Share

25

Author: Akina
last update Last Updated: 2025-02-03 09:43:00

POV Livia

 “Livia, aku… aku tidak ingin membuat situasi semakin buruk,” katanya akhirnya.

Mendengar itu, hatiku terasa hancur. “Jadi, kau lebih memilih untuk diam daripada membelaku?” tanyaku, merasa kecewa.

“Bukan begitu. Aku hanya ingin menjaga kedamaian di rumah,” jawabnya, tetapi aku bisa merasakan ketidakpastian dalam suaranya.

Aku merasa semakin terisolasi. Ketika ibu mertuaku ngomong lagi, aku merasa seperti mendapatkan beban tambahan di pundakku. 

“Kamu harus lebih memperhatikan penampilanmu, Livia. Adrian membutuhkan istri yang bisa menarik perhatiannya,” katanya, membuatku semakin merasa tertekan.

Setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti jarum yang menusuk hatiku.

 “Saya berusaha, Bu. Saya ingin yang terbaik untuk Adrian,” jawabku, berusaha mempertahankan k

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Mantanku Kembali   26

    POV LiviaSetelah menuliskan surat itu, aku merobeknya menjadi beberapa bagian. Rasanya, kata-kata itu tidak cukup untuk menjelaskan semua rasa sakit yang aku rasakan. Aku pun merasa putus asa.Saat aku sedang merapikan rumah, terdengar suara ketukan di pintu. Ketika aku membuka pintu, aku terkejut melihat Adrian berdiri di depan. Wajahnya terlihat serius, dan aku bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda.“Livia, kita perlu bicara,” katanya, suaranya tegas.Aku mengangguk, meskipun jantungku berdegup kencang. Kami masuk ke ruang tamu, dan dia mengambil napas dalam-dalam sebelum mulai berbicara.“Aku sudah berbicara dengan Ibu,” katanya, matanya tidak bertemu dengan mataku.“Dia… dia tidak menyadari betapa kerasnya kata-katanya. Aku bilang padanya bahwa kamu merasa tertekan dan tidak dihargai.”

    Last Updated : 2025-02-04
  • Mantanku Kembali   27

    POV Livia“Aku juga mencintaimu, Livia. Aku tidak ingin kehilanganmu. Aku akan mencoba lebih keras untuk memahami apa yang kamu rasakan,” katanya, suaranya penuh tekad.Malam itu, ada harapan baru yang muncul. Meskipun jalan di depan masih kabur, aku merasa bahwa kami dapat berjuang bersama. Mungkin, dengan saling mendukung, kami bisa menciptakan ruang yang lebih aman untuk diri kami.Namun, aku tahu bahwa itu bukanlah akhir dari perjalanan ini. Masih ada banyak hal yang perlu dibicarakan dan diselesaikan. Dengan langkah kecil, aku berharap kami bisa menemukan cara untuk membangun kembali apa yang sempat hancur, tanpa ada bayang-bayang yang menghalangi kebahagiaan kami.*Dua bulan telah berlalu sejak percakapan yang membuka hati itu, dan aku merasa kehidupan kami perlahan-lahan mulai membaik. Adrian berusaha lebih keras untuk mendukungku, dan aku berusaha memaham

    Last Updated : 2025-02-05
  • Mantanku Kembali   28

    POV AdrianSetelah dua bulan menjalani kehidupan baru yang penuh harapan dan usaha, aku merasa semakin terjebak dalam permainan sandiwara yang tidak pernah aku inginkan. Di luar, aku berusaha menunjukkan bahwa semuanya baik-baik saja, bahwa hubungan kami semakin kuat. Namun, di dalam hatiku, ada sesuatu yang gelap dan penuh kemarahan yang terus menyala.Saat Livia tertidur di sampingku, aku terjaga. Cahaya bulan menerangi kamar, dan semua ingatan yang selama ini aku coba sembunyikan kembali menghantuiku. Aku teringat saat pertama kali bertemu Livia, saat ibuku mengatur semua ini, memaksa aku untuk menikahi wanita yang seharusnya menjadi istri idealku.“Dia adalah pilihan terbaik untukmu,” kata ibuku saat itu, dengan nada yang seolah tak bisa dibantah. “Dia akan membuatmu terlihat baik di mata orang lain.”Aku merasa terjebak antara kewajiban dan keinginanku sendiri. Meng

