Share

Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya
Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya
Author: Fitriyani

Bertemu Sang Mantan

Author: Fitriyani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Satu

***

"Sok, cantik kamu!" ucap Bang Afdal, menatap penampilanku lekat. Seperti sedang menelanjangi, bahkan mulutnya terus dibiarkan menganga lebar. Hingga lupa untuk ditutup!

Memang aku cantik! Kamu saja yang buta, dengan bodohnya membuang berlian asli demi yang KW. Itu loh, wanita barumu yang katanya akan segera menikah.

Aku melempar senyum, mengibaskan rambut panjang yang tergerai indah. "Apa kabar Bang? Lama nggak jumpa, ternyata secepat itu kamu move on." Kutunjuk wanita yang cantiknya tak lebih dariku, hanya bermodalkan tubuh ramping dan keseksian dengan belahan dada terpampang nyata.

Keduanya sama-sama mendengkus, kenapa? Apa pertanyaanku ada yang salah?

"Nggak usah banyak basa-basi deh, enek tahu nggak? Jelaslah aku move on," sahut Bang Afdal. Merangkul sang pujaan, dengan mesra. Menumbuhkan rasa cemburu, yang berkobar dalam diri. "Andini, jauh lebih baik dari kamu. Dan satu lagi, dia bukan wanita penipu."

Dahiku mengernyit bingung, demi menanggapi ucapan mantan suami. Penipu katanya, aku tergelak. "Memang, aku menipu apa Bang?"

"Banyak hal. Salah satunya, penampilan kamu yang terbungkus bak orang kaya. Juga mobil mewah yang pasti harganya amat fantastis, dapat dari mana? Kalau bukan hasil, merebut suami orang. Mendekati Om-om misalnya." Aku meneguk ludah, tawaku lepas. Tak peduli dengan tatapan orang banyak, di mana kami sedang menghadiri pernikahan.

"Kamu lucu, Bang. Sepicik itu pikiranmu tentang aku, lupa bahwa kita pernah saling mencinta? Berbagi peluh di atas ranjang, dengan saling mendesah." Yesss, wajah tampannya bersemu merah. Tampak sang wanita mencubit pinggangnya dengan keras, hingga Bang Afdal meringis kesakitan.

"Aww, itu hanya masa lalu sayang. Jangan dengarkan dia! Please, percaya sama aku. Mella hanya sedang dibakar api cemburu, dia itu cinta mati sama Abang." Hueeek, mendengar ucapannya barusan. Membuat diri ingin segera mengeluarkan seluruh isi dalam perut, pede bener!

Kutatap sekeliling gedung, begitu ramai juga mewah. Sang mempelai wanita, adalah temanku dan Bang Afdal semasa SMA dulu.

Karena keterbatasan biaya, mau tidak mau aku harus mengalah. Dengan tidak melanjutkan ke perguruan tinggi, maklum kami hanya keluarga biasa bukan terlahir dari orang kaya.

Tentang kenapa aku dengannya sampai bercerai? Jawabannya, karena anak!

Bang Afdal dan keluarganya, menuduhku sebagai wanita mandul. Bayangkan lima tahun menikah, belum ada tanda-tanda akan hadirnya si jabang bayi.

Dan jurang kemiskinan, membuat mereka selalu menghina. Membandingkan aku dengan Andini, wanita konglomerat dengan warisan di mana-mana.

Arggggh, kenangan pahit tak perlulah untuk dikenang terlalu lama. Nyesek gaesss.

"Memang, wanita mandul seperti dia nggak pantas bersanding dengan kamu. Yang sempurna," ungkap Andini. Sembari bergelayut manja pada sesemantan, tahan Mella! Cemburu boleh, tapi, harus pake otak!

Aku tersenyum getir, terlalu banyak omong. Bikin suasana jadi nggak happy, sial. "Siapa yang mandul, aku atau kamu Bang? Perasaan kita belum ada sekalipun, cek ke dokter. Kaliaan, seenak udel menuduh sembarangan tanpa bukti!"

Kutatap mereka dengan tajam, kalau bukan karena tali pertemanan dengan sang mempelai. Malas aku bertemu dengan mereka, manusia tak punya adab!

"Pelankan suaramu Mella, nggak enak kalau yang lain dengar! Udahlah, kamu terima aja. Dengan sematan mandul, mana mungkin aku yang gagah perkasa mempunyai riwayat menjijikan seperti itu."

