Share

19

Penulis: Akina
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-28 16:56:00

POV Adrian 

Aku melihat Livia terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya penuh kesedihan setelah mengalami keguguran. Hatiku terasa hancur melihatnya dalam keadaan seperti itu. Rasa kasihan mengalir dalam diriku, tetapi aku tahu bahwa yang dibutuhkan Livia saat ini adalah dukunganku.

“Livia,” kataku lembut, meraih tangannya. “Aku di sini untukmu. Apa pun yang kamu rasakan, itu adalah hal yang wajar. Kamu tidak sendirian dalam ini.”

Dia menatapku dengan mata yang penuh air mata. “Aku merasa sangat hancur, Adrian. Seharusnya aku bisa melindungi bayi kita.”

“Tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk mencegah apa yang terjadi. Ini bukan kesalahanmu,” jawabku, berusaha menerangkan dengan lembut. 

“Kadang-kadang, hal-hal seperti ini terjadi tanpa alasan yang jelas. Yang terpenting sekarang adalah kamu bisa memulihkan diri.”

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Mantanku Kembali   20

    POV AdrianDalam keheningan itu, pikiranku kembali ke saat Livia pertama kali memberitahuku bahwa dia hamil. Rasa bahagia yang mengalir dalam diriku saat itu tidak dapat digambarkan. Kami merayakannya dengan harapan dan impian yang besar. Sekarang, harapan itu telah sirna, dan yang tersisa hanyalah kesedihan yang mendalam.Aku memperhatikan Livia yang terlelap, wajahnya tampak damai meskipun hatinya masih penuh kesedihan. Aku ingin melindunginya dari semua rasa sakit ini, tetapi aku tahu bahwa tidak ada yang bisa menghilangkan rasa sakitnya dengan cepat. Proses penyembuhan ini akan memakan waktu, dan kami harus siap untuk menjalani setiap langkahnya.Satu hal yang pasti, aku akan terus ada di sampingnya. Meskipun rasa sakit ini terasa sangat berat, aku bertekad untuk menjadi pendukungnya, menjadi tempatnya bersandar saat semuanya terasa terlalu sulit.Saat malam semakin larut, keheningan ruangan membua

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-29
  • Mantanku Kembali   21

    POV AdrianDokter melanjutkan, “Saya sarankan agar kalian berkonsultasi dengan ahli gizi untuk membantu merencanakan pola makan yang sehat dan seimbang ke depannya. Ini bisa membantu meningkatkan kesehatan dan kemungkinan kehamilan yang lebih baik di masa depan.”Livia mengangguk lagi, tetapi aku bisa melihat bahwa meskipun dia berusaha untuk menerima apa yang terjadi, hatinya masih hancur. Rasa bersalah dan kesedihan mencampur aduk dalam dirinya. Aku ingin dia tahu bahwa ini bukan salahnya, tetapi kata-kata itu tampak sulit untuk keluar dari mulutku.Setelah dokter selesai menjelaskan, dia memberikan waktu bagi kami untuk bertanya.“Apakah ada yang ingin kalian tanyakan?” tanyanya, menatap kami dengan lembut.Livia terdiam sejenak, merenungkan semua yang baru saja dikatakan.“Bagaimana jika kami ingin mencoba lagi di masa de

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-30
  • Mantanku Kembali   1

    POV Livia“Livia, nanti malam ada waktu?” Adrian menatapku dengan ekspresi santai, tapi matanya yang tajam itu menyiratkan sesuatu yang lebih dari sekadar tanya biasa. Aku tersentak sejenak, lalu berusaha mempertahankan sikap profesional yang selama ini kujaga. “Hmm… Kalau Bapak butuh bantuan tambahan untuk pekerjaan, saya bisa mengatur jadwal,” jawabku sambil berpura-pura sibuk dengan layar laptop di hadapanku. Aku menyebutnya ‘Bapak’ di kantor, meskipun hanya kami berdua. Itu semacam tameng, pengingat batasan yang pernah kuletakkan sendiri. Adrian terkekeh kecil. Suaranya rendah, seperti bisikan yang hanya untukku. “Livia, santai saja. Kita sedang di rumahku, bukan di kantor. Dan kali ini, bukan soal pekerjaan.” Aku mencoba menyembunyikan kegugupanku. Tidak mudah bekerja begitu dekat dengan Adrian, apalagi setelah setahun penuh menjadi sekretaris pribadinya. Pria ini, dengan segala karisma dan kecerdasannya, sudah sejak lama membuat hatiku goyah. Tapi aku tahu, aku harus t

