.

Gadis bernama Raya itu cukup dekat dengan Juandra, bahkan menjadi asisten dosennya itu. Raya sering ditugaskan menggantikan pria itu memeriksa tugas mahasiswanya, terkadang malah diberi mandat untuk mengawas ujian.

Diva mengenalnya saat gadis itu mengawasi ujian terakhir mata kuliah yang sampai detik ini belum juga tuntas.

Di sinilah dia sekarang. Setelah bersiap dalam waktu sesingkat mungkin gadis itu kini berada dalam sebuah cafe, tempat yang disepakati keduanya.

Gadis itu melirik arloji di pergelangan tangannya. Rasanya sangat tidak sabar menunggu kehadiran Raya. Senyumnya merekah menemukan kehadiran Raya yang berjalan tergesa-gesa.

“Maaf ya, Kak, tadi jalan macet banget,” ucapnya begitu sopan. Diva mengangguk, gadis itu tetap menghormatinya sebagaimana mestinya. Tidak  angkuh meski sudah satu langkah di depan Diva.

“Aku butuh bantunmu, Ra,”

“Aku ga bisa membantu Kakak dalam hal nilai. Aku hanya diberi tugas memeriksa, sementara nilai akhir tetap di tangan Pak Juan, Kak,” sahut Raya, berpikir jika bantuan yang Diva butuhkan adalah soal nilai.

“Bukan itu, Ra,”

Diva menghela napas, mengumpulkan keberanian untuk menceritakan semua yang dia ingat tentang malam itu.

“Aku stress makanya ke klub, meski itu memang bukan pertama kali sih,” ucap Diva memberi pembelaan setelah sesi cerita berakhir. Raya terlihat berpikir, cukup terkejut mendengar cerita kakak tingkatnya itu. siapa sangka Diva akan bertemu Juandra di klub, tempat haram yang tidak seharusnya dimasuki seorang pria seperti Juandra.

“Masalahnya sangat rumit sih, Kak. Pak Juan sangat tidak suka mahasiswa yang ehm, maaf sangat tidak beretika seperti itu. Sebagai mahasiswa terpelajar, mungkin Kakak harusnya bersikap lebih baik sih,” ungkap Reya memperdalam rasa frustrasi Diva.

“Aku tau, tapi apa dia tidak mengatakan apa pun padamu?”

“Tidak! Aku baru mendnegar ceritanya dari mulut Kakak,” aku Raya berkata sangat jujur. Diva terlihat berpikir, mungkin Juandra akan mengomel padanya dulu, sebelum memberi hukuman yang kemungkinan menjadi akhir dari hidupnya sebagai seorang mahasiswi.

“Akh, aku bisa gila jika begini terus!” teriak Diva tanpa sadar.

Raya memanggil pelayan, menyebutkan pesanannya, juga membelikan sesuatu untuk menenangkan kakak tingkatnya itu. Diva terlihat begitu sstres sekarang. Niat hati mengurangi beban, malah menambah masalah.

“Minum dulu, Kak,” ucapnya menyodorkan minuman dingin. Diva menggumamkan terima kasih, meneguk minuman yang terasa dingin di mulutnya. Melupakan hal yang sebenarnya sangat penting untuk kesehatannya.

“Aku gak bisa membantu banyak, tapi mungkin Kakak bisa menemui Pak Juan dan bicara baik-baik. Kakak bisa pergi membeli kue kesukaan beliau untuk mendapatkan hatinya. Paling tidak, dia akan lebih lembut dan mungkin bisa diajak kerja sama,”

Seperti mendapat berlian, mata Diva terlihat berbinar.

“Kue apa?”

Raya mengambil ponselnya, menunjukkan sebuah toko kue yang tempatnya lumayan jauh. Diva yang tidak memiliki pilihan, menerima saja saran dari gadis itu, berharap bisa menyelesaikan masalahnya.

“Tempatnya lumayan jauh, dan mungkin udah gak eksis lagi tokonya,”

“Gak apa, aku akan coba. Aku bahkan akan mencari pembuat kuenya, asal bisa membuat Pak Juandra mau bekerja sama,” sahut Diva tanpa ragu.

