Share

Mantan Menyebalkan!
Mantan Menyebalkan!
Penulis: DSL

BAB 1

Februari 2020 - 11:12 WIB di Pengadilan Agama

"Dengan ini, Mahkamah memutuskan bahwa perkawinan antara penggugat, Agnia Bakhtiar dan tergugat, Nibras Zubair Shadeeq telah putus karena perceraian. Kedua belah pihak diharapkan untuk mematuhi putusan ini dan bekerja sama demi kepentingan bersama."

Ketua hakim yang duduk di singgasananya itu mengayunkan palu, menandakan putusan yang baru saja diucapkannya menjadi sah menurut hukum yang berlaku.

"Untuk jadwal ikrar talak akan diputuskan selanjutnya dan diinformasikan pada pihak tergugat dan penggugat melalui kuasa hukum masing-masing. Dengan ini saya nyatakan sidang perceraian ini selesai."

Hakim yang bertugas beserta para pendampingnya pun segera berdiri lalu berjalan beriringan keluar ruangan diikuti dengan berdirinya para hadirin yang ada.

Sepeninggalan mereka, Nibras memutar tubuhnya ke arah Agnia. Wanita itu sedang berbincang dengan kuasa hukumnya terlihat hendak beranjak keluar.

"Kau pergi begitu saja?" tukas Nibras cepat-cepat, berharap dapat menahan Agnia barang sebentar. Entah mengapa ia tak ingin wanita itu berlalu begitu saja meski sidang telah selesai. Agnia memang menghentikan langkahnya.

Meski wanita itu membelakanginya, Nibras dapat melihat ia mengambil napas dalam-dalam sebelum menghembuskannya perlahan, melalui pergerakkan bahunya yang kecil. Bahu yang sering ia rengkuh saat mereka tidur di setiap malam ...

Sialan!

Nibras mendengkus kasar tanpa sepengetahuan siapapun di ruangan itu.

Perlahan, Agnia berbalik menghadap Nibras yang sedang berdiri menjulang dengan kedua tangan yang masuk ke dalam saku celana.

Pria itu menatap ke arah Agnia dengan tatapan yang ia sendiri tak dapat mengartikannya. Jujur selama dua tahun pernikahan, baru kali ini Nibras memandang dirinya dengan cara seperti itu.

"Ada apa?" tanya Agnia lalu memberi isyarat pada kuasa hukumnya agar keluar terlebih dahulu dari ruangan dan pria itu pun pamit.

"Waktuku tak banyak," lanjut wanita itu sembari melipat kedua lengannya ke dada.

Ya, waktu Agnia memang tidak banyak. Pukul tujuh malam nanti adalah jadwal penerbangannya ke Australia dan sekarang sudah tengah hari, ia belum selesai bersiap-siap.

Setelah Agnia menyatakan pada keluarganya bahwa ia ingin bercerai dari Nibras, Hadi Bakhtiar - ayahnya, segera memutuskan untuk mengirimnya ke Australia. Ia menduga tujuan ayahnya melakukan hal ini karena tidak ingin mendapat malu saat berita perceraiaan mereka tersebar.

Apapun alasannya, Agnia sudah tidak peduli lagi. Toh, selama 22 tahun ia hidup, ayahnya selalu saja begitu … membuangnya.

Nibras adalah salah satu pria tersohor di tanah air meski dirinya bukan selebriti. Siapa yang tidak kenal dengan keluarga Shadeeq yang sudah memiliki nama sebagai pengusaha sukses dan besar di tanah air?

Dengan fisik dan wajah rupawan yang dimiliki Nibras, pria itu semakin melejit ditambah dengan sederet pencapaian yang pria itu tunjukkan. Terutama saat menggaet perusahaan ayah Agnia yang terselematkan dari kebangkrutan.

"Kau mau kemana?" tanya Nibras masih saja dengan wajahnya yang datar, membuat Agnia perlahan menghela napas panjang diam-diam.

Kau ...

Senyum masam samar terulas begitu saja di bibir Agnia. Itu adalah kata yang akan Nibras tujukan padanya jika pria itu sedang menjaga jarak dan marah. Kata-kata itu telah Agnia dengar sejak ia menyodorkan surat cerai pada pria itu.

"Kita sudah bercerai. Buat apa kamu mau tahu? Dan apa pedulimu?" sahut Agnia tak kalah datar. Ia benci jika ternyata dirinya masih tersulut karena sikap Nibras yang seperti itu.

Nibras hanya diam. Masih menatapnya dengan pandangan yang semakin mengusik Agnia hingga perempuan itu memilih untuk melihat ke arah sepatu flatnya yang baru ia sadari itu adalah sepatu pemberian Nibras saat ia berulang tahun.

Sial, semoga saja pria itu tak menyadari kebodohan yang ia lakukan lalu salah menangkap maksudnya.

"Baiklah." Nibras tak ingin lagi menahan Agnia. "Perihal kompensasi akan dibahas lebih lanjut oleh kuasa hukum. Semoga harimu menyenangkan."

Lalu, Nibras meninggalkan Agnia begitu saja membuat kedua manik perempuan itu membulat.

Ditatapnya punggung lebar Nibras yang menjauh, dengan sungguh gemas hingga spontan menghentakkan kakinya.

