Share

23

Author: Akina
last update Last Updated: 2025-02-01 10:10:00

POV LIVIA 

Setelah menerima pesanan makanan itu aku hendak ke kamar. 

“Kak Livia!”

Aku menoleh. Rupanya itu adalah Sekar, adik ipar ku. “Iya? Kamu mau makan dengan ku? Nih tadi aku beli ayam bakar dua kotak. Apakah kamu mau?” 

“Mau, Kak.” 

Aku pun mengajak adik ipar ku untuk makan bersama di meja makan. Ku lihat cukup lahan makan. 

“Oh, ya? Bukan kah kamu besok ke asrama?” Tanya ku. Aku baru ingat perkataan Adrian tadi.

“Iya, Kak. Aku ingin di asrama saja. Di sana aku punya banyak teman untuk melakukan banyak hal. Aku bisa belajar bersama, bermain bersama sama teman-teman ku.”

Sekar mengatakan kesenangan nya. Yah, mungkin itu benar. Di saat di rumah dia memang terlihat kesepian. Aku juga gak bisa berbuat banyak karena aku juga kerja. Bahkan sekarang pun aku juga gak bisa mengajak nya bersama karena kondisi ku belum benar-benar pulih.

&ld

Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Mantanku Kembali   24

    POV LiviaSetelah kepergian Sekar, rumah kami terasa lebih sepi. Suasana yang biasanya ramai dengan tawa dan canda kini hanya menyisakan kenangan. Setiap sudut rumah membawa ingatan tentangnya—dari foto di dinding hingga mainan yang tertinggal di ruang tamu. Rindu itu menggerogoti hatiku, tetapi aku tahu aku harus bangkit. Aku tidak bisa terus terpuruk.Seminggu setelah Sekar pergi, aku memutuskan untuk kembali bekerja. Aku merasa ini adalah langkah yang baik untuk mengalihkan pikiranku dari kesedihan yang menyesakkan. Meskipun awalnya berat, aku bertekad untuk melanjutkan hidup.Semua orang menyambutku dengan hangat, tetapi ada sesuatu yang berbeda dalam diri Adrian. Dia tampak lebih serius dari biasanya, dan senyumnya yang hangat seolah menghilang. Ketika aku masuk ke ruang kerjanya, dia hanya menatap layar komputernya, seolah tidak menyadari kehadiranku.“Selamat datang kembali, Livia,”

    Last Updated : 2025-02-02
  • Mantanku Kembali   25

    POV Livia“Livia, aku… aku tidak ingin membuat situasi semakin buruk,” katanya akhirnya.Mendengar itu, hatiku terasa hancur. “Jadi, kau lebih memilih untuk diam daripada membelaku?” tanyaku, merasa kecewa.“Bukan begitu. Aku hanya ingin menjaga kedamaian di rumah,” jawabnya, tetapi aku bisa merasakan ketidakpastian dalam suaranya.Aku merasa semakin terisolasi. Ketika ibu mertuaku ngomong lagi, aku merasa seperti mendapatkan beban tambahan di pundakku.“Kamu harus lebih memperhatikan penampilanmu, Livia. Adrian membutuhkan istri yang bisa menarik perhatiannya,” katanya, membuatku semakin merasa tertekan.Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti jarum yang menusuk hatiku.“Saya berusaha, Bu. Saya ingin yang terbaik untuk Adrian,” jawabku, berusaha mempertahankan k

    Last Updated : 2025-02-03
  • Mantanku Kembali   26

    POV LiviaSetelah menuliskan surat itu, aku merobeknya menjadi beberapa bagian. Rasanya, kata-kata itu tidak cukup untuk menjelaskan semua rasa sakit yang aku rasakan. Aku pun merasa putus asa.Saat aku sedang merapikan rumah, terdengar suara ketukan di pintu. Ketika aku membuka pintu, aku terkejut melihat Adrian berdiri di depan. Wajahnya terlihat serius, dan aku bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda.“Livia, kita perlu bicara,” katanya, suaranya tegas.Aku mengangguk, meskipun jantungku berdegup kencang. Kami masuk ke ruang tamu, dan dia mengambil napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara.“Aku sudah berbicara dengan Ibu,” katanya, matanya tidak bertemu dengan mataku.“Dia… dia tidak menyadari betapa kerasnya kata-katanya. Aku bilang padanya bahwa kamu merasa tertekan dan tidak dihargai.”