Menjijikan kata dia? Bukankah itu salah satu takdir Tuhan, yang bisa jadi untuk menguji kesabaran umat-Nya. Ish, bahasamu terlalu kasar. Memang, sejalan dengan kelakuannya selama ini.

"Benar sekali, Bang. Mella ini 'kan orang miskin, pasti banyak penyakit yang bersarang dalam tubuhnya. Beruntung, kamu nggak harus ketularan sama dia." Andini ikut menimpali, penyakit apa lagi? Gemar betul mereka, dalam membuat hatiku tercabik.

Mengabaikan tudingan mereka, aku memutuskan untuk mencicipi berbagai menu yang telah dihidangkan. Hati yang kuat, perlu diisi dengan banyak makanan.

Satu piring nasi, penuh dengan lauk tak lupa teman-temannya ikut berkumpul. Membuat Andin dan Bang Afdal, berdecak tak percaya.

"Kenapa kaliaan? Nggak makan? Lagi diet ya? Kasian." Aku mencebik, merasa bersyukur karena makan banyak tak pernah membuat bobot tubuh bertambah. Tetap di angka yang sama, ideal. Idaman para laki-laki, kecuali sesemantan yang tengah terjerat oleh pesona Andini.

"Malu aku, kalau yang lain tahu. Bahwa kamu adalah mantan istriku, porsi kayak kuli begitu." Mengendikkan bahu dengan tenang, Kutatap mereka sekilas. Kembali menikmati hidangan, tanpa merasa terganggu.

Dianggap bukan mantanpun. Sebenarnya aku nggak rugi, terbebas dari jerat mertua plus kakak ipar adalah hal paling membahagiakan.

Bang, siapkan mentalmu dengan kuat. Sekarang, aku bukan lagi Mella yang dulu. Miskin, dengan harga diri yang selalu terinjak.

Kamu bahkan nggak tahu, aku kaya usai kamu menghempas diriku. Semua karena apa? Kerja keras yang tak kenal lelah, juga motivasi dari kalian yang selalu memandang sebelah mata.

Mungkin, aku masih jauh dari Andini. Namun, yang ia dapat hari ini karena membanggakan sebuah warisan keluarga. Bukan jerih payahnya sendiri.

Usai makan, aku berniat untuk menghampiri Rissa. Teman sekaligus sahabat sewaktu SMA, entah ke mana perginya pasangan menyebalkan di tahun ini. Sudahlah, jengah juga aku sama mereka!

"Mella ... Wow, cantik banget kamu. Wiiih, barangmu branded semua. Kalah aku," puja Rissa. Berdecak kagum, menatap penampilanku yang berubah drastis. Sama seperti Bang Afdal, bedanya nggak perlu menganga lebar. Hihihi.

Tak ingin banyak cakap. Kupeluk dirinya dengan erat, belum saatnya Rissa tahu. Semua masih gelap, mereka hanya bisa menerka bahwa yang kudapat hasil dari merebut suami orang. Atau hal buruk lain, yang tak perlu menjadi beban pikiran.

"Biasa aja kali, Riss. Cantikan juga Andini," cetus Bang Afdal. Entah sejak kapan, sudah mengekor dari belakang.

Apaan sih?

Silakan saja, kamu berkata sepuas yang dimau. Sang waktu, akan membuktikan bahwa yang kalian punya sekarang bisa saja menghilang.

"Iyain aja, say. Iri bilang boss!" Aku dan Rissa, sama-sama terkikik. Menatap tak peduli pada pria macam dia, heran kenapa juga pernah cinta mati?

"Jangan sombong, warisan keluarga biasanya nggak akan kekal jika yang mengelolanya tidak baik."

Tamu yang hendak memberi selamat, hanya ada kami bertiga. Jadi lebih leluasa, saling menyindir satu sama lain menjadi hal paling menyenangkan saat ini.

"Jaga bicaramu Mella! Sok sibuk mengurusi orang lain, lihat dirimu. Hanya simpanan Om-om pasti," serunya masih saja bertahan dalam tudingan yang sama.

Usai cipika-cipiki, gegas aku berlalu. Kuping terasa sakit, mendengar ocehan darinya. Baru sadar bahwa dia teramat bawel, salah satu sifat yang diwarisi dari sang Ibu.

Menaiki mobil mewah, netra ini sempat beradu dengan Bang Afdal. Tak lupa Andini, yang selalu ada dekat bersamanya.