Gadis itu memutuskan untuk pergi ke tempat tersebut. Dia memilih mengendarai mobil sendiri, daipada haru menyusahkan orang lain. Awalnya, Raya berkeinginan untuk membantu, tetapi panggilan mendadak dan snagat penting membuat gadis itu mengurunkan niatnya.

Alhasil, Diva pergi seorang diri.

Perjalanan membutuhkan waktu hampir dua jam.

“Yup, aku menghabiskan dua jam demi sekotak kue. Baikah, demi masa depan sebagai sarjana, ayo semangat,” gumamnya meyakinkan diri.

Gadis itu mengenakan kacamata hitam, sebelum memasuki toko yang sudah cukup kumuh tersebut. Seperti yang Raya jelaskan, toko itu  sudah tidak eksis lagi. Tidak ada pelanggan atau keramaian seperti di toko kue pada umumnya.

Diva cukup beruntung, seorang pria tua yang diduga adalah pembuat kue, masih berada di sana.

“Selamat datang, Nona,” sambutnya hangat.

“Kakek, apa aku bisa memesan sekotak kue manis?” tanya Diva hati-hati.

“Ah kue itu, maaf Nak. Aku sudah lama tidak membuatnya. Terakhir kali, aku membuatnya untuk sepasang kekasih. namun, semenjak mereka tidak berkunjung, aku tidak lagi membuatnya,” jelas pria tua itu. punggung Diva menyurut. Hilang sudah harapnnya.

“Begitu ya?” gumamnya lirih.

Pria tua itu terlihat tidak enak hati sudah mengecewakan calon  pelanggannya.

“Tidak bisakah membuatnya? Aku bersedia membantu Kakek,” bujuk Diva belum menyerah. Satu-satunya jalan untuk mendapatkan hati Juandra hanya kue kesukaan pria itu.

“Mungkin jika kamu mau berbelanja, aku bisa membuatkannya,”

Senyum Diva kembali. Gadis itu tentu saja menerimanya dengan semangat yang tinggi. Dia bahkan tidak keberatan jika harus berpanas-panasan untuk belanja perlengkapan membuat kue. Semua dilakukan demi masa depannya. Mau ditaruh di mana wajahnya, jika sampai dikeluarkan secara tidak terhormat dari kampus.

Diva mengabaikan rasa lelah dan pusing yang menghampiri, juga dentuman memekakan telinganya. Dia memilih fokus berbelanja dan kembali setelah merasa cukup. Hari itu dia habiskan untuk membuat kue.

“Sudah jadi. Aku membuatkan dua kotak, kamu bisa menikmatinya bersama keluarga nanti,” ucap pria tua itu menyerahkan dua kotak kue manis.

Diva menerimanya dengan wajah sumringah. Rasanya lega sekali. Sekarang, dia hanya harus menyiakan mental untuk bertemu Juandra. Penentu akhir dari hidupnya sebagai mahasiswa.

Bab terkait

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 7. Sia-Sia

    Weekend biasa Juandra habiskan dengan menenangkan pikirannya. Pagi-pagi sekali pria itu sudah siap untuk jogging. Mata memerah ditambah kantung mata yang semakin menebal, mempertegas bahwa dia tidak tidur semalaman.Pertama-tama, pria dengan leging putih dan kaus hitam itu melakukan pemanasan sebelum lari kecil, memutari kompleks apartemen pribadinya. Dia menyugar rambutnya, membuat mata semua orang yang tengah lari pagi tertuju adanya. Khususnya para wanita. Pupil mereka melebar, terpesona akan ketampanan pria itu.“Indahnya ciptaanmu, Tuhan!”“Pak Juan, bukan? Yang tinggal di apartemen ujung kompleks? Ganteng banget!”“Gak pernah keluar, sekalinya keluar bikin melting! Mas, nikahi aku sekarang juga!”Juandra mengabaikan mereka yang terus menatapnya penuh harap. Pria itu memilih duduk, membuka botol minum yang dia bawa dan mulai meneguk isinya. Bahkan saat minum pun, pria itu masih menjadi pusat perhatian. wanita-wanita di sana terus saja membicarakannya. Mambuat dia mulai tidak nya

