sudah update 4bab ya
Mendengar ucapan Rara, akhirnya Handi pun tidak memperpanjang masalah Yasmin yang tak sengaja membuat Bella jatuh. Selain itu, dia pun memutuskan untuk segera menutup acara makan malam."Mengenai istri Arjuna, aku sudah memutuskan. Semuanya ada di tangan Arjuna, tidak ada yang berhak memaksa!" Handi berkata dengan bijaksana. Setelah banyak hal yang terkuak saat makan malam ini, dia menyerahkan seluruhnya pada Arjuna. Arjuna yang akan menjalani semua dan berhak memilih pasangan hidupnya sendiri.Daffa yang masih disana langsung menyambar. "Daffa hanya mau Mama Rara saja, bukan Tante Clara. Daffa juga mau menjadi kakak untuk Bella yang cantik."Daffa berucap sembari menatap Clara dengan tatapan tak suka, sama seperti ketika Yasmin mengenalkan mereka berdua tadi.Rara yang berada di samping Daffa pun merasa tak enak sebenarnya. Sedangkan Clara malah langsung emosi dan mengepalkan kedua tangannya. 'Dasar bocah setan. Lihat saja, aku akan beri pelajaran pada dia nanti!'Arjuna melihat ta
"Jika sekarang kamu bisa sombong, tapi nanti akan ada saatnya Daffa tidak akan bisa membantu kamu lagi"Karena Rara hanya diam saja, Clara merasa senang dan merasa jika Rara takut padanya.'Apa maksudnya perkataan Clara itu? Apa mungkin dia ingin berbuat yang tidak benar pada Kak Juna dan Daffa?' Rara agak curiga maksud ucapan Clara. Dia tak ingin karena sandiwara perjodohan ini, maka akan ada hal yang buruk pada Daffa. Dia ingin mempertanyakan hal itu pada Clara. Tetapi sebelum dia bisa mengatakan apa pun, Clara sudah lebih dulu menjauh darinya."Aku nggak akan biarkan Clara berbuat buruk pada Daffa!" Rara telah berjanji tak akan membiarkan apa pun terjadi pada Daffa, apa lagi mengingat jika wanita itu sangat licik, hampir sama dengan Jeny saat itu.Clara nampak saat ini bergabung dengan Yasmin dan keluarga Pranama yang lain.Akhirnya Rara pun ikut keluar, dan akan segera pulang karena acara makan malam sudah usai. Meski begitu dia akan terus tetap waspada pada Clara, karena wanita
Dalam hati Arjuna pun tersenyum dan berkata dalam hati sambil melangkah masuk. 'Jika Clara masih berani datang lagi ke rumah ini, berarti memang dia muka tembok.'Arjuna begitu bersyukur karena Handi dan Rudi pun akhirnya biasa berada di pihaknya. Dua orang tetua keluarga Pranama itu pasti akan mendukung hubungannya dengan Rara. Rudi pun kini sudah nampak tak suka pada Clara. Kini dia hanya Berharap akan bisa mendapatkan hati Rara dan Satria, karena saat ini dia pun sudah yakin jika Rara adalah pilihan yang tepat untuk dia dan Daffa.Saat Handi dan juga Arjuna sudah pergi, Rudi pun akan ikut masuk juga. Tapi sebelumnya dia berpesan pada Clara. "Kamu harus bisa lebih menjaga sikap dan emosi saat bertemu untuk pertama kali dengan orang lain, karena itu sangat berpengaruh untuk selanjutnya."Rudi memang tak menyangka jika Clara yang pada awal petemuan dengannya nampak baik, tapi malah bisa bersikap seperti itu pada Arjuna. Sedikit banyak Rudi pun bisa menyimpulkan seperti apa sifat gadis