    Last Updated : 2025-02-06
  • Mantanku Kembali   29

    POV Adrian“Adrian, makanan ini pasti enak! Aku sangat menantikan untuk mencobanya!” serunya, tetapi suaranya terdengar jauh di telingaku. Aku merasa seperti menonton film dari luar, bukan sebagai bagian dari hidupku sendiri.Ketika makanan tiba, aku berusaha tersenyum dan ikut menikmati, tetapi setiap suapan terasa seperti menggerogoti hatiku. Aku ingin berteriak, ingin membebaskan diriku dari semua ini. Rasa sakit yang terpendam semakin dalam, dan aku mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya aku inginkan.Di tengah kebisingan restoran, aku tiba-tiba merasa lelah. “Livia, maafkan aku. Aku butuh waktu sendiri,” kataku, berdiri dan berjalan keluar tanpa menunggu tanggapan.Di luar, udara malam terasa segar, tetapi hatiku penuh dengan kepedihan. Aku berjalan tanpa arah, menghirup udara malam yang dingin. Semua rasa sakit dan kemarahan yang selama ini aku pendam mulai meledak. Mengapa ak

    Last Updated : 2025-02-07
  • Mantanku Kembali   30

    POV Adrian“Adrian, aku merasa hancur. Aku hanya ingin membuat semua orang bahagia, tetapi aku tidak tahu bagaimana caranya,” Livia berkata, suaranya penuh kesedihan.Aku merasakan rasa bersalah yang semakin menggerogoti diriku. “Livia, aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk menyakiti perasaanmu. Aku hanya… aku hanya merasa bingung,” kataku, berusaha menjelaskan.Dia menggelengkan kepala. “Kau tidak menyakitiku. Ibu yang melakukannya. Aku merasa terjebak di antara keduanya,” katanya, mengusap air matanya.Hatiku hancur mendengarnya. Dalam pikiranku, aku mengingat semua kesalahan yang pernah aku buat, kesalahan yang mengubah segalanya. Saat aku melakukan sesuatu yang sangat bodoh, yang membuat Livia merasa tidak berharga. Saat itu, aku tidak berpikir tentang dampak dari tindakanku. Aku hanya memikirkan diriku sendiri.“Livia, ing

    Last Updated : 2025-02-08
  • Mantanku Kembali   31

    POV AdrianAkhirnya, setelah beberapa saat, ibunya mulai melunak. “Aku hanya ingin yang terbaik untukmu, Livia. Mungkin aku terlalu keras,” katanya, suara lebih lembut.Livia menatap ibunya dengan penuh harap. “Ibu, aku ingin kita bisa saling mendukung. Aku ingin merasa bisa berbicara tanpa takut,” katanya.Kami bertiga duduk dalam keheningan, dan aku merasa ada perubahan di udara. Mungkin, hanya mungkin, kami bisa menemukan jalan keluar dari kegelapan ini.Ketika percakapan itu berakhir, aku merasakan beban yang terangkat dari bahu Livia. Dia tersenyum, dan aku bisa melihat bahwa harapan baru telah tumbuh di hatinya. Kami berhasil menghadapi tantangan besar ini bersama-sama.“Adrian, terima kasih telah mendukungku,” Livia berbisik, matanya berbinar.“Aku akan selalu ada untukmu, Livia. Kita bisa melalui ini bersama,” kataku,