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-09
  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 8. Cara Terakhir

    Kelopak matanya mulai menunjukkan adanya pergerakan, pertanda mata gadis yang tengah berbaring di atas bangsal itu akan segera bangun. Benar saja, manik matanya akhirnya tampak jelas, menatap langit-langit rumah sakit. Cukup lama, hingga kejadian beberapa waktu sebelum dia berakhir di rumah sakit, kembali terputar bak kaset dalam pikirannya.Dia mengangkat sebelah tangannya yang bebas, lantas menutup matanya. Dia menangis dalam diam. Lagi-lagi dia mendapatkan kegagalan. Dia berjuang mati-matian, bahkan harus masuk rumah sakit, demi kue yang berakhir di tong sampah tersebut.“Kenapa Bapak gak pernah menghargai usaha saya sedikit aja?” gumamnya mulai terisak.Juandra benar-benar tidak memiliki hati nurani sepertinya. Kalaupun tidak menyukai kuenya, paling tidak diterima dulu, jangan langsung dibuang di depan mata sang pemberi. Pintu ruangan yang dibuka ditambah langkah kaki yang mendekat membuat gadis itu membuka matanya.“Kak Johan?” gumamnya terkejut mendapati kakan kelas yang disukai

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-10
  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 9. Syarat dan Ketentuan

    Diva mengetukkan jemari di atas meja, menunggu seseorang yang seharusnya bisa membantunya meluluhkan hati si dosen galak, yang sudah menolak semua usahanya mentah-mentah. Seseorang melambaikan tangan, membuat gadis itu melakukan hal yang sama.“Mbak Diva ya?” tanya orang itu, logat bicaranya lebih lembut.“Nisa ‘kan?”Wanita itu mengangguk. Nisa adalah putri dari supir taksi beberapa waktu sebelumnya. Nisa adalah anak yang tidak seperti saudaranya. Tidak beruntuk soal paras dan akademik. Namun, sebuah matra berhasil mengubah jalan hidup Nisa menjadi lebih baik. Nisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih bagus dari saudaranya yang lain, bahkan suami yang kaya dan sangat mencintainya.Berdasarkan pada cerita itu, Diva ingin mencoba keberuntungannya.“Jadi kamu ingin meluluhkan hati dosen galak? Apa dia tampan?” tanya Nisa setelah mendengar singat cerita lika-liku hidup Diva menghadapi dosen menyebalkan satu itu.“Sangat galak dan mungkin tidak memiliki hati. Dia terbilang tampan, masih

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-11
  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 10. Jalan Takdir

    Menyerah? Kata itu tidak pernah terlintas dalam benak Diva. Dulu, saat sakit pun, tidak jadi penghalang untuk mengikuti olimpiade antar provinsi. Alhasil, dia selalu memperoleh hasil terbaik dari jerih payahnya. Namun, sepertinya semesta sedang mempermainkannya. Dia seolah dipaksa untuk menyerah kali ini.“Jadi aku sungguh tak mendapatkan apa pun?” ulang Diva memastikan, manik matanya mulai berkabut, siap meluncurkan air mata.Athena menghela napas, sangat tidak tega melihat gadis di depannya itu. Masalahnya, tidak semua orang berhasil terkena mantra buatannya. Apalagi mengingat kalau target yang Diva tuju, belum selesai dengan masa lalunya, bahkan masih terbayang dengan sosok itu.Sungguh berat tantangan yang harus dihadapi oleh gadis itu.“Masa aku harus menuruti permintaan Papa untuk menikah dengan anak kolega bisnisnya sih. Aku gak mau Bunda, bantu aku,” pinta Diva cenderung merengek. Otaknya sudah tidak sanggup untuk memikirkan cara lain. Mantra ini satu-satunya hal yang dia hara

    Terakhir Diperbarui : 2023-05-12
  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 11. Menjalankan Misi