"Huft! Mimpi apa sih aku tadi malam? Sampai harus ada dalam situasi seperti ini." Rara sudah sampai di rumah. Dengan wajah yang nampak kesal dan uring-uringan. Kejadian saat makan malam di rumah keluarga Pranama itu benar-benar membuat dia kesal.Rara menghela nafas panjang sambil berjalan masuk. " Kenapa sih aku begitu bodoh sampai langsung datang ke rumah itu, hanya karena kebohongan yang dibuat oleh kakeknya Kak Juna?" Rara begitu menyesali kenapa datang ke acara makan malam itu. Tak lupa dia juga menyesali kenapa harus begitu khawatir dengan Arjuna. Yang akhirnya membawa dia dalam situasi yang tidak menyenangkan itu.Rara ingat, meski dia hanya diam saat makan malam tadi, dia tetap saja disalahkan oleh Clara. Dan, satu lagi, sandiwara konyol yang dia buat dengan Arjuna malah menjadi semakin berlarut. Padahal sebenarnya dia ingin jika sandiwara itu segara diakhiri, karena tak ingin menimbulkan banyak masalah, terutama jika sampai Satria tahu."Ada apa?" Saat Rara membayangkan ke
"Kak Satria kenapa keterlaluan banget sih? Seharusnya dia nggak terus menjelekkan Kak Juna." Rara masih merasa begitu kesal pada Satria. Wanita cantik itu bahkan menghentakkan kakinya seperti anak kecil yang sedang ngambek. Rara menjatuhkan bobot tubuhnya di kasur dan meletakkan tasnya di sembarang tempat. "Padahal mereka itu kan berteman, tapi kenapa sih Kak Satria itu malah ngomongin kejelekkan Kak Juna di belakang?" Rara kembali berucap sambil melipat kedua tangannya.Entah kenapa Rara begitu marah karena sang kakak menjelekkan Arjuna. Rasanya dia sama sekali ayah Daffa itu dikatakan egois dan hanya memikirkan diri sendiri.Kali ini dia menyesalkan sikap Satria yang terus menjelekkan Arjuna. "Kak Juna tidak seperti itu, tetapi justru Kak Juna pria yang baik yang sering menolong aku." Rara kembali berucap sendiri. "Kak Arjuna bahkan kadang lebih baik dari Kak Satria yang kadang terlalu keras padaku."Dalam hemat Rara, Arjuna memang lebih bisa bersikap lemah lembut dan manis saat me
"Terima kasih atas kerjasamanya Tuan Satria, Tuan Arjuna." Seorang kolega berusia sekitar lima puluh tahun, menjabat tangan Arjuna dan Satria bergantian, dengan penuh hormat. "Semoga hubungan ini semakin menguntungkan untuk ke depannya."Arjuna dan Satria hanya menganguk sambil menunjukkan senyum ramah.Satria dan Arjuna saat ini sedang berada di satu ruangan, di perusahaan Arjuna. Mereka baru saja melakukan sebuah rapat penting dengan para kolega lainnya. Kebetulan Satria juga memang bekerjasama dalam hal ini.Meeting itu pun usai, ketika semua pergi, Satria pun memilih untuk ke ruangan Arjuna. Keduanya memang sudah terbiasa saling berkunjung di kantor satu sama lain."Sepertinya kerjasama dengan perusahaan Hermawan Corp ini akan membuat keuntungan kita berlipat." Arjuna nampak optimis saat melangkah kembali menuju ke ruangannya. Satria pun berjalan beriringan dengan sahabatnya itu. "Semoga saja seperti itu." Suara Satria malah terdengar lebih serius dari biasanya. Saat itu Arjuna
"Kenapa aku sampai lupa mengatakan tentang hal itu pada Kak Juna sih semalam?" Rara yang baru saja selesai memeriksa dokumen terakhirnya pun menyendarkan kepala pada kursi. " Aku harus mengatakan sekarang juga pada Kak Juna."Karena memang sedang merasa kesal pada Arjuna tadi malam, dia sampai lupa mengatakan suatu hal penting pada ayah dari Daffa itu. Rara sedikit menyesali kebodohannya itu.Wanita cantik itu segera mengambil ponsel yang ada di meja kerjanya, dan mengirimkan pesan pada Arjuna.[Apa Kak Juna ada acara siang ini?]Pesan itu langsung terkirim dan dibaca oleh Arjuna.Saat Rara mengirimkan pesan itu, Satria masih berada di dalam kantor Arjuna. Pria tampan tersebut langsung membalas pesan dari Rara, meski saat itu Satria sedang mengoceh.[Tidak ada. Ada apa?]Pesan yang dikirimkan oleh Arjuna itu pun langsung dibaca oleh Rara dan dia pun langsung membalasnya.[Aku mengundang Kak Juna untuk makan siang di restoran Sandy's. Apa bisa?]Rara pun langsung to the point mengatakan