Mereka tampak tak suka, mungkin merasa aku yang miskin tak pantas menaiki mobil keren dengan harga fantastis.

***

Related chapters

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Belahan Jiwa Yang Sudah Bersama Wanita Lain

    Dua***Dadaku bergemuruh hebat, menahan sesak di dada. Menatap dua sejoli tengah duduk di pelaminan, dengan rasa gembira terpancar nyata.Kugigit bibir, merasakan perih di sekitar sana. Namun, hatiku jauh lebih sakit ... Atas pemandangan hari ini. Menyaksikan pernikahan sang mantan, bersama wanita lain. Tahan, Mella. Haram bagimu untuk menjatuhkan air mata di sini, mereka tak akan merasa iba. Justru sebaliknya, bahagia di atas penderitaan yang tengah mencabik. Kesedihanku makin bertambah, sebab, memutuskan untuk datang seorang diri. Arghhh dasar kamu, Mella! Modal nekat, datang ke nikahan mantan lebih menyeramkan dari sekadar bertemu hantu. "Apa kabar Mella? Mantan mantuku, yang mandul juga miskin?" tanya seseorang, menghentikkan langkah yang sudah mantap ingin menaiki pelaminan untuk memberi selamat.Aku mendesah enggan, berbalik badan. Mendapati mantan mertua, yang tengah berkacak pinggang. Allahu Akbar, ujian apa lagi ini? Kenapa harus membawa embel-embel mandul dan miskin? Du

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Luka Yang Sama

    Tiga***Sebulan berlalu, dan sang mantanpun sudah menikah dengan wanita lain. Namun, rasa cinta ini seakan enggan untuk pergi. Harusnya, perasaan lenyap seiring dengan luka yang dia beri. Cintaku memang buta untuk dia, perlu tambatan hati yang baru. Tapi pada siapa? Menjadikan seseorang untuk pelampiasan, bukannya sesuatu yang tak baik? Mengetuk kepala dengan keras, berharap rasa itu segera pergi. Menjelma menjadi benci dan dendam, yang ingin segera terlampiaskan.Harusnya cinta kita masih bisa disatukan, kalau saja tak ada aral melintang. Mertua selalu menjadi hambatan utama, belum lagi kehadiran ipar. Semua begitu ribet, membuat tali pernikahan kami tercerai berai. Menahan sesak di dada, kuhapus bulir bening yang sempat berjatuhan. Tak mudah menjalani hidup tanpa dia, cinta sejati yang kukira akan terpisah hanya karena ajal. Kutatap lekat, sebuah foto yang masih tersimpan di dalam ponsel. Dia yang tampan, rupanya hanya terbungkus dari penampilan luar. Dalamnya begitu busuk, men

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Pertemuan Selanjutnya

    Empat***"Andini hamil. Dan bukti tersebut, cukup kuat untuk menjabarkan siapa yang tengah mengalami kemandulan di sini." Jiwaku sakit seakan tak berkesudahan, doaku tempo lalu rupanya tak diijabah. Dunia masih senang mempermainkan diri, dengan kabar menyesakkan. "Benarkah? Yakin, kalau itu benar-benar anakmu? Kalau dia bohong gimana?" cecarku, jelas masih menampik kenyataan yang ada. Kenapa hanya bersama Andin, cepat sekali Bang Afdal mendapat momongan?Tercekat dengan informasi yang ada, kunikmati segelas jus jeruk. Demi menetralkan segala asa, rela bertemu dirinya di sebuah Kafe. Sialnya, hanya untuk mendengar kabar bahagia yang jelas menusuk hati. "Jangan asal bicara kamu, Mell! Andin wanita kaya jua terhormat, tidak mungkin berbuat demikian." Mendengkus sebal, otakku terasa buntu untuk menjawab segala hal yang keluar dari mulutnya."Kamu ... Kerja apa sih? Tiap hari bawa mobil sendiri, penampilan juga ok banget. Kenapa nggak dari dulu, saat kita masih bersama? Mungkin, bisa ku

