Home / CEO / Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya / Komplain Dari Sang Youtuber

Share

Komplain Dari Sang Youtuber

Author: Fitriyani
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Lima

***

Hari yang suram, kantor kembali kedatangan tamu. Tubuhku seakan menegang, menatap satu kertas di tangan. Di sana tercatat jelas bawa produk kosmetik yang tengah kujalani, menjadi salah satu pemakaian berbahaya.

Menekan kepala dengan keras, rasanya ini mustahil terjadi. Produk kami halal, sudah BPOM ada buktinya pula. Tidak mengandung zat berbahaya. Namun, wanita yang ngeyel itu tetap saja kekeuh dengan pendiriannya.

Wanita cantik berbalut pakaian seksi, pasti dari kalangan atas. Hingga berani komplain langsung ke pusatnya, membuat diri merasa resah kala kesuksesan tengah berada di atas.

Pikiranku tiba pada sosok Nyonya dan Tuan sewaktu kemarin, sedikit menerka bahwa ada sangkut-pautnya dengan kedatangan kemarin. Namun, bukti yang kuat amat dibutuhkan saat ini.

"Hello, gimana ini? Lihat wajahku, banyak bintik merah nggak jelas. Tanggung jawab kalian!" teriak si wanita, memegangi pipi sambil sesekali meringis.

Drama apa ini? Dosakah jika aku berprasangka buruk pada orang tua Andini? Merekalah pembuat onar di balik kerusuhan yang terjadi.

"Siapa namamu?" tanyaku, mati-matian berusaha untuk tenang. Meski sadar, hati tengah diterjang kegundahan tak biasa.

"Namaku Listi, salah satu youtuber yang sudah berpenghasilan wow. Ngerti dong maksud aku?" Kugigit bibir bawah, salah satu kebiasaan yang akhir-akhir ini sering dilakukan.

Apa katanya tadi, seorang youtuber? Kok, aku nggak tahu? Segitu kudet dan terkungkung memikirkan mantan suami, hingga tak mengupgrade diri.

Brand kosmetikku bisa mati, jika ia berkoar di sana. Usaha yang sudah dibangun, akan gulung tikar. Dan ... Senyum bahagia, akan terukir jelas di bibir Bang Afdal. Tidak!

Apapun itu, aku harus bisa menyelamatkan usaha yang sudah dirintis dengan susah payah. Banyak karyawan, yang nantinya akan kehilangan pekerjaan. Ayo Mella, kamu pasti bisa!

"Oke Mbak Listi, dapet dari mana kamu kertas ini? Yakin asli?" tanyaku, menelisik wajahnya yang seketika berubah pias. Nah 'kan, curigalah!

Aku mengulum senyum, menunggu dengan sabar kata apa yang akan terlontar darinya. Merasa yakin, bahwa ada sesuatu yang sedang ia sembunyikan.

"As-li kok, cek aja kalau nggak per-caya." Gugup, salah satu hal yang biasa ditujukan saat orang merasa bersalah.

Mengibaskan rambut dengan tenang, netraku masih asyik menatap lekat pada Listi. Seorang youtuber, yang katanya tengah mengalami bintik pada wajah usai memakai brand kosmetik dari kami.

Berani sekali dia, harusnya komplain dulu pada tempat pembelian pertama. Bukan langsung memutuskan datang pada pusat, menuntut hal di luar kendali.

"Tanggung jawab, kalau nggak bisa-bisa aku viralkan kosmetik yang kalian produksi." Tersenyum kecut, rupanya dia tengah memberi ancaman.

"Silakan, aku nggak takut." Mengendikan bahu, tubuhku kembali tenang. Mulai tahu, ada sesuatu yang tengah ia rencanakan. "Kita bisa datang ke dokter langganan aku, periksa wajahmu dan kosmetik yang tengah kamu pegang."

Bismillah, bantu aku Tuhan. Ini merupakan salah satu ujian, dari usahaku yang mulai melonjak tinggi. Pasti banyak orang yang nggak suka, meskipun belum tahu apa motif wanita bernama Listi.

"Enak aja, kamu nggak percaya sama bukti yang aku bawa hah? Capek tahu, harus periksa lagi." Suaranya yang tinggi, membuat amarahku makin berada di puncak.

Melambaikan tangan, kucoba meredam amarah. Harus terlihat cantik, tidak perlu mengotori tangan untuk memberinya satu pelajaran.