    Last Updated : 2025-02-08
  • Mantanku Kembali   32

    POV LiviaSaat Adrian dan aku duduk di ruang tamu, jantungku berdebar kencang. Ini adalah momen yang telah aku tunggu-tunggu, tetapi sekaligus juga membuatku cemas. Dengan berani, aku memutuskan untuk berbicara tentang perasaanku dengan ibuku. Namun, aku juga merasa bahwa jika Adrian ada di sampingku, aku akan lebih kuat.Ketika ibuku datang, suasana terasa tegang. Dia melihatku dengan tatapan yang penuh pertanyaan, dan aku tahu bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk mengungkapkan semua yang terpendam di hatiku.“Bu, ada yang ingin aku bicarakan,” kataku, berusaha menenangkan suara yang bergetar.Aku bisa merasakan tatapan Adrian yang mendukung di sampingku, dan itu memberiku keberanian.“Aku merasa sangat terbebani oleh harapan-harapan yang selalu kamu berikan padaku,” lanjutku.Melihat wajah ibuku yang terkej

    Last Updated : 2025-02-09
  • Mantanku Kembali   33

    POV LiviaSaat aku berjalan menuju ruang rapat, aku merasakan jantungku berdebar. Meski sudah beberapa kali hadir dalam rapat, tetap saja ada rasa gugup yang menghampiriku. Namun, kali ini aku berusaha untuk tidak membiarkan rasa cemas itu menguasai diriku. Aku telah melalui banyak hal dengan Adrian, dan aku tahu aku bisa melakukannya.Setelah memasuki ruang rapat, aku meletakkan dokumen di meja dan melihat para peserta rapat yang sudah menunggu. Mereka semua adalah eksekutif senior, dan aku merasa sedikit terintimidasi. Namun, saat Adrian masuk dan menyapaku dengan senyum, aku merasa tenang.“Terima kasih, Livia. Kamu selalu tepat waktu,” katanya, lalu berbalik ke arah peserta rapat. “Baiklah, mari kita mulai.”Selama rapat, aku duduk di samping meja, mendengarkan setiap diskusi dengan seksama. Adrian memimpin dengan percaya diri, menjelaskan rencana dan strategi perusahaan den

    Last Updated : 2025-02-09

Latest chapter

  • Mantanku Kembali   67

    POV LiviaMaya merangkulku sebelum pergi. "Ingat, Livia. Kau tidak sendirian. Aku di sini jika kau butuh sesuatu," ujarnya, menatapku dengan penuh perhatian.Setelah Maya pergi, rumah terasa sepi. Suara televisi yang sebelumnya ramai kini hanya menjadi latar belakang yang membosankan. Aku kembali duduk di sofa, berusaha untuk tidak berpikir tentang rasa sakit di lututku dan kesepian yang tiba-tiba menyelimuti.Malam semakin larut, dan aku merasa sendirian. Aku meraih ponselku, berharap ada pesan dari Adrian yang bisa menghiburku. Namun, tidak ada yang masuk. Rasa hampa mulai menyelimuti hatiku. Mengapa rasanya sulit sekali untuk menghadapi keadaan ini?Aku mencoba mengalihkan perhatian dengan menonton film, tetapi tidak ada yang bisa menarik perhatianku. Setiap kali aku melihat jam, harapanku untuk melihat Adrian pulang semakin pudar. Akhirnya, aku memutuskan untuk berbaring di tempat tidur, mencoba meredaka

  • Mantanku Kembali   66

    POV LiviaSetelah beberapa saat, Adrian tiba di rumah. Wajahnya tampak cemas saat melihatku duduk di sofa dengan kaki terangkat.Setelah beberapa saat, Adrian tiba di rumah. Wajahnya tampak cemas saat melihatku duduk di sofa dengan kaki terangkat. "Livia! Maafkan aku karena aku gak bisa mengantarkan mu ke rumah sakit.”"Aku baik-baik saja, Adrian. Kaki ku hanya butuh dikompres saja, dan tidak ada yang perlu dicemaskan," kataku, berusaha menenangkan suasana. Meskipun ada rasa sakit, aku tidak ingin membuatnya merasa bersalah atau khawatir lebih dari yang diperlukan.Adrian masih tampak gelisah, tetapi aku bisa melihat bahwa dia berusaha untuk tenang. "Tapi aku tidak ingin kau mengalami ini sendirian. Aku seharusnya ada di sini untukmu," ujarnya, berusaha mencari alasan untuk mengurangi rasa bersalahnya."Ini bukan kesalahanmu, Adrian. Kau sedang sibuk dengan peke