"Maaf terlambat." Arjuna telah sampai di restoran sekitar satu menit setelah kedatangan Rara. Pria tersebut langsung duduk di kursi tepat di depan Rara. "Sudah lama?"Rara nampak tersenyum tipis. "Nggak masalah Kak, hanya satu menit." Rara tadi memang langsung menuju restoran sesaat setelah mengirimkan pesan terakhir pada Arjuna. Sedangkan Arjuna yang kantornya lebih dekat dari restoran ini datang sedikit lebih lambat karena tadi memang sedang ada Satria. Arjuna nampak tersenyum dan sesaat terpesona dengan penampilan Rara. "Cantik." Sedangkan Rara malah terlihat kesal, "Kenapa Kak Juna terus tersenyum?"Seulas senyum tipis di wajah Rara tadi langsung berganti menjadi kesal, karena dia juga mengingat tentang kejadian makan malam kemarin. Dia juga merasa salah tingkah karena Arjuna yang tampak terus memperhatikan. Arjuna hanya menggelengkan kepala dan lalu mengalihkan pandangan pada sekitar, tak menjawab sama sekali pertanyaan Rara itu.Tak ayal hal tersebut malah membuat Rara semakin
"Selamat menempuh hidup baru ya, Raja, Stella. Doa kami semua yang terbaik untuk kamu. Semoga segera memiliki momongan."Rara kembali memberikan selamat pada sahabatnya ini, kali ini saat Raja dan Stella baru saja tadi mengungkapkan janji suci pernikahan. Setelah dua bulan yang lalu mereka juga menggelar acara pertunangan yang mewah."Terima kasih banyak ya. Tanpa kalian,mungkin kali ini kami pun belum bisa bersatu." Stella terus mengenggam tangan Rara. Sahabat yang memang menjadi support utama hubungannya dengan Raja. "Sepetinya para baby gemoy ini nunggu Tante dan Om nya resmi dulu, baru mau launching nih."Stella mengelus perut Rara yang begitu buncit. Rara dan Arjuna yang berada di sampingnya pun terkekeh. "Bisa jadi seperti itu. Karena harusnya HPL kemarin."Ya, memang meski telah terlewat HPL sehari, tetapi Rara belum merasakan tanda tanda kehamilan yang datang. Itu Lah kenapa hari ini dia kekeh untuk datang ke pesta pernikahan itu. "Ah iya, kak Satria juga akan segera melamar
"Bu, Mas Ardi tumben banget sih jam segini belum keluar kamar ya?" Dita yang baru duduk di meja makan, bertanya pada sang ibu sambil menoleh pada kamar sang kakak, yang sejak kemarin sore tak terbuka sama sekali."Iya, dari pulang kerja sudah nggak keluar. Nggak makan malam juga kan?"Ketika Bu Mira masih terdiam, Dewi malah menimpali ucapan adiknya itu. "Halah ... Paling dia itu masih meratapi si Sarah itu," ucap Bu Mira ketus. "Dasar Cemen!"Bu Mira sebenarnya juga sedikit merasa khawatir dengan Ardi. Karena memang setelah Sarah pergi dari rumah ini, putranya itu bahkan tak pernah mau makan. Ardi yang biasanya begitu hangat dengan keluarga, berubah menjadi Ardi yang tertutup dan begitu muram.Padahal ini bukanlah untuk pertama kalinya Ardi menalak istrinya, Sarah adalah yang ketiga, tetapi sungguh saat ini berbeda.Biasanya Ardi biasa saja dan seperti tak lagi memikirkan tentang mantan mantan istrinya itu."Aku kok khawatir ya Bu sama Ardi. Dia itu kayaknya patah hati banget deh keh