"Serly, aku butuh bantuan. Tolong panggilkan kedua security, sekarang!" Menutup telpon dengan sedikit keras, pandangan kami saling tertuju. Sebenarnya ada masalah apa aku sama dia? Bisa-bisanya, datang hanya untuk membawa masalah.

Orang yang ditunggu akhirnya datang, keduanya mencengkeram tangan Listi. Memaksa ia untuk ikut ke salah satu RS terdekat, guna membuktikan semua dengan jelas.

"Sialan kalian, lihat saja. Akan aku viralkan nanti," ancam Listi, terus meronta. Namun, tenaga yang secuil tentu kalah dengan kedua security berbadan besar jua tinggi.

Sepanjang perjalanan, Listi yang bawel. Terus saja mengoceh, ingin diturunkan. Enak saja, berani membawa masalah. Tapi, nggak ada itikad baik untuk menyelesaikan.

"Listi Adora, benar salah satu youtuber dengan banyaknya pengikut. Penghasilan di sana jua amat fantastis, biasa menayangkan tentang produk kosmetik, baju, dan hal lainnya."

Menarik napas panjang, email dari Serly yang masuk. Baru saja kubaca, meski sedikit tidak fokus dengan gumaman juga teriakan sang youtuber.

"Diam kamu! Kenapa jadi kayak cacing kepanasan sih? Kalau benar, nggak perlu kayak begitu kali." Menatapnya tajam, dengan harapan segera sampai di tempat tujuan.

"Kamu pikir, aku bohong? Ada banyak bukti, makannya kalau jualan yang benar." Allahu Akbar, kalau tidak ingat sedang di jalan. Sudah kutampar saja itu mulut super pedasnya!

Tahan Mella! Sebentar lagi sampai, semoga mulutnya yang berdosa itu segera ditampar dengan banyak bukti yang akurat.

Dua jam berlalu. Namun, sudah seperti dua puluh empat jam. Rasa lelah yang begitu mendera, membuat diri merasa makin tidak sabaran.

Waktuku yang berharga, harus dihabiskan demi sesuatu yang menurutku tidak penting. Menuding tanpa bukti yang cukup kuat, dasar youtuber aneh!

"Mella. Bukti sudah keluar, silakan kalian masuk." Alhamdulillah, kugiring Listi dengan tenang. Rasa tak sabar, makin menyelimuti diri.

"Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan, inilah hasil dari produk kosmetik kamu Mella. Semuanya aman, hanya saja ...."

Apa dok? Ish, kenapa harus henti di tengah jalan?

"Kosmetik yang dia bawa, palsu. Bukan kosmetik milikmu, di sana memang tertera nama Mella Beauty's. Namun, kandungan zat di dalamnya amat berbeda."

Rasakan, inikah akhir dari fitnah kejam yang kamu bawa sayang? Please, jangan bermain dengan aku yang sedang memiliki masalah lain.

"Alhamdulillah, lantas kertas ini gimana dok?" tanyaku, ingin menuntas jelas.

"Asli, ya itu tadi. Saat dilakukan pemeriksaan bukan kosmetik kamu yang mereka pakai," ungkapnya. Menambah kelegaan di hati.

Kulirik Listi, wajahnya makin menunduk. Bak pencuri yang baru ketahuan belangnya, jangan bermain dengan aku please, ibarat kamu sedang membangunkan harimau! Arggggh, buas.

"Sekarang, semuanya udah jelas. Apa yang mau kamu katakan? Sebelum aku sendiri yang memviralkan kelakuanmu itu, bisa terbayang bagaimana kecewanya mereka."

Listi mendongak, bulir bening jatuh di pipi. Kami masih berada di ruang dokter, biarlah sudah telanjur.

"Ma-afkan aku, Mbak."

Nah 'kan, kalau sudah begini tanpa rasa malu terucap pula kata maaf. Nggak semudah itu cantik, hatiku sudah kadung membenci.

"Lupakan, aku nggak akan memviralkan kamu. Katakan saja, siapa orang di balik semua ini?" tanyaku, menatapnya lekat.

Lama.

Hanya embusan napasnya yang sesekali terdengar berat, merasa tidak yakin bahwa Listi akan berkata jujur.

"Nyonya dan Tuan, yang menyuruh Mbak. Orang tua dari Andini," ungkapnya setelah sekian lama bungkam.

Fix.