  • Mantanku Kembali   65

    POV LiviaSetelah beberapa lama, aku mulai merasa lelah. Rasa sakit di lututku membuatku ingin segera beristirahat."Adrian, aku mulai merasa mengantuk. Apa kita bisa istirahat sebentar?" tanyaku, menguap kecil."Ya, tentu saja. Mari kita istirahat," jawabnya sambil mematikan film. Dia membantuku bangkit, dan kami menuju ke kamar.Ketika kami sampai di kamar, aku duduk di tepi tempat tidur dan mencoba mengangkat kaki yang sakit. Adrian melihatku dengan penuh perhatian. "Kau ingin aku membantu merawat lututmu?" tanyanya, nada suaranya lembut."Kalau bisa, aku akan sangat menghargainya," kataku, merasa sedikit canggung.Rasa sakitnya cukup mengganggu, tetapi aku tidak ingin merasa merepotkan.Dia mengambil kotak P3K dan mulai merawat lukaku. Sentuhan lembutnya membuatku merasa nyaman. "Ini mungkin akan sedikit terasa, tetapi aku akan be

  • Mantanku Kembali   64

    POV Livia Saat aku berjalan pincang menuju Toko Buku, pikiranku masih dipenuhi dengan perdebatan yang baru saja terjadi. Aku sangat ingin mendukung Adrian, tetapi aku juga khawatir tentang apa yang akan terjadi selanjutnya. Tekanan dari ibunya dan Marlina sangat besar, dan aku tidak ingin dia merasa terjebak.Ketika aku tiba di Toko Buku, Rina, atasanku, segera melihatku. "Livia! Apa yang terjadi? Kenapa kau pincang?" tanyanya, nada suaranya penuh kekhawatiran."Aku jatuh di kantor Adrian. Lututku sedikit terluka," jawabku, berusaha menyembunyikan rasa sakit yang sebenarnya.Rina mengernyitkan dahi, mendekatiku. "Kau tidak terlihat baik. Mari, aku akan membantumu. Kita bisa mencari obat untuk mengurangi rasa sakitmu."Aku mengangguk, merasa bersyukur dengan perhatian Rina. Saat kami menuju ruang belakang untuk mencari obat, hatiku masih bergejolak dengan perasaan campur aduk. Semua yang terjadi di kantor Adrian masih terbayang jelas di pikiranku."Apakah semuanya baik-baik saja di ka

  • Mantanku Kembali   63

    POV LiviaRasa cemas mulai menggelayuti pikiranku."Apa yang mereka lakukan di sini?" gumamku dalam hati. Aku merasa terjebak antara ingin tahu dan takut akan apa yang akan kutemui.Tanpa berpikir panjang, aku mengikuti mereka dari jauh, berusaha mendengarkan percakapan mereka saat memasuki kantor Adrian. Suara mereka samar, tetapi aku bisa merasakan ketegangan di udara. Ada sesuatu yang besar sedang direncanakan di balik pertemuan ini.Kutatap pintu kaca yang memisahkan aku dari ruang kerja Adrian. Di dalam, aku melihat Adrian duduk di mejanya, tampak lelah dan tertekan. Ibu dan Marlina berdiri di depannya, berbicara dengan nada yang mendesak. Hatiku bergetar melihatnya berada dalam situasi seperti itu.Aku memaksa diriku untuk mendekat, berusaha menangkap setiap kata yang mereka ucapkan."Adrian, kau harus mempertimbangkan ini dengan serius. Ini adalah