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Komplain Dari Sang Youtuber

    Lima***Hari yang suram, kantor kembali kedatangan tamu. Tubuhku seakan menegang, menatap satu kertas di tangan. Di sana tercatat jelas bawa produk kosmetik yang tengah kujalani, menjadi salah satu pemakaian berbahaya. Menekan kepala dengan keras, rasanya ini mustahil terjadi. Produk kami halal, sudah BPOM ada buktinya pula. Tidak mengandung zat berbahaya. Namun, wanita yang ngeyel itu tetap saja kekeuh dengan pendiriannya.Wanita cantik berbalut pakaian seksi, pasti dari kalangan atas. Hingga berani komplain langsung ke pusatnya, membuat diri merasa resah kala kesuksesan tengah berada di atas. Pikiranku tiba pada sosok Nyonya dan Tuan sewaktu kemarin, sedikit menerka bahwa ada sangkut-pautnya dengan kedatangan kemarin. Namun, bukti yang kuat amat dibutuhkan saat ini."Hello, gimana ini? Lihat wajahku, banyak bintik merah nggak jelas. Tanggung jawab kalian!" teriak si wanita, memegangi pipi sambil sesekali meringis. Drama apa ini? Dosakah jika aku berprasangka buruk pada orang tua

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Hari yang Sibuk

    Enam *** Udara di luar teramat dingin, begitu menusuk tulang. Namun, keadaan di rumah sang mantan justru terasa membara. Tuan dan Nyonya, merupakan orang paling sulit dalam mengucap kata maaf. Dengan sedikit ancaman, akhirnya Listi mau mengakui banyak hal. Mengumpulkan kami di sini, menuntut kejelasan atas apa yang sudah mereka perbuat. Tatapan tajam dari mereka, seakan menghunus jantung. Mendesah resah, aku sadar tak pernah sedikitpun diharapkan berada di rumah ini. Janji, aku nggak akan bawa ini ke jalur hukum. Asal, mereka mau mengucap kata maaf. Nggak lagi ganggu kehidupan aku, diri perlu jua ketenangan. "Kamu, punya Pabrik kosmetik? Nggak salah? Bukannya, kerjaan kamu hanya seorang PSK?" cecar Bang Afdal, jika sedang begini mulutnya berubah pedas bak seorang wanita dengan tingkat kelemesan. Jangan sok tahu kamu Bang! Selalu saja menilai aku dengan sesuka hati, tanpa memikirkan bagaimana perasaanku yang terus dituding dalam berbagai hal. "Jangan kebanyakan halu kamu

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Sebuah Fakta Terbaru

    Tujuh***Jantungku berdebar tak karuan, setengah jam berlalu hasil dari pemeriksaan belum jua keluar. Semoga masih ada harapan, duniaku akan sangat hancur jika sematan mandul memang benar adanya. Salahku, yang sedari dulu selalu menunda untuk memeriksakan diri. Kini, keluarga Bang Afdal seakan yakin bahwa akulah yang sedang bermasalah. Mendesah resah, otak mulai diselimuti banyak pikiran. "Mbak Mella," panggil seorang Suster. Membuat diri beranjak senang, "Silakan masuk, dokter sudah menunggu."Menarik napas panjang, langkahku terasa gontai. Ketakutan mulai menyergapi diri, ini merupakan kali pertama untuk aku. Senyum mengembang dari bibir sang dokter, kebetulan dia seorang wanita. Setidaknya lebih bisa mengerti, duduk dengan tenang beliau mulai membacakan hasil yang sudah kutunggu. "Jadi, kesimpulan dari semua yang sudah saya jelaskan. Mbak Mella ... Sehat, tidak sedang mengalami kemandulan." Alhamdulillah, air mataku menetes mengucap terima kasih berulang kali. Menatap hasil pe

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Uang Ganti Rugi

    Delapan***"Besar juga kantormu," pujanya. Namun, dengan suara yang terdengar ketus.Sekian lama tak berjumpa, entah apa yang membawa beliau datang. Dengan gaya khasnya, yang selalu menunjukkan ketidaksukaan.Netranya yang tajam, terus menyapu seluruh ruangan. Sesekali mulutnya mengoceh banyak hal, "Mella ... Ibu mau bicara."Aku mendengkus sebal, apa katanya tadi? Mau bicara? Nah, yang barusan apa? Ck, geram sudah rasanya. Merusak mood, yang sudah kubangun beberapa hari ke belakang."Bagi duit dong!" Tangan yang satu, dibiarkan menengadah. Tanpa rasa malu, "Anggap saja sebagai ganti rugi, 'kan selama menikah Afdal yang sudah banting tulang buatmu."Damn! Matre sekali dirimu, wahai mantan mertua! Sepeserpun aku tak sudi, membiarkan setiap jerih payah dinikmati olehmu! "Bu, itu 'kan kewajiban dia sebagai suami. Masa harus ganti rugi segala? Mana ada," elakku, tak mau diperalat begitu saja. "Banyak omong kamu! Katanya orang kaya, tapi, ngasih duit aja pelit. Lima puluh juta, lumayan