Tebakanku tidak meleset, kedatangan mereka kemarin rupanya masih membekas. Siapa yang membatalkan kerjasama, siapa yang marah. Aneh!

Bisa jadi, mereka nggak suka aku sukses. Berbagai cara dilakukan, untuk bisa meruntuhkan karierku.

Ooooh, tidak semudah itu Ferguso!

***

Related chapters

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Hari yang Sibuk

    Enam *** Udara di luar teramat dingin, begitu menusuk tulang. Namun, keadaan di rumah sang mantan justru terasa membara. Tuan dan Nyonya, merupakan orang paling sulit dalam mengucap kata maaf. Dengan sedikit ancaman, akhirnya Listi mau mengakui banyak hal. Mengumpulkan kami di sini, menuntut kejelasan atas apa yang sudah mereka perbuat. Tatapan tajam dari mereka, seakan menghunus jantung. Mendesah resah, aku sadar tak pernah sedikitpun diharapkan berada di rumah ini. Janji, aku nggak akan bawa ini ke jalur hukum. Asal, mereka mau mengucap kata maaf. Nggak lagi ganggu kehidupan aku, diri perlu jua ketenangan. "Kamu, punya Pabrik kosmetik? Nggak salah? Bukannya, kerjaan kamu hanya seorang PSK?" cecar Bang Afdal, jika sedang begini mulutnya berubah pedas bak seorang wanita dengan tingkat kelemesan. Jangan sok tahu kamu Bang! Selalu saja menilai aku dengan sesuka hati, tanpa memikirkan bagaimana perasaanku yang terus dituding dalam berbagai hal. "Jangan kebanyakan halu kamu

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Sebuah Fakta Terbaru

    Tujuh***Jantungku berdebar tak karuan, setengah jam berlalu hasil dari pemeriksaan belum jua keluar. Semoga masih ada harapan, duniaku akan sangat hancur jika sematan mandul memang benar adanya. Salahku, yang sedari dulu selalu menunda untuk memeriksakan diri. Kini, keluarga Bang Afdal seakan yakin bahwa akulah yang sedang bermasalah. Mendesah resah, otak mulai diselimuti banyak pikiran. "Mbak Mella," panggil seorang Suster. Membuat diri beranjak senang, "Silakan masuk, dokter sudah menunggu."Menarik napas panjang, langkahku terasa gontai. Ketakutan mulai menyergapi diri, ini merupakan kali pertama untuk aku. Senyum mengembang dari bibir sang dokter, kebetulan dia seorang wanita. Setidaknya lebih bisa mengerti, duduk dengan tenang beliau mulai membacakan hasil yang sudah kutunggu. "Jadi, kesimpulan dari semua yang sudah saya jelaskan. Mbak Mella ... Sehat, tidak sedang mengalami kemandulan." Alhamdulillah, air mataku menetes mengucap terima kasih berulang kali. Menatap hasil pe

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Uang Ganti Rugi

    Delapan***"Besar juga kantormu," pujanya. Namun, dengan suara yang terdengar ketus.Sekian lama tak berjumpa, entah apa yang membawa beliau datang. Dengan gaya khasnya, yang selalu menunjukkan ketidaksukaan.Netranya yang tajam, terus menyapu seluruh ruangan. Sesekali mulutnya mengoceh banyak hal, "Mella ... Ibu mau bicara."Aku mendengkus sebal, apa katanya tadi? Mau bicara? Nah, yang barusan apa? Ck, geram sudah rasanya. Merusak mood, yang sudah kubangun beberapa hari ke belakang."Bagi duit dong!" Tangan yang satu, dibiarkan menengadah. Tanpa rasa malu, "Anggap saja sebagai ganti rugi, 'kan selama menikah Afdal yang sudah banting tulang buatmu."Damn! Matre sekali dirimu, wahai mantan mertua! Sepeserpun aku tak sudi, membiarkan setiap jerih payah dinikmati olehmu! "Bu, itu 'kan kewajiban dia sebagai suami. Masa harus ganti rugi segala? Mana ada," elakku, tak mau diperalat begitu saja. "Banyak omong kamu! Katanya orang kaya, tapi, ngasih duit aja pelit. Lima puluh juta, lumayan