  • Mantanku Kembali   62

    POV AdrianIbuku adalah sosok yang kuat, dan tekadnya untuk menyelamatkan perusahaan tidak akan surut hanya karena penolakanku. Namun, aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa Livia. Dia adalah bagian terpenting dari hidupku, dan aku bersumpah untuk melindungi hubungan kami."Adrian, bagaimana jika kita mencari solusi lain untuk perusahaan?" Livia tiba-tiba bertanya, membangkitkan semangat dalam diriku. "Mungkin kita bisa melakukan presentasi kepada investor baru, menunjukkan visi kita yang sebenarnya.""Itu ide yang bagus," jawabku. "Kita bisa merancang proposal yang menunjukkan potensi pasar dan keunggulan produk kita. Mungkin kita juga bisa mendekati investor yang lebih fleksibel dan memahami nilai-nilai kita."Livia tersenyum, matanya berbinar penuh semangat. "Aku bisa membantumu membuat presentasi itu. Kita bisa bekerja sama untuk merumuskan strategi yang tepat."Kami mulai berdiskus

  • Mantanku Kembali   61

    POV Adrian"Ada apa, Adrian? Kenapa wajahmu terlihat tegang?" tanyanya, mendekat."Aku baru saja berbicara dengan ibuku dan Marlina," kataku, berusaha mencari kata-kata yang tepat. "Mereka ingin aku menikah dengan Marlina minggu depan."Mata Livia membelalak. "Apa? Kenapa mereka melakukan itu?" dia tampak bingung dan marah."Mereka bilang itu untuk kerja sama perusahaan. Tapi aku menolak. Aku tidak bisa melakukannya, Livia. Aku mencintaimu, dan aku tidak akan mengorbankan hubungan kita," jelasku, berusaha menenangkan dirinya.Livia terlihat terharu, tetapi juga sedikit kecewa. "Adrian, aku tidak ingin kau berada di posisi sulit seperti ini. Aku tidak ingin kau merasa tertekan karena aku.""Tidak, Livia. Ini semua tentang kita. Aku berkomitmen padamu, dan tidak ada yang bisa mengubah itu," kataku dengan tegas.Dia tersenyum, tetapi aku bisa meliha

  • Mantanku Kembali   60

    POV Adrian “Bagus sekali. Selain itu, penting untuk memantau ovulasi. Menggunakan aplikasi atau kalender untuk mencatat siklus menstruasi dapat membantu kalian mengetahui kapan waktu yang tepat untuk mencoba hamil.” “Itu ide yang bagus. Kami akan mengatur itu,” jawab Livia “Setelah semua ini, kita akan menjadwalkan pertemuan rutin untuk memantau kesehatan Livia dan perkembangan program hamil. Ingat, komunikasi yang baik di antara kalian berdua sangat penting.” “Kami berkomitmen untuk saling mendukung. Terima kasih, Dokter, atas semua informasinya,” kata ku. “Sama-sama. Saya senang bisa membantu kalian. Ingatlah, perjalanan ini memerlukan waktu, jadi bersabarlah dan nikmati setiap langkahnya.”Aku merasakan beban di pundakku sedikit menghilang. Aku tahu b

  • Mantanku Kembali   59

    POV LiviaAdrian ikut tertawa. “Itu lucu! Mungkin dia juga butuh sedikit hiburan selain pengembangan diri,” katanya, menatapku dengan senyum hangat.“Sepertinya kau sudah menemukan tempat yang tepat,” kata Adrian, menatapku dengan penuh perhatian.“Aku merasa begitu! Ini adalah langkah yang tepat untukku,” kataku, merasakan keyakinan mengalir dalam diriku. “Setiap buku di toko itu bercerita, dan aku ingin menjadi bagian dari cerita-cerita itu. Aku ingin membantu orang menemukan buku yang tepat untuk mereka.”Adrian mengangguk, tampak mengerti betapa pentingnya hal ini bagiku. “Itu luar biasa, Livia. Kau memang selalu punya passion untuk buku dan literatur. Ini adalah kesempatan yang sempurna untuk mengejar impianmu.”Saat kami sampai di rumah, aku merasakan kehangatan yang menyelimuti. Hari pertama di toko buku telah membe

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status