"Dasar Nibras sialan! Semoga kita tidak akan pernah bertemu lagi!" rutuk perempuan itu sungguh-sungguh sembari mencebik.

***

2024

15:45 WIB - HS Funding & Investment Office. Ruang kerja CEO lantai 3

Ketukan pelan di pintu tak membuat perhatian Nibras beralih dari proposal yang harus segera ia selesaikan untuk diajukan pada calon investor yang akan menanamkan sebagian harta mereka pada perusahaannya.

Pria itu tersadar jika belum memberi respon apapun saat ketukan kembali terdengar.

"Masuk," jawab Nibras singkat.

"Sore, Pak." Tak repot melihat ke tamu yang datang, Nibras tahu jika itu adalah suara dari asistennya, Gunawan.

CEO muda itu hanya berdeham pelan, kali ini menopang dagunya dengan dahi sedikit berkerut.

"Bapak tidak lupa jadwal meeting dengan perusahaan start up nanti jam empat, ‘kan?" tanya Gunawan sembari menyodorkan beberapa dokumen yang harus ditandatangani oleh atasannya.

Kerutan di dahi Nibras semakin dalam sambil menatap asistennya. "Meeting?"

Ganti Gunawan yang mengernyit lalu menghela napas panjang sangat pelan agar tak terlihat oleh mata awas Nibras. Padahal ini sudah ketiga kali ia mengingatkan tetapi sepertinya atasannya tetap saja lupa. Atau menganggap tak penting?

"Ya. Perusahaan startup application developer yang direkomendasikan tim research-"

"Ah! Itu!" Nibras seketika teringatkan diikuti napas lega Gunawan. Namun, kelegaan sang asisten hanya sebentar karena perkataan yang terlontar begitu enteng dari mulut atasannya.

"Kau saja yang menemuinya." Nibras sudah kembali berkutat dengan kertas-kertas yang ada di tangannya.

Gunawan pun tergugu. "Apa?"

Dengkusan sedikit kasar terlolos dari bibir Nibras seiring pria itu melepaskan kacamatanya lalu memijit pucuk hidungnya sebentar sebelum kembali menatap asistennya yang terlihat kebingungan sekaligus takut-takut.

"Kenapa? Ini bukan pertama kalinya kau melakukan sesuatu seperti ini untuk menggantikanku, ‘kan?" tanya Nibras menautkan jemarinya, tak lepas memandang Gunawan.

Pria lebih muda itu terlihat berpikir sebentar."I-iya sih, Pak…"

"Lalu ada masalah apa sehingga kau kelihatan terkejut saat aku menyuruhmu untuk menggantikanku ada pertemuan nanti?" potong Nibras dengan satu alis tebalnya terangkat.

Gunawan menenggak ludahnya perlahan. "Saya sih tak masalah. Hanya saja  ... pihak mereka sudah menerima informasi jika Anda sendiri yang menemui perwakilan dari perusahaan mereka."

"Apa?" Nibras sedikit terkesiap karena tak pernah menerima pemberitahuan semacam itu.

"Sejak kapan kalian menjual namaku untuk hal-hal semacam itu?" Suara Nibras yang berat dan rendah, terdengar lagi membuat Gunawan sedikit ciut.

“Sebenarnya, ini … ini adalah kesalahan awal komunikasi dari tim kita dengan perusahaan tersebut, Pak. Saya juga baru saja mengetahuinya. Jadi-”

Nibras mendengkus sedikit kasar, menghentikan Gunawan berbicara. Pria itu meraih kacamata dan memakainya kembali. Ia melihat sekilas waktu yang ditunjukkan oleh jam tangannya. Hanya kurang dari sepuluh menit rapat itu akan dimulai.

Ditatapnya sang asisten sedikit tajam bercampur kesal. "Baik. Aku akan menemuinya tapi kau hutang makan malam yang sangat mahal padaku!"

Gunawan tak menyahut, hanya memamerkan sederetan giginya yang rapi dan putih melalui senyum lebar di wajah. 

***

Nyaris mendekati waktu pertemuan, Nibras segera berpindah menuju ruang rapat. Saat duduk, ia meraih proposal perusahaan terkait yang sudah disiapkan oleh timnya di meja lalu membaca secara cepat.

Saat sampai di bagian profil, sekilas Nibras sempat membaca sebuah nama yang sepertinya familiar hingga membuat dahinya berkerut. Ia hendak mencari tahu lebih lanjut, tetapi sebuah ketukan dengan pintu terbuka membuat niatnya terhenti.

"Bapak, tamu Anda sudah datang." Suara Gunawan terdengar membuat Nibras meletakkan kembali proposal tersebut ke atas meja.

Pria itu bersiap untuk menyambut tamu tersebut seiring dirinya bangkit dari kursi. Ia pun menegakkan tubuhnya yang tegap serta mengulas senyum paling ramah yang ia miliki di wajah tampannya. Namun, dalam hitungan detik senyum itu meluruh ketika ia melihat orang yang sangat amat ia kenal berdiri di samping Gunawan.

"Ini Agnia Bakhtiar, Manajer Operasional dari FutureIt yang akan membahas kerjasama dengan Bapak."

Mantan istrinya. Seketika tubuh Nibras menegang.

***

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Silvia Yuniarti
Aseeeek ketemu mantan...
goodnovel comment avatar
Klandestin
Terkenal meski bukan selebriti. kok jleb banget di hati saya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status