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Mantanku Kembali   2

    POV Livia“Kau percaya kita bisa seperti ini selamanya?” Suara Adrian yang lembut menghentikan langkahku. Kami sedang duduk di teras rumahnya, menikmati angin malam. Langit cerah bertabur bintang, tetapi keheningan di antara kami jauh lebih kuat daripada gemerlap di atas sana. Aku menoleh, mencoba mencari sesuatu di balik tatapan matanya yang penuh harap. “Selamanya?” tanyaku, berpura-pura tidak paham. Dia tersenyum kecil, ekspresi yang selalu membuatnya tampak lebih muda dari usianya. “Ya. Aku tidak tahu kapan tepatnya ini semua berubah, tapi aku merasa nyaman denganmu. Aku tidak bisa membayangkan hidupku tanpa kehadiranmu sekarang.” Aku tertawa kecil, meskipun jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. “Adrian, kamu terlalu serius malam ini.” Dia menatapku lebih lama, membuatku ingin lari dari keheningan itu. “Kadang, aku ingin memastikan kamu tahu seberapa besar artinya dirimu untukku.” Aku memalingkan pandangan, menatap lampu-lampu kota dari kejauhan. Sejak ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Mantanku Kembali   3

    POV LiviaAku berusaha menenangkan diri ketika tatapan tajam Adrian terus menancap di wajahku, seolah mencoba mencari retakan dalam setiap penjelasanku. Aku tahu, setiap kata yang kuucapkan harus disusun dengan hati-hati. Satu kesalahan saja, dan dia akan pergi—mungkin untuk selamanya. “Adrian, tolong dengarkan aku,” kataku, suaraku terdengar lebih tegas daripada yang kurasakan di dalam hati. Aku menggenggam tanganku erat di bawah meja, mencoba mengalihkan gemetar yang tidak mau berhenti. “Apa yang kau dengar tadi… itu bukan tentangmu.” Alisnya berkerut, keraguan jelas tergambar di wajahnya. Dia tidak memotongku, tetapi matanya masih penuh dengan kecurigaan. Aku melanjutkan, berusaha terdengar sejujur mungkin. “Aku tahu kedengarannya buruk, tapi aku tidak sedang berbicara tentangmu. Aku berbicara tentang sepupuku, Adrian. Namanya sama denganmu, dan dia… dia sedang melalui masa yang sulit.” Aku berhenti sejenak, mengambil napas dalam-dalam. Tidak ada jalan lain kecuali terus ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Mantanku Kembali   4

    POV LiviaAku terbangun dengan rasa berat di dadaku. Cahaya matahari pagi menyelinap masuk melalui celah tirai, menerangi kamar Adrian yang luas. Tubuhku masih terasa hangat, tetapi ada dingin yang menjalar di hatiku. Aku menoleh perlahan, melihat Adrian masih tertidur di sisiku, wajahnya terlihat damai, seolah semua masalah menguap begitu saja dari hidupnya.Namun, tidak begitu untukku.Malam itu terus terulang dalam pikiranku, seperti sebuah film yang diputar tanpa henti. Setiap sentuhan, setiap desahan, setiap kata yang tak terucap—semuanya terasa begitu nyata. Tetapi kenyataan tidak pernah sesederhana itu. Ada jurang besar di antara kami, jurang yang kuciptakan sendiri dengan kebohongan.Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan debar jantungku yang masih kacau. Dengan hati-hati, aku melepaskan diri dari pelukannya dan turun dari tempat tidur. Langkahku pelan saat menuju kamar mandi, berharap tidak membangunkannya.Di depan cermin, aku menatap bayanganku sendiri. Rambutku be