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Mendadak Miskin

    Sembilan***"Kesel aku sama kamu," kataku sambil melempar tas branded yang baru terbeli beberapa bulan lalu. Niat untuk pulkam, lagi tertahan karena ada satu hal penting yang tak bisa diwakilkan."Siapa sih orangnya? Memang, nggak bisa kamu tangani sendiri?"Mengibaskan rambut ke belakang, kutatap sekretaris tersebut. Menelisik wajah, yang tampak santai sambil tersenyum mencurigakan.Lagi, demi sebuah pekerjaan rela mengorbankan hati Ibu. Yang sudah meronta meminta pulang ke kampung halaman, beliau kekeuh ingin perginya bersama aku."Duitnya gede Mell," teriak Serly, antusias. Allahu Akbar, kalau sudah urusan yang satu itu dia memang parah. "Sayangnya, nih orang mau temu langsung sama kamu."Mendelik tajam, rasa kepoku seakan meronta. "Cepat katakan, dari Perusahaan mana dia?" Bukan menjawab, Serly hanya terkikik dengan senyum menggoda. Menyebalkan sekali, "Hm, dia ... Biasa masak. Kayak chef gitu."Netraku terbelalak sempurna mendengar pengakuan darinya. Chef? Lantas, apa urusannya

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Menolak Lupa

    Sepuluh ***"Mell, ini rumah aku juga 'kan? Segera, setelah kita rujuk semua akan kembali seperti yang dulu." Aku meneguk ludah, demi mendengar kehaluan sang mantan. Benar nggak ada akhlak, memutuskan seorang diri tanpa bertanya terlebih dulu.Ketiganya merangsek masuk ke dalam rumah, mengabaikan ketidaksukaan yang terpancar jelas di kedua netraku dan Ibu. Enak saja, aku tetap nggak sudi! Jangan harap, kalian ikut menikmati setiap apa yang sudah menjadi perjuanganku selama hidup. "Pede sekali kamu, bahkan kamu belum tanya. Mau atau nggaknya, udah menyimpulkan sendiri. Ck," sahutku berdecak sebal. Kok, ada spesies macam mereka? Benar-benar langka, ya kali urat malunya sudah putus. Kak Indri dan Ibunya, terus menatap rumahku dengan netra berbinar. Sesekali terdengar pujian dari bibir mereka, takjub dengan apa yang sudah kuperoleh. "Pasti mau, sayang. Aku tahu betul, kamu nggak bisa hidup tanpa aku! Lagian, kekayaan yang kamu miliki saat ini. Pasti bukan hasil sendiri, bisa jadi ban

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Kembali Memaksa

    Sebelas"Serly ...," teriakku. Terlonjak kaget, begitu mendapati sang mantan yang tengah duduk di sudut ruang tamu.Menghela napas panjang, rupanya Bang Afdal masih terus bersikeras untuk bisa memenangkan hati yang sudah dilukai. "Ngapain lagi dia? Kenapa nggak diusir? Bikin sesak," cecarku menatapnya melalui pembatas kaca. Harusnya, aku senang dengan hadirnya dirimu. Kembali memadu kasih. Namun, milyaran luka yang terasa menyakitkan seakan menghalau. "Dia maksa, katanya ... Kepengen ngobrol penting," ungkap Serly. Mengendikkan bahu, lantas buru-buru menyuruhku untuk menemui sang pujaan yang tak lagi hadir di hati.Melangkah gontai, dengan sesekali mendengkus sebal. Kutatap dirinya, duduk berdampingan. Berharap, hari ini merupakan kali terakhir kami berjumpa. "To the point! Waktuku nggak banyak," titahku, memandangnya dengan kebencian luar biasa. Bang Afdal meraih tanganku, segera kutepis kasar. Haram, disentuh olehnya usai kejadian kemarin. Hampir saja kami bergulat, kalau saja

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Jadi Pembantu

    Dua Belas"To-long, kasihani kami Mella ...," pintanya. Lagi menggunakan air mata, sambil bersimpuh penuh derita.Berdecak sebal. Kutatap beliau, yang datang seorang diri tanpa ditemani kedua anak kebanggaannya. Kenapa hari-hariku seakan sibuk? Justru dengan kehadiran mereka, yang datang silih berganti. "Bu, coba bangun! Kenapa lagi? Apaaa ucapanku kemarin belum jelas?"Bukan jawaban yang kudengar, melainkan jeritan suaranya yang didominasi dengan tangisan pilu. Kalau sudah begini, aku bisa apa? "Ibu lapar ...," sahutnya. Lantas menunduk lebih dalam, seakan malu dengan apa yang baru saja diucapkan. "Afdal jatuh miskin, nggak ada duit buat sekadar beli makanan."Mendelik tajam, aku menelisik wajahnya. Takut jika beliau sedang drama, demi meraup hartaku yang susah payah didapat.Merogoh uang dalam tas branded, satu lembar berwarna merah kuselipkan pada tangan beliau. Cukuplah untuk makan hari ini, bersyukur aku masih baik. Bila ingat perlakuannya tempo lalu, mana sudi memberi sepeser