    Diva menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya secara perlahan. Hal yang sama dia lakukan berkali-kali, sampai merasa cukup tenang. Dia kembali memandang penampilannya di cermin, sudah cukup sempurna dan seharusnya cukup untuk menarik perhatian Juandra.“Oke Div, tenang jangan sampai lupa mantranya lagi,” gumamnya berusaha keras mengingat barisan kata yang disebut mantra. Terbesit keraguan dalam benak Diva, juga kekhawatiran yang menggerogoti perasaannya. Jika gagal, maka semua akan berantakan.Mantra kali ini adalah jalan terakhir yang dia miliki, dan dia harus berhasil jika tidak mau dinikahkan dengan seseorang yang tidak dikenalnya.“Aku pasti sudah gila, memilih menikah dengan dosen galak itu, tapi aku juga gak mau kehilangan mimpi sebagai model, apalagi menikah sama orang gak dikenal. Dih amit-amit dah, syukur kalau ganteng, kalau jelek gimana?”Gadis berbandana biru itu kembali menggeleng kuat, mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran buruk dari otak mungilnya.“Oke, mari menjala

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 12. Try Again

    Oke percobaan pertama gagal dan Diva berakhir menjadi asisten dadakannya Juandra. Bukan asisten seperti Raya yang bertugas merekap dan mengawasi mahasiswa yang tengah ujian. No way, Diva tidak sepintar itu mendapatkan kepercayaan serta mandat dari Juandra. Sebaliknya, gadis itu kini harus merapikan rak buku milik Juandra dengan diawasi pria itu sendiri. Catat diawasi oleh pria itu, hanya mengawasi tanpa niat sedikit pun untuk membantu.Diva mengulurkan tangan yang terkepal, seolah berharap bisa memukul wajah sok tampan si dosen super galak itu. Kesempatan tidak datang dua kali dong, langsung saja di tengah kesibukan, Diva mencoba menghafal ulang mantranya.“Kali ini harus berhasil,” gumamnya.Gadis itu bergegas merapikan buku di rak, sankin terburu-buru, raknya bahkan mulai tidak seimbang. Diva sama sekali tidak menyadari hingga tubuhnya ditarik oleh seseorang. Sangat cepat dan kini dia berada dalam pelukan yang lumayan nyaman.Dia mendongak untuk menatap sosok tinggi yang masih seti

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-23
  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 13. Romantic in Hospital?

    Perasaan Diva baru aja keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu, sekarang malah sudah kembali dengan kondisi yang lebih mengenaskan. Gadis itu beruntung, meski tulang belakang mengalami keretakan, tidak membuatnya lumpuh total. Paling tidak, kondisinya aman sekarang, meski butuh waktu untuk pulih kembali.“Dia sering masuk rumah sakit?”Pria bernama Jonson itu mengangguk, sudah sering menemukan Diva sebagai pasien, dalam waktu kadang kurang dari satu bulan.“Beberapa minggu yang lalu masuk rumah sakit karena gak makan seharian. Kalau menurut keterangan cowok yang mengantarnya, dia menemukan Diva pingsan di parkiran TPU. Naasnya lagi hari udah hampir malam, gak lucu kalau dia di sana terus ditemani sama penghuni tempat itu ‘kan,” lontar Jonson diringi tawa recehnya.Pria berjas putih itu tergolong dokter muda yang juga ramah. Terkadang malah Diva bercerita padanya kalau dia sedang diperiksa.“Begitu ya? Selain itu, dia pernah masuk rumah sakit untuk alasan lain lagi?”Entah seja

    Terakhir Diperbarui : 2023-09-29
  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 1. Mahasiswa Gagal