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Mendadak Miskin

    Sembilan***"Kesel aku sama kamu," kataku sambil melempar tas branded yang baru terbeli beberapa bulan lalu. Niat untuk pulkam, lagi tertahan karena ada satu hal penting yang tak bisa diwakilkan."Siapa sih orangnya? Memang, nggak bisa kamu tangani sendiri?"Mengibaskan rambut ke belakang, kutatap sekretaris tersebut. Menelisik wajah, yang tampak santai sambil tersenyum mencurigakan.Lagi, demi sebuah pekerjaan rela mengorbankan hati Ibu. Yang sudah meronta meminta pulang ke kampung halaman, beliau kekeuh ingin perginya bersama aku."Duitnya gede Mell," teriak Serly, antusias. Allahu Akbar, kalau sudah urusan yang satu itu dia memang parah. "Sayangnya, nih orang mau temu langsung sama kamu."Mendelik tajam, rasa kepoku seakan meronta. "Cepat katakan, dari Perusahaan mana dia?" Bukan menjawab, Serly hanya terkikik dengan senyum menggoda. Menyebalkan sekali, "Hm, dia ... Biasa masak. Kayak chef gitu."Netraku terbelalak sempurna mendengar pengakuan darinya. Chef? Lantas, apa urusannya

Latest chapter

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Tercengang

    Dua Puluh LimaKasus wanita bernama Rere, terasa berjalan secara lambat. Ia yang bungkam, seakan memperpanjang banyak hal. Tetap tidak mau membuka mulut, perihal siapa dalang di balik semua kekacauan.Bahkan, ia rela terus mendekam di balik jeruji demi melindungi nama orang yang sudah membuat dirinya susah. Benar-benar aneh! Masih merasa yakin, bahwa dirinya akan terbebas dari segala tuntutan. Aku yang geram, mati-matian membayar pengacara handal untuk menyelesaikan segala perkara!Di rumah saja, tak ayal membuat diri merasa bosan. Maklum, dari awal aku memang wanita karier. Belum terbiasa, kalau tidak ingat Ibu dan suami malas rasanya hanya berdiam diri. Memang, ada Serly yang bisa diandalkan. Tetap saja, aku juga ingin berkecimpung langsung. Toh, kerjaan yang aku lakukan tak seberat yang dikira."Kalau bosan, kamu cari kesibukan lain sayang. Kerja di rumah juga bisa," tutur Ibu. Yang masih saja bersikeras itu, "Dengarkan Ibu ... Fokuslah agar segera memberi cucu."Aku tersenyum ge

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Titik terang

    Dua Puluh EmpatRasa geram masih terus menyusup ke dalam relung jiwa, kalau bukan karena paksaan suami dan Ibu. Hari ini juga, ingin rasanya meluncur bebas menemui wanita bernama Rere yang sengaja menebar fitnah. Serly, satu-satunya yang diharapkan turut memberi deret panjang atas kekesalan. Tak bisa dihubungi, dalam via manapun. Mendesah resah, nyatanya aku tak bisa istirahat dalam kondisi seperti saat ini. Harusnya, dia terus memberi kabar terkait perkembangan kasus wanita tersebut. Ingin sedikit memberi pelajaran langsung, bukan ditahan di dalam kamar. Mengutuk diri, karena ambruk pada saat yang tidak tepat. Aku hanya bisa pasrah, berharap akan ada kabar baik di kemudian hari. Pintu kamar terbuka, sosok Ibu menyembul. Memberi seutas senyum, sambil membawa nampan berisi makan dan minuman. Netraku justru sibuk, mencari sosok yang lain. Suami, ke mana dia? Sepagi ini sibuk, bahkan tak sempat menyapa diri yang tengah sakit. "Pagi sayang," sapa beliau. Sibuk menata makanan, "Makan