    Last Updated : 2025-02-04
  • Mantanku Kembali   27

    POV Livia“Aku juga mencintaimu, Livia. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku akan mencoba lebih keras untuk memahami apa yang kamu rasakan,” katanya, suaranya penuh tekad.Malam itu, ada harapan baru yang muncul. Meskipun jalan di depan masih kabur, aku merasa bahwa kami dapat berjuang bersama. Mungkin, dengan saling mendukung, kami bisa menciptakan ruang yang lebih aman untuk diri kami.Namun, aku tahu bahwa itu bukanlah akhir dari perjalanan ini. Masih ada banyak hal yang perlu dibicarakan dan diselesaikan. Dengan langkah kecil, aku berharap kami bisa menemukan cara untuk membangun kembali apa yang sempat hancur, tanpa ada bayang-bayang yang menghalangi kebahagiaan kami.*Dua bulan telah berlalu sejak percakapan yang membuka hati itu, dan aku merasa kehidupan kami perlahan-lahan mulai membaik. Adrian berusaha lebih keras untuk mendukungku, dan aku berusaha memaham

    Last Updated : 2025-02-05
  • Mantanku Kembali   28

    POV AdrianSetelah dua bulan menjalani kehidupan baru yang penuh harapan dan usaha, aku merasa semakin terjebak dalam permainan sandiwara yang tidak pernah aku inginkan. Di luar, aku berusaha menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa hubungan kami semakin kuat. Namun, di dalam hatiku, ada sesuatu yang gelap dan penuh kemarahan yang terus menyala.Saat Livia tertidur di sampingku, aku terjaga. Cahaya bulan menerangi kamar, dan semua ingatan yang selama ini aku coba sembunyikan kembali menghantuiku. Aku teringat saat pertama kali bertemu Livia, saat ibuku mengatur semua ini, memaksa aku untuk menikahi wanita yang seharusnya menjadi istri idealku.“Dia adalah pilihan terbaik untukmu,” kata ibuku saat itu, dengan nada yang seolah tak bisa dibantah. “Dia akan membuatmu terlihat baik di mata orang lain.”Aku merasa terjebak antara kewajiban dan keinginanku sendiri. Meng

    Last Updated : 2025-02-06
  • Mantanku Kembali   29

    POV Adrian“Adrian, makanan ini pasti enak! Aku sangat menantikan untuk mencobanya!” serunya, tetapi suaranya terdengar jauh di telingaku. Aku merasa seperti menonton film dari luar, bukan sebagai bagian dari hidupku sendiri.Ketika makanan tiba, aku berusaha tersenyum dan ikut menikmati, tetapi setiap suapan terasa seperti menggerogoti hatiku. Aku ingin berteriak, ingin membebaskan diriku dari semua ini. Rasa sakit yang terpendam semakin dalam, dan aku mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya aku inginkan.Di tengah kebisingan restoran, aku tiba-tiba merasa lelah. “Livia, maafkan aku. Aku butuh waktu sendiri,” kataku, berdiri dan berjalan keluar tanpa menunggu tanggapan.Di luar, udara malam terasa segar, tetapi hatiku penuh dengan kepedihan. Aku berjalan tanpa arah, menghirup udara malam yang dingin. Semua rasa sakit dan kemarahan yang selama ini aku pendam mulai meledak. Mengapa ak