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Mantanku Kembali   5

    POV LiviaAdrian menatapku, matanya dipenuhi rasa sakit dan amarah. Tangannya terkepal di sisi tubuhnya, seolah menahan diri untuk tidak meluapkan emosi yang jelas membuncah di dalam dirinya. Aku bisa merasakan detak jantungku yang menggila, namun tubuhku terasa seperti membeku."Livia, aku ingin kau jujur denganku," katanya, suaranya datar, tetapi setiap kata penuh tekanan.Aku menghindari tatapannya, mataku menatap lantai, mencoba mencari kekuatan untuk menjelaskan. Namun, kata-kata itu terasa begitu sulit keluar. Bagaimana aku bisa menjelaskan semua ini tanpa menghancurkan kepercayaan yang telah dia berikan?Adrian melangkah mendekat, tubuhnya sekarang hanya berjarak beberapa inci dariku. Dia menatapku, memaksa mataku bertemu dengan miliknya."Aku tahu ada sesuatu yang kau sembunyikan. Dan aku tidak ingin menebak-nebak lagi. Jika kau peduli padaku—jika hubungan ini berarti sesuatu bagimu—tolong, katakan yang sebenarnya."Aku membuka mulutku, mencoba bicara, tetapi lidahku terasa ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • Mantanku Kembali   6

    POV LiviaKetika pagi tiba, sinar matahari menyelinap masuk melalui tirai jendela, menciptakan pola cahaya di lantai. Aku terbangun dengan rasa berat di dada, memikirkan semua yang harus kuhadapi. Tangan ini, yang masih menggenggam gelang dari Adrian, terasa seolah mengingatkan aku pada dua dunia yang berbeda: satu yang penuh harapan dan cinta, dan satu lagi yang terjebak dalam kewajiban dan rasa bersalah.Setelah mandi dan sarapan seadanya, aku memutuskan untuk pergi ke kantor lebih awal. Mungkin berkumpul dengan teman-teman bisa sedikit mengalihkan pikiranku. Namun, setiap langkah menuju kelas terasa berat, seperti ada beban yang semakin menumpuk di pundakku.Di kantor, aku bertemu dengan Maya, sahabatku. Dia bisa merasakan ada yang tidak beres. "Livia, kau terlihat tidak seperti biasanya. Ada apa?" tanyanya.Aku menghela napas, "Aku bingung, Maya. Tentang Adrian dan keluargaku... semuanya terasa begitu rumit."Maya mengangguk, matanya penuh pengertian. "Kau tidak perlu melakukan

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-17

Bab terbaru

  • Mantanku Kembali   21

    POV AdrianDokter melanjutkan, “Saya sarankan agar kalian berkonsultasi dengan ahli gizi untuk membantu merencanakan pola makan yang sehat dan seimbang ke depannya. Ini bisa membantu meningkatkan kesehatan dan kemungkinan kehamilan yang lebih baik di masa depan.”Livia mengangguk lagi, tetapi aku bisa melihat bahwa meskipun dia berusaha untuk menerima apa yang terjadi, hatinya masih hancur. Rasa bersalah dan kesedihan mencampur aduk dalam dirinya. Aku ingin dia tahu bahwa ini bukan salahnya, tetapi kata-kata itu tampak sulit untuk keluar dari mulutku.Setelah dokter selesai menjelaskan, dia memberikan waktu bagi kami untuk bertanya.“Apakah ada yang ingin kalian tanyakan?” tanyanya, menatap kami dengan lembut.Livia terdiam sejenak, merenungkan semua yang baru saja dikatakan.“Bagaimana jika kami ingin mencoba lagi di masa de