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Komplain Babak Kedua

    Dua Puluh Tiga"Jualan tuh yang bener! Jangan cuma mau untung, tapi sukses membuat si pemakai kesakitan." Aku meringis, menatap bibir sang konsumen lekat. Hitam, dengan bintik kemerahan menyebar di arah sana. Dan, sedikit membengkak. Ini, merupakan komplain kali kedua setelah sang youtuber tempo lalu. Dan bagaimana pun caranya, kudu bisa tenang dalam menghadapi masalah tersebut. Bedanya ... Dia langsung mendatangi kediaman rumah, tidak datang menuju kantor. Wow, wanita zaman sekarang sungguh berani luar biasa. Menarik napas panjang, dan mengembuskan secara perlahan. Kuraih ponsel, Serly dialah orang paling tepat untuk aku butuhkan. "Sekarang, Ser. Dan jangan lupa, bawa semua hal yang sudah kutuliskan di chat Wa." Tersenyum lebar, kutatap sang tamu. Mencari celah, apa yang membuatnya sampai berani sekali. Semua memang salahku, sewaktu kejadian dulu tidak memberi efek jera. Yang berakibat kejadian lagi dan lagi, ini sudah keterlaluan menuding tanpa bukti! "Kamu yakin, datang hanya

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Pertemuan Usai Menabur Luka

    Dua Puluh Dua"Mella ...," pekik seseorang, setelah sekian lama tak bertemu. "Bagaimana kabarmu? Hmm, i-tu siapa?" Nah 'kan, dia mulai kepo males sebenarnya aku tuh. Reza meraih jemariku erat, seakan ingin memperlihatkan bahwa kami adalah sepasang pengantin baru dengan rasa bahagia tak tergambarkan. "Baik. Oh ya, kenalin dia chef Reza. Suami baruku." Andini mengangguk pelan, mulutnya tampak terbuka lebar. Kaget pasti, karena aku dapet yang lebih dari sesemantan. Menarik napas panjang, tentu saja hatiku tak lantas baik-baik saja. Ada Andini di sini, wanita yang sudah berhasil merebut Bang Afdal. Untuk kemudian menghempaskan, saat dirinya sendiri yang ketahuan berselingkuh. Ahh, kadang hidup memang selucu itu. "Jadi, kamu sudah menikah lagi? Aku pikir ... Balik lagi sama doi." Aku mengendikkan bahu, mimpi bangetlah dia bisa merajut tali kasih usai menyebar luka. Kutatap sekeliling Mall, tempat sebesar ini bisa jua terasa sempit. Oh Tuhan, kenapa harus mempertemukan kami di waktu yan

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Antara Senang dan Sedih

    Dua Puluh Satu "Ya aaaampun Mell ...," teriak Serly. Histeris, membuat diri berjengit. "Pengantin baru, kenapa rajin banget sih?"Aku mengulum senyum, sudah hafal bahwa dirinya pasti akan menggoda seperti orang-orang rumah. Mengendikkan bahu dengan cuek, aku berjalan gontai.Kerjaanku di kantor, memang sedang menumpuk. Kasian Serly, dia memang bisa diandalkan. Nantilah, aku dan Reza belum ada rencana untuk pergi honeymoon. "Mana laporan keuangan, Ser? Terkait penjualan lipmatee kita bulan ini, fantastis?" tanyaku, sengaja mengalihkan pembicaraan.Serly berdecak sebal, ia pasti menginginkan aku bercerita tentang malam pertama dan banyak hal lainnya. Kepo!Menghentakan kaki dengan cepat, sembari bibir merenggut. Ia berlari kecil, sebab tempatnya bekerja berada di luar.Kutatap sekeliling ruangan, banyak tumpukan dokumen dengan dominasi cat berwarna putih. Sehari tak bekerja, rasanya seakan berabad-abad. Hihii, time is money sayang. Reza, suamiku juga sibuk bekerja di salah satu resto

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   SAH!

    Dua Puluh Menikah, adalah hal paling ditunggu oleh kedua insan. Terlebih ada cinta di hati masing-masing, akan semakin menambah kesyahduan.Tepat hari ini, akan dilaksanakan ijab qobul. Moga menjadi yang terakhir, tak ingin kembali gagal dalam merajut sebuah mahligai bernamakan cinta.Keluarga besan sudah datang, semakin menambah detak jantung yang tidak karuan. Meski yang kedua, tetap saja rasanya beda. Di luar sempat terjadi kerusuhan, ada Bang Afdal dan keluarga yang datang. Pasti ingin menggagalkan pernikahan, beruntung security yang sigap bisa mengatasi semua. Khusus hari ini, kantor diliburkan. Semua karyawan datang, menyambut dengan suka cita sedang doa berhamburan terlontar.Sah! Alhamdulillah, air mataku menetes haru. Reza mencium keningku takzim, masih tak menduga kami akan bersatu."Terima kasih, sudah mau menerimaku." Reza berbisik, menangkup kedua wajahku dengan romantis.Sekarang, aku sudah sah menjadi istri Reza. Bukan lagi mengharap pada yang semu, harus bisa menja

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Menikah?