    Last Updated : 2025-02-07
  • Mantanku Kembali   30

    POV Adrian“Adrian, aku merasa hancur. Aku hanya ingin membuat semua orang bahagia, tetapi aku tidak tahu bagaimana caranya,” Livia berkata, suaranya penuh kesedihan.Aku merasakan rasa bersalah yang semakin menggerogoti diriku. “Livia, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu. Aku hanya… aku hanya merasa bingung,” kataku, berusaha menjelaskan.Dia menggelengkan kepala. “Kau tidak menyakitiku. Ibu yang melakukannya. Aku merasa terjebak di antara keduanya,” katanya, mengusap air matanya.Hatiku hancur mendengarnya. Dalam pikiranku, aku mengingat semua kesalahan yang pernah aku buat, kesalahan yang mengubah segalanya. Saat aku melakukan sesuatu yang sangat bodoh, yang membuat Livia merasa tidak berharga. Saat itu, aku tidak berpikir tentang dampak dari tindakanku. Aku hanya memikirkan diriku sendiri.“Livia, ing

    Last Updated : 2025-02-08
  • Mantanku Kembali   31

    POV AdrianAkhirnya, setelah beberapa saat, ibunya mulai melunak. “Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Livia. Mungkin aku terlalu keras,” katanya, suara lebih lembut.Livia menatap ibunya dengan penuh harap. “Ibu, aku ingin kita bisa saling mendukung. Aku ingin merasa bisa berbicara tanpa takut,” katanya.Kami bertiga duduk dalam keheningan, dan aku merasa ada perubahan di udara. Mungkin, hanya mungkin, kami bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan ini.Ketika percakapan itu berakhir, aku merasakan beban yang terangkat dari bahu Livia. Dia tersenyum, dan aku bisa melihat bahwa harapan baru telah tumbuh di hatinya. Kami berhasil menghadapi tantangan besar ini bersama-sama.“Adrian, terima kasih telah mendukungku,” Livia berbisik, matanya berbinar.“Aku akan selalu ada untukmu, Livia. Kita bisa melalui ini bersama,” kataku,

    Last Updated : 2025-02-08

Latest chapter

  • Mantanku Kembali   56

    POV LiviaAku menghela napas, merasa lega bisa mengungkapkan perasaanku. “Aku tertarik untuk bekerja sebagai penjaga toko paruh waktu, dari pagi sampai siang. Aku rasa itu akan memberiku kesempatan untuk berinteraksi dengan orang-orang dan belajar hal baru,” jawabku dengan semangat.“Penjaga toko? Itu terdengar menarik! Apa yang membuatmu tertarik?” Adrian bertanya, wajahnya kini penuh minat.“Aku menyukai lingkungan yang ramai dan interaksi dengan orang-orang. Selain itu, aku juga ingin belajar lebih banyak tentang manajemen dan penjualan. Rasanya menyenangkan bisa berkontribusi langsung dan melihat hasilnya,” kataku, merasakan semangat dalam suaraku.Adrian mengangguk, tampak mendukung. “Jika itu yang membuatmu bahagia, aku mendukung penuh keputusanmu. Tapi, pastikan kau memilih tempat yang tepat,” katanya, senyum di wajahnya menunjukkan bahwa dia benar-benar

  • Mantanku Kembali   55

    POV Livia“Livia! Livia! Bangun!”Suara Adrian menggema lembut di telingaku. Perlahan, aku membuka mata dan melihat wajahnya tersenyum di samping tempat tidur. Keceriaan di wajahnya membuat hatiku berbunga-bunga.“Adrian!” seruku dengan suara serak.“Kau sudah pulang?” Rasanya seperti mimpi ketika melihatnya di depan mataku. Dia baru saja kembali dari perjalanan dinas yang terasa seperti selamanya.“Ya, aku pulang lebih awal. Pekerjaanku sudah selesai lebih cepat dari yang diperkirakan,” jawabnya dengan senyum lebar. Dia duduk di tepi tempat tidur, dan aku bisa merasakan kehangatan kehadirannya.Aku merasa senang dan bersyukur. “Aku tidak sabar untuk melihat apa yang kau bawa! Ada oleh-oleh?” tanyaku, mataku berbinar-binar penuh harapan.Adrian tertawa kecil, lalu