    Kakinya terus melangkah, sementara kepalanya terus menunduk. Hanya melangkah tanpa tujuan pasti. Tangannya menggenggam sebuah kertas. Mulai lelah berjalan, dia duduk begitu saja, tidak peduli jika kemeja yang dia kenakan akan berdebu. Kepalanya terangkat, menatap kerumunan mahasiswa berkemeja putih.“Diva!” panggil seseorang, menghampiri gadis itu.Berbeda dengan Diva yang lusuh, gadis berkemeja putih itu terlihat lebih fresh dan ceria. Satu langkah lebih unggul dibanding Diva, membuatnya bangga.“Re,” gumam Diva.“Udah acc?” tanya Rere. Diva menyembunyikan kertas yang tadi dia pegang ke balik tubuhnya. Rere yang melihat hal itu, malah menarik kertas tersebut. Gadis itu hendak tertawa, tetapi mencoba menetralkan wajahnya kembali.“Kamu bahkan belum lulus mata kuliah dia juga? Padahal ini kali kedua kamu mengikutinya, ‘kan? Sebenarnya ada masalah apa sih kamu dan Pak Juan?”Jangankan Rere, gadis itu sendiri juga tidak mengetahui di mana letak kesalahannya, hingga pria bernama Juandra

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-26

Bab terbaru

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 13. Romantic in Hospital?

    Perasaan Diva baru aja keluar dari rumah sakit beberapa hari yang lalu, sekarang malah sudah kembali dengan kondisi yang lebih mengenaskan. Gadis itu beruntung, meski tulang belakang mengalami keretakan, tidak membuatnya lumpuh total. Paling tidak, kondisinya aman sekarang, meski butuh waktu untuk pulih kembali.“Dia sering masuk rumah sakit?”Pria bernama Jonson itu mengangguk, sudah sering menemukan Diva sebagai pasien, dalam waktu kadang kurang dari satu bulan.“Beberapa minggu yang lalu masuk rumah sakit karena gak makan seharian. Kalau menurut keterangan cowok yang mengantarnya, dia menemukan Diva pingsan di parkiran TPU. Naasnya lagi hari udah hampir malam, gak lucu kalau dia di sana terus ditemani sama penghuni tempat itu ‘kan,” lontar Jonson diringi tawa recehnya.Pria berjas putih itu tergolong dokter muda yang juga ramah. Terkadang malah Diva bercerita padanya kalau dia sedang diperiksa.“Begitu ya? Selain itu, dia pernah masuk rumah sakit untuk alasan lain lagi?”Entah seja

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 12. Try Again

    Oke percobaan pertama gagal dan Diva berakhir menjadi asisten dadakannya Juandra. Bukan asisten seperti Raya yang bertugas merekap dan mengawasi mahasiswa yang tengah ujian. No way, Diva tidak sepintar itu mendapatkan kepercayaan serta mandat dari Juandra. Sebaliknya, gadis itu kini harus merapikan rak buku milik Juandra dengan diawasi pria itu sendiri. Catat diawasi oleh pria itu, hanya mengawasi tanpa niat sedikit pun untuk membantu.Diva mengulurkan tangan yang terkepal, seolah berharap bisa memukul wajah sok tampan si dosen super galak itu. Kesempatan tidak datang dua kali dong, langsung saja di tengah kesibukan, Diva mencoba menghafal ulang mantranya.“Kali ini harus berhasil,” gumamnya.Gadis itu bergegas merapikan buku di rak, sankin terburu-buru, raknya bahkan mulai tidak seimbang. Diva sama sekali tidak menyadari hingga tubuhnya ditarik oleh seseorang. Sangat cepat dan kini dia berada dalam pelukan yang lumayan nyaman.Dia mendongak untuk menatap sosok tinggi yang masih seti

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 11. Menjalankan Misi

    Diva menarik napas dalam-dalam, lalu membuangnya secara perlahan. Hal yang sama dia lakukan berkali-kali, sampai merasa cukup tenang. Dia kembali memandang penampilannya di cermin, sudah cukup sempurna dan seharusnya cukup untuk menarik perhatian Juandra.“Oke Div, tenang jangan sampai lupa mantranya lagi,” gumamnya berusaha keras mengingat barisan kata yang disebut mantra. Terbesit keraguan dalam benak Diva, juga kekhawatiran yang menggerogoti perasaannya. Jika gagal, maka semua akan berantakan.Mantra kali ini adalah jalan terakhir yang dia miliki, dan dia harus berhasil jika tidak mau dinikahkan dengan seseorang yang tidak dikenalnya.“Aku pasti sudah gila, memilih menikah dengan dosen galak itu, tapi aku juga gak mau kehilangan mimpi sebagai model, apalagi menikah sama orang gak dikenal. Dih amit-amit dah, syukur kalau ganteng, kalau jelek gimana?”Gadis berbandana biru itu kembali menggeleng kuat, mencoba mengenyahkan pikiran-pikiran buruk dari otak mungilnya.“Oke, mari menjala