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Main Cantik

    Tiga Belas"Za, lagi apa kamu?" tanyaku, usai membuka pintu ruangan. Sedikit tercengang saat mendapati dirinya, "Nggak kerja?"Reza mengulum senyum, wajah tampannya membuat hati meleleh tak karuan. Jantung seakan berdebar kencang, "Kangen." Kugigit bibir bawah, sibuk menetralkan rasa yang makin bergejolak. Dan apa katanya tadi, kangen? Haruskah aku senang, atau menjadi beban?Ditariknya tanganku lembut, kecupan singkat ia berikan di area sana. Hati berdesir, tak menyangka akan perlakuannya yang secara tiba-tiba."Cantik," pujanya. Sambil mengelus wajahku, "Serius Mell, aku kangen. Sampai nggak bisa tidur." Ia terkekeh pelan, menarik tangannya untuk menjauh. Jujur ada rasa tidak rela, berharap masih ada waktu untuk kami bercengkrama.Melangkah lebar, aku terduduk lesu pada kursi kekuasaan. Masih kaget dengan perlakuan Reza, ada semacam perasaan ingin memeluk. Sebab, aku juga tengah merasakan rindu yang sama. "Kok, diam? Kamu marah? Maaf." Ish, andai kamu tahu Za. Aku nggak marah, han

Latest chapter

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Tercengang

    Dua Puluh LimaKasus wanita bernama Rere, terasa berjalan secara lambat. Ia yang bungkam, seakan memperpanjang banyak hal. Tetap tidak mau membuka mulut, perihal siapa dalang di balik semua kekacauan.Bahkan, ia rela terus mendekam di balik jeruji demi melindungi nama orang yang sudah membuat dirinya susah. Benar-benar aneh! Masih merasa yakin, bahwa dirinya akan terbebas dari segala tuntutan. Aku yang geram, mati-matian membayar pengacara handal untuk menyelesaikan segala perkara!Di rumah saja, tak ayal membuat diri merasa bosan. Maklum, dari awal aku memang wanita karier. Belum terbiasa, kalau tidak ingat Ibu dan suami malas rasanya hanya berdiam diri. Memang, ada Serly yang bisa diandalkan. Tetap saja, aku juga ingin berkecimpung langsung. Toh, kerjaan yang aku lakukan tak seberat yang dikira."Kalau bosan, kamu cari kesibukan lain sayang. Kerja di rumah juga bisa," tutur Ibu. Yang masih saja bersikeras itu, "Dengarkan Ibu ... Fokuslah agar segera memberi cucu."Aku tersenyum ge

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Titik terang

    Dua Puluh EmpatRasa geram masih terus menyusup ke dalam relung jiwa, kalau bukan karena paksaan suami dan Ibu. Hari ini juga, ingin rasanya meluncur bebas menemui wanita bernama Rere yang sengaja menebar fitnah. Serly, satu-satunya yang diharapkan turut memberi deret panjang atas kekesalan. Tak bisa dihubungi, dalam via manapun. Mendesah resah, nyatanya aku tak bisa istirahat dalam kondisi seperti saat ini. Harusnya, dia terus memberi kabar terkait perkembangan kasus wanita tersebut. Ingin sedikit memberi pelajaran langsung, bukan ditahan di dalam kamar. Mengutuk diri, karena ambruk pada saat yang tidak tepat. Aku hanya bisa pasrah, berharap akan ada kabar baik di kemudian hari. Pintu kamar terbuka, sosok Ibu menyembul. Memberi seutas senyum, sambil membawa nampan berisi makan dan minuman. Netraku justru sibuk, mencari sosok yang lain. Suami, ke mana dia? Sepagi ini sibuk, bahkan tak sempat menyapa diri yang tengah sakit. "Pagi sayang," sapa beliau. Sibuk menata makanan, "Makan