  • Mantanku Kembali   54

    POV LiviaSetelah semuanya siap, aku duduk di meja dan menunggu. Rasanya aneh, menunggu seseorang yang tidak ada di sampingku, tetapi aku tahu bahwa dia akan segera kembali. Dengan setiap detik yang berlalu, aku merasakan harapan baru tumbuh di dalam diriku. Mungkin, dengan sedikit usaha dan kejujuran, aku bisa membawa kembali kebahagiaan yang hilang.Saat aku menunggu, aku kembali memikirkan percakapan kami sebelumnya. Adrian selalu bisa membuatku merasa tenang, dan aku tahu bahwa jika aku bisa membuka diri padanya, segalanya akan terasa lebih baik. Rasa takut dan keraguan yang selama ini menghalangiku harus kuhadapi.Ketika ponselku berdering lagi, aku langsung mengambilnya. Itu adalah pesan dari Adrian.[Aku tidak sabar untuk pulang dan menikmati masakanmu. Semangat ya, sayang!]Senyumku mengembang saat membaca pesannya. Mungkin, dengan sedikit keberanian dan kejujuran, ak

  • Mantanku Kembali   53

    POV LiviaAdrian mengangguk, tetapi aku bisa melihat keraguan di matanya. "Kau terlihat sedikit murung, Livia. Ada yang ingin kau bicarakan?" tanyanya dengan nada khawatir."Aku tidak apa-apa, sungguh," kataku, berusaha meyakinkan. "Hanya sedikit lelah, mungkin." Namun, meskipun kata-kata itu keluar dari mulutku, aku tahu bahwa Adrian bisa merasakan ada sesuatu yang tidak beres.Dia menghela napas. "Aku baru saja menyelesaikan satu pekerjaan besar dan sedang istirahat di hotel. Aku pikir bisa menghubungimu sebelum kembali bekerja. Tapi… apa kau yakin tidak ada yang salah? Kau bisa bercerita padaku, kamu tahu itu."Hatiku bergetar mendengar ungkapannya. Adrian selalu menjadi pendengar yang baik, dan dia selalu membangkitkan rasa aman di dalam diriku. Namun, saat ini, aku merasa tidak siap untuk berbagi. Rasa sakit yang masih menggerogoti hatiku terasa terlalu berat untuk diungkapkan. Mungkin jika

  • Mantanku Kembali   52

    POV LiviaSetelah beberapa jam berbincang dan tertawa, aku merasa lebih ringan. Maya memberikan dukungan yang aku butuhkan, dan aku berterima kasih padanya."Kamu selalu tahu bagaimana membuatku merasa lebih baik," kataku, merasa bersyukur memiliki sahabat sepertinya."Selalu, Livia. Aku di sini untukmu," jawabnya tulus.Aku melangkah pulang, bertekad untuk menunjukkan pada Adrian bahwa aku bisa menjadi istri yang lebih baik. Kesedihan dan rasa sakit yang sempat menguasai diriku kini mulai pudar, tergantikan oleh harapan dan semangat untuk memperbaiki hubungan kami.Ketika aku sampai di rumah, aku membuka lemari dan mulai mencari resep-resep masakan yang ingin kucoba. Aku ingin memasak sesuatu yang spesial untuk Adrian, sesuatu yang menunjukkan betapa aku mencintainya. Namun, saat aku mulai mencari, salah satu acara di televisi menarik perhatianku. Acara itu adalah program khusus u