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 10. Jalan Takdir

    Menyerah? Kata itu tidak pernah terlintas dalam benak Diva. Dulu, saat sakit pun, tidak jadi penghalang untuk mengikuti olimpiade antar provinsi. Alhasil, dia selalu memperoleh hasil terbaik dari jerih payahnya. Namun, sepertinya semesta sedang mempermainkannya. Dia seolah dipaksa untuk menyerah kali ini.“Jadi aku sungguh tak mendapatkan apa pun?” ulang Diva memastikan, manik matanya mulai berkabut, siap meluncurkan air mata.Athena menghela napas, sangat tidak tega melihat gadis di depannya itu. Masalahnya, tidak semua orang berhasil terkena mantra buatannya. Apalagi mengingat kalau target yang Diva tuju, belum selesai dengan masa lalunya, bahkan masih terbayang dengan sosok itu.Sungguh berat tantangan yang harus dihadapi oleh gadis itu.“Masa aku harus menuruti permintaan Papa untuk menikah dengan anak kolega bisnisnya sih. Aku gak mau Bunda, bantu aku,” pinta Diva cenderung merengek. Otaknya sudah tidak sanggup untuk memikirkan cara lain. Mantra ini satu-satunya hal yang dia hara

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 9. Syarat dan Ketentuan

    Diva mengetukkan jemari di atas meja, menunggu seseorang yang seharusnya bisa membantunya meluluhkan hati si dosen galak, yang sudah menolak semua usahanya mentah-mentah. Seseorang melambaikan tangan, membuat gadis itu melakukan hal yang sama.“Mbak Diva ya?” tanya orang itu, logat bicaranya lebih lembut.“Nisa ‘kan?”Wanita itu mengangguk. Nisa adalah putri dari supir taksi beberapa waktu sebelumnya. Nisa adalah anak yang tidak seperti saudaranya. Tidak beruntuk soal paras dan akademik. Namun, sebuah matra berhasil mengubah jalan hidup Nisa menjadi lebih baik. Nisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih bagus dari saudaranya yang lain, bahkan suami yang kaya dan sangat mencintainya.Berdasarkan pada cerita itu, Diva ingin mencoba keberuntungannya.“Jadi kamu ingin meluluhkan hati dosen galak? Apa dia tampan?” tanya Nisa setelah mendengar singat cerita lika-liku hidup Diva menghadapi dosen menyebalkan satu itu.“Sangat galak dan mungkin tidak memiliki hati. Dia terbilang tampan, masih

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 8. Cara Terakhir

    Kelopak matanya mulai menunjukkan adanya pergerakan, pertanda mata gadis yang tengah berbaring di atas bangsal itu akan segera bangun. Benar saja, manik matanya akhirnya tampak jelas, menatap langit-langit rumah sakit. Cukup lama, hingga kejadian beberapa waktu sebelum dia berakhir di rumah sakit, kembali terputar bak kaset dalam pikirannya.Dia mengangkat sebelah tangannya yang bebas, lantas menutup matanya. Dia menangis dalam diam. Lagi-lagi dia mendapatkan kegagalan. Dia berjuang mati-matian, bahkan harus masuk rumah sakit, demi kue yang berakhir di tong sampah tersebut.“Kenapa Bapak gak pernah menghargai usaha saya sedikit aja?” gumamnya mulai terisak.Juandra benar-benar tidak memiliki hati nurani sepertinya. Kalaupun tidak menyukai kuenya, paling tidak diterima dulu, jangan langsung dibuang di depan mata sang pemberi. Pintu ruangan yang dibuka ditambah langkah kaki yang mendekat membuat gadis itu membuka matanya.“Kak Johan?” gumamnya terkejut mendapati kakan kelas yang disukai