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Komplain Babak Kedua

    Dua Puluh Tiga"Jualan tuh yang bener! Jangan cuma mau untung, tapi sukses membuat si pemakai kesakitan." Aku meringis, menatap bibir sang konsumen lekat. Hitam, dengan bintik kemerahan menyebar di arah sana. Dan, sedikit membengkak. Ini, merupakan komplain kali kedua setelah sang youtuber tempo lalu. Dan bagaimana pun caranya, kudu bisa tenang dalam menghadapi masalah tersebut. Bedanya ... Dia langsung mendatangi kediaman rumah, tidak datang menuju kantor. Wow, wanita zaman sekarang sungguh berani luar biasa. Menarik napas panjang, dan mengembuskan secara perlahan. Kuraih ponsel, Serly dialah orang paling tepat untuk aku butuhkan. "Sekarang, Ser. Dan jangan lupa, bawa semua hal yang sudah kutuliskan di chat Wa." Tersenyum lebar, kutatap sang tamu. Mencari celah, apa yang membuatnya sampai berani sekali. Semua memang salahku, sewaktu kejadian dulu tidak memberi efek jera. Yang berakibat kejadian lagi dan lagi, ini sudah keterlaluan menuding tanpa bukti! "Kamu yakin, datang hanya

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Pertemuan Usai Menabur Luka

    Dua Puluh Dua"Mella ...," pekik seseorang, setelah sekian lama tak bertemu. "Bagaimana kabarmu? Hmm, i-tu siapa?" Nah 'kan, dia mulai kepo males sebenarnya aku tuh. Reza meraih jemariku erat, seakan ingin memperlihatkan bahwa kami adalah sepasang pengantin baru dengan rasa bahagia tak tergambarkan. "Baik. Oh ya, kenalin dia chef Reza. Suami baruku." Andini mengangguk pelan, mulutnya tampak terbuka lebar. Kaget pasti, karena aku dapet yang lebih dari sesemantan. Menarik napas panjang, tentu saja hatiku tak lantas baik-baik saja. Ada Andini di sini, wanita yang sudah berhasil merebut Bang Afdal. Untuk kemudian menghempaskan, saat dirinya sendiri yang ketahuan berselingkuh. Ahh, kadang hidup memang selucu itu. "Jadi, kamu sudah menikah lagi? Aku pikir ... Balik lagi sama doi." Aku mengendikkan bahu, mimpi bangetlah dia bisa merajut tali kasih usai menyebar luka. Kutatap sekeliling Mall, tempat sebesar ini bisa jua terasa sempit. Oh Tuhan, kenapa harus mempertemukan kami di waktu yan

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Antara Senang dan Sedih

    Dua Puluh Satu "Ya aaaampun Mell ...," teriak Serly. Histeris, membuat diri berjengit. "Pengantin baru, kenapa rajin banget sih?"Aku mengulum senyum, sudah hafal bahwa dirinya pasti akan menggoda seperti orang-orang rumah. Mengendikkan bahu dengan cuek, aku berjalan gontai.Kerjaanku di kantor, memang sedang menumpuk. Kasian Serly, dia memang bisa diandalkan. Nantilah, aku dan Reza belum ada rencana untuk pergi honeymoon. "Mana laporan keuangan, Ser? Terkait penjualan lipmatee kita bulan ini, fantastis?" tanyaku, sengaja mengalihkan pembicaraan.Serly berdecak sebal, ia pasti menginginkan aku bercerita tentang malam pertama dan banyak hal lainnya. Kepo!Menghentakan kaki dengan cepat, sembari bibir merenggut. Ia berlari kecil, sebab tempatnya bekerja berada di luar.Kutatap sekeliling ruangan, banyak tumpukan dokumen dengan dominasi cat berwarna putih. Sehari tak bekerja, rasanya seakan berabad-abad. Hihii, time is money sayang. Reza, suamiku juga sibuk bekerja di salah satu resto

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   SAH!

    Dua Puluh Menikah, adalah hal paling ditunggu oleh kedua insan. Terlebih ada cinta di hati masing-masing, akan semakin menambah kesyahduan.Tepat hari ini, akan dilaksanakan ijab qobul. Moga menjadi yang terakhir, tak ingin kembali gagal dalam merajut sebuah mahligai bernamakan cinta.Keluarga besan sudah datang, semakin menambah detak jantung yang tidak karuan. Meski yang kedua, tetap saja rasanya beda. Di luar sempat terjadi kerusuhan, ada Bang Afdal dan keluarga yang datang. Pasti ingin menggagalkan pernikahan, beruntung security yang sigap bisa mengatasi semua. Khusus hari ini, kantor diliburkan. Semua karyawan datang, menyambut dengan suka cita sedang doa berhamburan terlontar.Sah! Alhamdulillah, air mataku menetes haru. Reza mencium keningku takzim, masih tak menduga kami akan bersatu."Terima kasih, sudah mau menerimaku." Reza berbisik, menangkup kedua wajahku dengan romantis.Sekarang, aku sudah sah menjadi istri Reza. Bukan lagi mengharap pada yang semu, harus bisa menja

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Menikah?