  • Mantanku Kembali   51

    POV LiviaAku beranjak dari sofa dan berjalan ke jendela, menatap keluar. Suasana di luar tampak cerah, tetapi hatiku gelap. Aku mengingat kembali saat-saat ketika kami berdua merencanakan masa depan. Semua impian yang kami bangun bersama kini terasa seperti ilusi.“Bagaimana bisa semuanya berubah secepat ini?” pikirku, merasakan kesedihan yang mendalam.Saat itu, aku berusaha mengingat kembali semua momen indah yang kami lewati. Tawa, pelukan, dan janji-janji yang pernah kami buat. Namun, semua itu terasa samar sekarang, tertutupi oleh bayang-bayang kekecewaan dan rasa sakit.“Apakah semua itu hanya sebuah kebohongan?” tanyaku pada diriku sendiri.Air mata kembali mengalir saat aku teringat bagaimana Adrian selalu berjanji untuk mencintainya tanpa syarat. Tetapi kini, seolah-olah janji itu sudah terlupakan. Aku merasa seolah-olah Adrian lebih memilih

  • Mantanku Kembali   50

    POV LiviaSetelah Adrian pergi, rumah kami terasa sepi dan hampa. Meskipun baru beberapa hari, rasa kesepian ini sudah menyelinap ke dalam hati.Pagi menjelang, dan aku baru saja terbangun dari tidur yang tidak nyenyak. Suara detakan jam dinding mengingatkanku bahwa hari baru telah dimulai, tetapi semangatku masih tertinggal di malam sebelumnya.Aku berusaha bangkit dari tempat tidur, mencuci muka untuk menghilangkan rasa kantuk. Saat aku melihat bayanganku di cermin, aku menyadari betapa lelah dan cemasnya aku. Rasa khawatir akan Adrian dan ketidakpastian yang menyelimuti pikiranku membuatku merasa tidak tenang.Tiba-tiba, suara ketukan keras terdengar dari pintu rumah. Awalnya, aku mengira itu hanya imajinasiku, tetapi ketukan itu semakin menjadi. Dengan cepat, aku bergegas menuju pintu, berharap bisa mengusir rasa sepi yang melanda.Saat aku membuka pintu, aku terk

  • Mantanku Kembali   49

    POV Adrian"Ini luar biasa," ujar Livia sambil menikmati pemandangan di depan kami. "Aku suka saat-saat seperti ini."Aku tersenyum, merasa bahagia melihatnya menikmati momen itu."Aku juga. Ini adalah bagian dari kehidupan yang ingin aku jalani bersamamu."Kami duduk berhadapan, menikmati sarapan dengan penuh kehangatan. Setiap suapan terasa lebih nikmat karena kami berbagi momen ini bersama. Aku memperhatikan Livia, rambutnya yang basah mengkilap terkena sinar matahari, dan senyumnya yang cerah membuatku merasa seolah kami adalah satu-satunya orang di dunia ini."Adrian," Livia memanggilku, membuatku menatapnya. "Aku ingin kita membuat lebih banyak kenangan seperti ini.""Aku setuju," kataku, meraih tangannya. "Setiap hari adalah kesempatan baru untuk kita berdua."Setelah sarapan, kami membersihkan meja dan menikmati sisa waktu pagi deng

  • Mantanku Kembali   48

    POV AdrianAku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengusir bayang-bayang masa lalu yang terus menghantui pikiranku. Aku ingat saat aku membuat keputusan yang salah, saat aku membiarkan egoku menguasai diriku. Sekarang, setiap kali melihat Livia, aku selalu teringat akan kesalahanku dan betapa beruntungnya aku masih bisa memiliki dia di sisiku.“Tidak akan aku sia-siakan kesempatan kedua ini,” pikirku, tekad menguat dalam hati. Aku berjanji untuk menjadi lebih baik, untuk tidak hanya mencintainya tetapi juga menghargai setiap momen yang kami miliki bersama. Aku tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama.Malam itu, saat Livia terlelap, aku menyaksikan suasana rumah kami. Setiap sudutnya mengingatkanku akan perjalanan yang telah kami lalui. Dari ruang tamu yang baru saja kami tata hingga dapur tempat kami memasak bersama, semuanya dipenuhi dengan kenangan indah. Aku merasa betapa hidupnya rumah ini menjadi berkat kehad

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status