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 7. Sia-Sia

    Weekend biasa Juandra habiskan dengan menenangkan pikirannya. Pagi-pagi sekali pria itu sudah siap untuk jogging. Mata memerah ditambah kantung mata yang semakin menebal, mempertegas bahwa dia tidak tidur semalaman.Pertama-tama, pria dengan leging putih dan kaus hitam itu melakukan pemanasan sebelum lari kecil, memutari kompleks apartemen pribadinya. Dia menyugar rambutnya, membuat mata semua orang yang tengah lari pagi tertuju adanya. Khususnya para wanita. Pupil mereka melebar, terpesona akan ketampanan pria itu.“Indahnya ciptaanmu, Tuhan!”“Pak Juan, bukan? Yang tinggal di apartemen ujung kompleks? Ganteng banget!”“Gak pernah keluar, sekalinya keluar bikin melting! Mas, nikahi aku sekarang juga!”Juandra mengabaikan mereka yang terus menatapnya penuh harap. Pria itu memilih duduk, membuka botol minum yang dia bawa dan mulai meneguk isinya. Bahkan saat minum pun, pria itu masih menjadi pusat perhatian. wanita-wanita di sana terus saja membicarakannya. Mambuat dia mulai tidak nya

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 6. Toko Kue

    Gadis itu mondar-mandir tidak jelas bak setrikaan. Jika benar Juandra yang membantunya malam itu, sudah pasti Juandra akan mem-blacklist dia lagi. Ke sekian kalinya, semesta mempertemukan mereka dalam situasi yang tidak tepat.“Ayo berpikir, Diva! Kamu harus melakukan sesuatu!”Semakin dipikikan, kepalanya semakin berdenyut. Gadis itu menyerah, membaringkan tubuhnya di atas kasur. Hari ini yang seharusnya jadwalnya padat, tidak lagi penting. Beberapa panggilan dari Arinda masuk, disertai dengan spam pesan, diabaikan begitu saja. Biarlah manajernya itu kesusahan karena tingkahnya.Hal terpenting sekarang adalah mencari cara agar Juandra tidak mem-blacklist dia dari nama mahasiswa terpelajar. Jika Juandra mau, pasti sekarang gadis itu sudah di drop out dari kampus sudah dua kali mengulang dan belum tuntas. Judul belum juga rampung, dan sekarang kepergok ke klub. Malah hampir dirusak oleh pria tidak dikenal.Diva mengacak rambutnya frustrasi. Hancur sudah image sebagai seorang mahasiswa

  • Mantra Cinta untuk Dosen Galak   BAB 5. Bad News

    Pria itu memarkirkan mobilnya, setelah mengantar gadis menyusahkan yang akhir-akhir sering muncul daalam kehidupannya. Dia menyugar rambut hitam yang terpangkas rapi, sebelum memasuki kediaman keluarga William. “Dari mana saja? Baru pulang selarut ini?” tanya seseorang membuat Juandra mendengkus. Selalu saja, pria paruh baya itu ikut campur urusan pribadinya. “Aku bukan anak kecil yang harus ditanyai dari mana dan kenapa baru pulang! Aku bisa mengurus hidupku sendiri!” tukas Juandra tidak senang dengan kehadran Respati. Pria paruh baya itu menghela napas panjang. “Dari klub lagi? Sampai kapan begini terus? Kamu itu seorang dosen yang punya nama baik, bagaimana kalau orang tau kamu sering ke dunia haram itu? bagaimana kalau nama kamu rusak karena sering ke sana?” “Apa itu penting untuk Papa?” Hening, keduanya hanya adu tatap, tanpa seorang pun ingin melepas kontak mata itu. Ayah dan anak itu memiliki sifat yang mirip, sama-sama keras kepala dan teramat tegas. “Kamu harus membuka

DMCA.com Protection Status