    Sembilan BelasAku meraung, melempar bantal dan guling ke sembarang arah. Tampak marah, berdosa usai melakukan hal tercela beberapa waktu lalu bersama Bang Afdal. Kenapa diri begitu mudah, terjatuh pada pesona yang sama? Padahal, sudah dicurangi berkali-kali. Bodoh, adalah sematan terbaik untuk aku. Allah, sudah begitu baik. Menitipkan banyak rezeki, melalui jualan aku selama ini. Namun, apa yang tengah aku balas? Hanya berlumuran dosa, tanpa pernah mau berujung pada kebaikan. Hari ini. Aku menutup diri, terkunci pada kamar. Menolak keras saat Ibu memanggil untuk mengajak makan, bahkan mungkin mati lebih baik untuk aku saat ini.Memukul keras pada tubuh, jujur aku merasa jijik. Kemarin sempat ternodai oleh sang mantan, yang sudah berubah bukan mahrom. Malu bercampur kecewa, seakan bercampur menjadi satu. "Mella, makan dulu sayang. Jangan buat Ibu khawatir," teriaknya. Lagi dengan isak tangis yang menyesakkan, "Kamu hanya manusia biasa. Pernah salah, bukan berarti tidak bisa memper

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Kembali Jatuh

    Delapan BelasSeminggu berlalu, Alhamdulillah produk kami mengalami pemesanan yang membludak. Ratusan reselerr tersebar di Indonesia, seakan berbondong untuk mendapatkan lipmatee cream. Alhamdulillah. Bersyukur, lagi Allah memberi ladang rezeki yang tiada habisnya. Sibuk, sudah pasti. Namun, aktivitas tersebut menjadi sangat menyenangkan.Aku abai terhadap Reza, dan pengakuan cinta yang sudah diucap berulang kali. Pasrah jika memang ia harus bersanding dengan wanita lain, mungkin kita tidaklah berjodoh.Maafkan. Fokusku kali ini hanya pada karier, menghapus tuntas jejak rasa untuk Bang Afdal. Agar tak ada hati yang terluka, jika aku masih menyimpan nama lain. Urusan jodoh, aku tahu Allah sudah mengatur dengan sedemikian rupa. Namun, untuk menjemput masihlah sangat jauh. Menatap pembukuan pada meja, aku mendesah senang. Meski ada kegetiran tentang Reza, tetap tak bisa menutupi kegembiraan.Hari ini, akan ada pengiriman produk ke seluruh penjuru Indonesia. Belum merambah ke ujung dun

  • Mantan Suamiku Tak Tahu Aku Kaya   Meminta Kepastian

    Tujuh BelasPagi yang sibuk, rencana peluncuran produk terbaru akan dilakukan siang ini. Segala persiapan begitu menyita waktu, Alhamdulillah sudah ada model yang mau bekerjasama. Hanya ada lima varian warna, yang akan diluncurkan. Maklum masih pemula. Natural Nude, Soft Pink. Nude Brown, Nude Purple. Chili Red. Itulah beberapa nama lipmatee cream, moga best seller.Kutatap Serly, yang tengah bolak-balik. Rasa lelah, seakan sirna dengan senyum manis yang tercetak di bibir."Kak, cantik nggak?" tanya, sang model. Usai menggunakan lipmate cream berwarna natural nude, yup aku suka. Cantik.Ada beberapa sesi poto, yang harus si model lakoni. Biasa hanya memamerkan bagian bibir, dengan warna lipmate berbeda. Ada lagi, di mana keseluruhan tubuh tak lupa bibir yang menjadi sorotan utama. Guna memasarkan produk kami, halal dengan menggunakan bahan aman. Sesi poto tentu diambil di ruangan khusus, lumayan besar dengan menampung puluhan orang. Tersenyum puas, aku sangat berharap akan ada lad

DMCA.com Protection Status