"Selamat ya Stella, aku benar benar ikut bahagia. Kalian memang pasangan yang sangat serasi loh." Rara mencium pipi kanan kiri sahabatnya yang malam ini terlihat begitu cantik dalam balutan dres warna putih itu. "Ini semua nggak akan pernah terjadi tanpa bantuan kamu Ra. Pokoknya terima kasih banget loh." Stella memeluk Rara. "Kamu memang sahabat terbaikku."Air mata telah menumpuk di pelupuk mata, tetapi tangis bahagia itu memang sengaja ditekan oleh Stella, karena takut merusak riasan. Malam ini adalah malam pertunangan Stella dengan Raja Sanjaya. Hanya satu hari berselang dari acara jumpa pers yang berakhir menyenangkan itu, keluarga Sanjaya menggelar pesta pertunangan keduanya dengan begitu mewah."Nggak juga. Lebih tepatnya aku hanya perantara sih, yang berperan penting tentu masih tetap Tuhan. Gimana, enak rasanya lebih wow kan, jika cinta di dapat setelah begitu banyak rintangan?" Rara kembali berucap.Kali ini tidak hanya Stella yang tertawa, tetapi Raja juga. Raja pun ter
"Raja?!" Stella langsung memekik, saat melihat sosok yang saat ini paling ingin dia hindari berjalan masuk dari pintu keluar. Raja tidak sendiri, tetapi saat ini pria tampan itu bersama dengan Sinta dan juga Jeni."Hei mau apa dia ke sini? Apa kamu bilang juga sama si Raja jika saat ini kamu mengadakan konversi press?" Romi pun langsung bertanya sembari berbisik. Pria kemayu itu benar-benar tak menyangka sama sekali, jika Raja datang. Bukan apa-apa, tetapi setelah tadi Stella mengambil keputusan bahwa akan menjauhi Raja, dan sekarang Raja datang kembali, itu berarti Romi harus kembali menghadapi Stella yang banyak masalah dan banyak pikiran. Dan, itu berarti juga Stella pun akan menunda beberapa jadwal shooting, karena tak bisa fokus untuk melakonkan perannya. Semua itu tentu saja berimbas pada Romi yang merupakan manajernya."Entahlah, Rom. Aku tak tahu." Stella menjawab sembari menggelengkan kepalanya.Stella yang memang menghindari Raja, ingin segera pergi dari ruangan itu. Teta
"Duh kenapa aku jadi grogi banget gini sih ROM?" tanya Stella, yang sebentar lagi akan melakukan jumpa pers, pada manajernya yang kemayu itu. Romi menepuk-nepuk pundak sang artis. "Ih kamu ini kayak apa aja sih Stella? Kamu ini kan artis besar, masa sih gini aja Kamu demam panggung? Nggak level banget sih."Apa yang dikatakan oleh Romi itu tadi, sebenarnya bukanlah sebuah ejekan. Tetapi Romi melakukan hal itu untuk memantik semangat Stella yang sepertinya memang telah mulai mengendur."Romi, ini kan bukan sandiwara atau film-film yang sering aku bintangi. Ini nyata Romi, ini hal yang benar-benar terjadi dalam hidupku. Jadi rasanya wajar dong jika aku grogi banget seperti ini." Stella mengelak. Romi memutar bola matanya dengan malas. Dia tahu jika memang konferensi pers yang akan diadakan oleh Stella ini, seperti suatu hal yang tidak diinginkan oleh hatinya Stella. Tetapi artis cantik itu memaksakan kehendak."Makanya dong Stella, Aku kan udah bilang sama kamu, jangan bohongin hati
Brak brak brak"Dewi bangun!" Pagi buta itu, Bu Mira sudah menggedor pintu kamar Dewi. Setelahnya, wanita itu ganti menggedor kamar Dita, yang terletak tepat di samping kamar Dewi.Brak BrakBrak"Dita bangun kamu. Ini sudah siang! Kamu itu anak gadis, jadi jangan bangun siang-siang!" eriak bu Mira dengan penuh emosi.Merasa tak mendapatkan respon sama sekali dari kedua putrinya, bu Mira pun kembali menggedor dengan keras pintu kamar itu, dengan teriakan yang sangat melengking di pagi hari."Duh ternyata repot banget kalau nggak ada Sarah. Ngapain sih Ardi kemarin itu sampai menalak Sarah? Coba saja ada Sarah, pasti aku sekarang masih tidur dan mainan hp di kamar." Bu Mira begitu emosi dengan dirinya sendiri saat ini.Sejak kemarin malam setelah kepergian Sarah, wanita paruh baya itu tak dapat memejamkan matanya sama sekali. sSepertinya dia merasakan apa yang sedang dirasakan oleh Ardi saat ini. Rasa penyesalan karena telah mengusir Sarah dari rumah ini."Seharusnya Ardi juga menge