    Sembilan BelasAku meraung, melempar bantal dan guling ke sembarang arah. Tampak marah, berdosa usai melakukan hal tercela beberapa waktu lalu bersama Bang Afdal. Kenapa diri begitu mudah, terjatuh pada pesona yang sama? Padahal, sudah dicurangi berkali-kali. Bodoh, adalah sematan terbaik untuk aku. Allah, sudah begitu baik. Menitipkan banyak rezeki, melalui jualan aku selama ini. Namun, apa yang tengah aku balas? Hanya berlumuran dosa, tanpa pernah mau berujung pada kebaikan. Hari ini. Aku menutup diri, terkunci pada kamar. Menolak keras saat Ibu memanggil untuk mengajak makan, bahkan mungkin mati lebih baik untuk aku saat ini.Memukul keras pada tubuh, jujur aku merasa jijik. Kemarin sempat ternodai oleh sang mantan, yang sudah berubah bukan mahrom. Malu bercampur kecewa, seakan bercampur menjadi satu. "Mella, makan dulu sayang. Jangan buat Ibu khawatir," teriaknya. Lagi dengan isak tangis yang menyesakkan, "Kamu hanya manusia biasa. Pernah salah, bukan berarti tidak bisa memper

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Kembali Jatuh

    Delapan BelasSeminggu berlalu, Alhamdulillah produk kami mengalami pemesanan yang membludak. Ratusan reselerr tersebar di Indonesia, seakan berbondong untuk mendapatkan lipmatee cream. Alhamdulillah. Bersyukur, lagi Allah memberi ladang rezeki yang tiada habisnya. Sibuk, sudah pasti. Namun, aktivitas tersebut menjadi sangat menyenangkan.Aku abai terhadap Reza, dan pengakuan cinta yang sudah diucap berulang kali. Pasrah jika memang ia harus bersanding dengan wanita lain, mungkin kita tidaklah berjodoh.Maafkan. Fokusku kali ini hanya pada karier, menghapus tuntas jejak rasa untuk Bang Afdal. Agar tak ada hati yang terluka, jika aku masih menyimpan nama lain. Urusan jodoh, aku tahu Allah sudah mengatur dengan sedemikian rupa. Namun, untuk menjemput masihlah sangat jauh. Menatap pembukuan pada meja, aku mendesah senang. Meski ada kegetiran tentang Reza, tetap tak bisa menutupi kegembiraan.Hari ini, akan ada pengiriman produk ke seluruh penjuru Indonesia. Belum merambah ke ujung dun

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Meminta Kepastian

    Tujuh BelasPagi yang sibuk, rencana peluncuran produk terbaru akan dilakukan siang ini. Segala persiapan begitu menyita waktu, Alhamdulillah sudah ada model yang mau bekerjasama. Hanya ada lima varian warna, yang akan diluncurkan. Maklum masih pemula. Natural Nude, Soft Pink. Nude Brown, Nude Purple. Chili Red. Itulah beberapa nama lipmatee cream, moga best seller.Kutatap Serly, yang tengah bolak-balik. Rasa lelah, seakan sirna dengan senyum manis yang tercetak di bibir."Kak, cantik nggak?" tanya, sang model. Usai menggunakan lipmate cream berwarna natural nude, yup aku suka. Cantik.Ada beberapa sesi poto, yang harus si model lakoni. Biasa hanya memamerkan bagian bibir, dengan warna lipmate berbeda. Ada lagi, di mana keseluruhan tubuh tak lupa bibir yang menjadi sorotan utama. Guna memasarkan produk kami, halal dengan menggunakan bahan aman. Sesi poto tentu diambil di ruangan khusus, lumayan besar dengan menampung puluhan orang. Tersenyum puas, aku sangat berharap akan ada lad

DMCA.com Protection Status