  • Mantanku Kembali   20

    POV AdrianDalam keheningan itu, pikiranku kembali ke saat Livia pertama kali memberitahuku bahwa dia hamil. Rasa bahagia yang mengalir dalam diriku saat itu tidak dapat digambarkan. Kami merayakannya dengan harapan dan impian yang besar. Sekarang, harapan itu telah sirna, dan yang tersisa hanyalah kesedihan yang mendalam.Aku memperhatikan Livia yang terlelap, wajahnya tampak damai meskipun hatinya masih penuh kesedihan. Aku ingin melindunginya dari semua rasa sakit ini, tetapi aku tahu bahwa tidak ada yang bisa menghilangkan rasa sakitnya dengan cepat. Proses penyembuhan ini akan memakan waktu, dan kami harus siap untuk menjalani setiap langkahnya.Satu hal yang pasti, aku akan terus ada di sampingnya. Meskipun rasa sakit ini terasa sangat berat, aku bertekad untuk menjadi pendukungnya, menjadi tempatnya bersandar saat semuanya terasa terlalu sulit.Saat malam semakin larut, keheningan ruangan membua

  • Mantanku Kembali   19

    POV AdrianAku melihat Livia terbaring lemah di ranjang rumah sakit, wajahnya penuh kesedihan setelah mengalami keguguran. Hatiku terasa hancur melihatnya dalam keadaan seperti itu. Rasa kasihan mengalir dalam diriku, tetapi aku tahu bahwa yang dibutuhkan Livia saat ini adalah dukunganku.“Livia,” kataku lembut, meraih tangannya. “Aku di sini untukmu. Apa pun yang kamu rasakan, itu adalah hal yang wajar. Kamu tidak sendirian dalam ini.”Dia menatapku dengan mata yang penuh air mata. “Aku merasa sangat hancur, Adrian. Seharusnya aku bisa melindungi bayi kita.”“Tidak ada yang bisa kamu lakukan untuk mencegah apa yang terjadi. Ini bukan kesalahanmu,” jawabku, berusaha menerangkan dengan lembut.“Kadang-kadang, hal-hal seperti ini terjadi tanpa alasan yang jelas. Yang terpenting sekarang adalah kamu bisa memulihkan diri.”

  • Mantanku Kembali   18

    POV LiviaNamun, saat dokter mulai melakukan pemeriksaan, ekspresi wajahnya berubah. Aku merasakan ketegangan di udara, dan jantungku berdebar kencang.“Ada beberapa hal yang perlu kita diskusikan,” katanya, wajahnya serius.Ketika hasil pemeriksaan keluar, aku dapat merasakan sesuatu yang tidak beres.“Ada masalah dengan perkembangan janin. Kami khawatir ini bisa jadi tanda-tanda keguguran,” katanya dengan lembut, tetapi kata-katanya menghantamku seperti petir.“Apa?” suaraku hampir tak terdengar. Rasa sakit di perutku terasa semakin parah, tetapi kali ini bukan hanya fisik. Hati ini seolah diremas-remas oleh kenyataan yang menyakitkan.Adrian terdiam, tetapi aku bisa melihat betapa hancurnya ia mendengar berita ini.“Apa ada cara untuk menyelamatkan bayi kami?” tanyaku, berharap

  • Mantanku Kembali   17

    POV Livia “Hasil akan keluar seminggu lagi. Jadi kalian bisa pulang sekarang,” kata dokter, mencoba memberikan kepastian di tengah ketidakpastian yang kami rasakan.Setelah beberapa saat, kami akhirnya keluar dari rumah sakit. Meskipun hasil belum keluar, ada rasa lega saat melihat matahari bersinar di luar, seolah memberikan harapan baru. Adrian menggenggam tanganku erat, dan aku bisa merasakan kehangatan di dalam hatinya.“Bagaimana kalau kita makan sesuatu yang enak?” tawar Adrian, ingin mengalihkan perhatianku dari kekhawatiran yang masih membayangi.“Ide yang bagus,” jawabku, meskipun perutku terasa mual. “Tapi aku tidak tahu apakah aku bisa makan banyak.”“Tidak apa-apa, kita bisa cari sesuatu yang ringan. Yang penting, kamu perlu makan,” katanya sambil tersenyum, dan aku merasa sedikit lebih tenang.Kami berjalan menuju kafe terdekat, tempat yang biasanya ramai dengan orang-orang yang menikmati waktu bersama. Suasana ceria itu sedikit mengingatkanku akan betapa indahnya hidup,