"Dasar perempuan jalang! Cepat pergi kamu dari rumah ini!" Bu Mira kembali berteriak, saat itu Ardi pun sedikit kaget. "Cepat pergi atau kuse-ret kamu!!"Bu Mira sudah akan maju untuk menyeret Stella, sedangkan Dewi dan Dita mengikuti di belakangnya."Hentikan Bu!" Yang berteriak ternyata bukan Sarah, tetapi Ardi. "Jangan lagi menghina Sarah."Raut wajah para anggota keluarga itu nampak terkejut dengan ucapan pria itu. Kemudian Ardi menoleh pada Sarah. "Pergilah Sarah. Semoga kamu bisa mendapatkan ganti yang lebih baik dariku. Maafkan aku ya."Sarah sedikit kaget juga dengan perubahan sikap Ardi yang begitu drastis setelah mengucapkan kata talak tadi. Dia sempat berpikir jika mungkin mantan suaminya itu menyesal karena telah mengakhiri hubungan itu. Tetapi sejurus kemudian seperti ada yang kembali mengingatkan pada Sarah. Seperti apa sikap Ardi, yang selama mereka menikah malah sama sekali tak pernah memperlakukan dia seperti layaknya seorang istri."Tentu Mas. Tuhan tak pernah tidur.
"Terima kasih telah terus bersama dengan Sarah, Bu. Jika tak ada ibu, mungkin Sarah sudah semakin hilang arah." Sarah kemudian memeluk ibunya .Tak terkira rasa terima kasih Sarah pada sang ibu. Karena memang tak ada lagi tempat kita kembali selain pada ibu. Wanita yang benar benar menyayangi kita apa adanya tanpa balas jasa.Terhitung sudah dua hari Sarah kembali pulang ke rumah kontrakan Bu Endang. Setelah kemarin ditalak Ardi dan diusir dari rumah mantan suaminya itu. Untung saja pernikahan mereka hanya pernikahan siri alias secara agama, jadi tak perlu repot repot menuju ke pengadilan agama. Tak butuh proses lama untuk menjadikan Sarah berstatus menjadi janda.Kadang memang banyak hal rasanya seperti membuat kita kecewa, seakan Tuhan tak menuruti segala keinginan kita. Padahal sebenarnya semua itu adalah berkah, karena Tuhan nyatanya tidak memberikan apa yang kita inginkan, tetapi apa yang kita butuhkan."Maaf ya, dulu ibu sempat melarang karena kamu hanya akan dinikahi di balik t
"Kamu nggak kerja, Sarah?" Bu Endang bertanya pada Sarah setelah mereka berdua baru saja selesai melaksanakan salat subuh.Sarah mencium punggung tangan ibunya dengan takdzim. "Belum untuk sekarang Bu. Mungkin besok." Sarah berkata sambil tersenyum manis."Jika memang kamu sudah tak nyaman kerja disana, lebih baik kamu cari kerja di tempat lain saja, Sarah." Raut wajah wanita paruh baya itu nampak khawatir.Tak salah jika akhirnya Bu Endang jadi mengkhawatirkan tentang tempat kerja Sarah. Setelah kini Sarah tak lagi menjadi istri Ardi, Bu Endang merasa takut jika Sarah tak akan nyaman bekerja satu kantor dengan sang mantan suami. Apa lagi mengingat jika hubungan yang pernah terjalin dulu begitu tidak baik.Sarah tersenyum penuh artis, ditepuknya telapak tangan Bu Endang yang sejak tadi masih digenggamnya. "Sarah belum memikirkan hal itu Bu. Nanti malam saja." Ada hal yang tentu saja disembunyikan oleh Sarah. Apa lagi jika bukan rasa sakit hati. Hanya saja tentu wanita itu tak ingin me