  • Mantanku Kembali   16

    POV LiviaPertanyaan itu membuatku terdiam sejenak. “Kadang aku merasa cemas, terutama ketika di kantor. Aku tidak ingin orang lain berpikir aku mendapatkan posisi ini karena hubungan kami. Tapi di sisi lain, aku juga merasa bersyukur bisa bekerja sama dengannya.”Maya mengangguk. “Itu wajar. Tapi ingat, kamu punya kemampuan dan kompetensi sendiri. Jangan biarkan orang lain meragukannya hanya karena hubungan pribadi.”Aku merasa lebih baik mendengar kata-katanya. “Terima kasih, Maya. Itu sangat berarti.”Kalau gitu aku pamit dulu ya? Aku mau ke rumah sakit setelah ini karena mau periksa kandungan. Aku pamit pada MayaAdrian sudah menunggu ku di dalam mobil.Setelah aku masuk ke dalam mobil Adrian pun bertanya. “Sudah selesai kalau ngobrol?”“Iya, sudah kok. Ya sudah kita ke rumah sakit sekarang!&rdquo

  • Mantanku Kembali   15

    POV LiviaSetelah selesai memasak, aku pun masuk ke kamar untuk bersiap berangkat ke kantor bersama Adrian. Hari itu terasa cerah, dan meskipun tidak ada yang istimewa di agenda, aku merasa bersemangat. Sejak malam romantis itu, suasana hatiku jauh lebih baik.Aku mengenakan gaun sederhana yang membuatku merasa percaya diri, berharap bisa menambah sedikit warna pada hari-hari yang kadang monoton di kantor.Adrian sudah siap ketika aku keluar dari kamar. Dia mengenakan setelan jas yang membuatnya tampak semakin menawan. “Kamu terlihat cantik,” katanya, tersenyum lebar.“Terima kasih. Kamu juga, seperti biasa,” balasku, merasakan jantungku berdebar saat dia meraih tanganku.Kami berangkat ke kantor dengan suasana hati yang baik. Namun, begitu kami tiba, suasana di dalam kantor tampak tegang. Beberapa karyawan berbisik, dan wajah mereka menunjukka

  • Mantanku Kembali   14

    Livia's POV“Keluargamu tampak... berbeda,” kataku, sedikit ragu.Adrian mendekat, menatapku dengan penuh perhatian. “Maksudmu?”“Entahlah. Sepertinya mereka tidak begitu senang dengan kehadiranku. Terutama ibumu,” jawabku, jujur tentang ketidaknyamananku.Dia menghela napas, tampak berpikir sejenak. “Ibu ku memang memiliki harapan tersendiri. Dia ingin aku menikah dengan seseorang dari latar belakang yang lebih mapan. Mungkin dia butuh waktu untuk menerima keputusan ini,” jelas Adrian.“Apakah kamu khawatir tentang itu?” tanyaku, merasa sedikit khawatir.“Tidak, aku mencintaimu, Livia. Itu yang terpenting. Kita akan melalui ini bersama,” katanya, menggenggam tanganku erat.Aku merasa sedikit lega mendengar kata-katanya. Namun, saat malam beranjak larut, rasa cemas masi

  • Mantanku Kembali   13

    POV LiviaRasa cemas menyelimuti diriku. Bagaimana hidup ku akan berjalan? Apakah aku akan bisa menjadi ibu yang baik? Pertanyaan-pertanyaan itu terus berputar dalam benakku, dan aku merasa seolah berada dalam labirin tanpa jalan keluar.Aku menatap langit-langit, berusaha menenangkan pikiran. “Apa yang harus aku lakukan?” bisikku pada diri sendiri. Ada begitu banyak ketidakpastian di depan, dan aku merasakan beban tanggung jawab yang berat.Adrian sudah berjanji untuk ada di sampingku, tetapi aku juga tahu bahwa ini tidak akan mudah. Aku ingin memberikan yang terbaik untuk anak ini, tetapi apakah aku sudah siap?Dengan perasaan campur aduk, aku meraih bantal dan memeluknya erat-erat. Mungkin aku perlu waktu untuk merenungkan semuanya. Harapan dan ketakutan bercampur, tetapi satu hal yang pasti—aku tidak bisa melarikan diri dari kenyataan ini.*Har

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status